Chapter 4

1.1K 148 0
                                    


07:30 AM

Tzuyu berangkat ke sekolah dalam keadaan lapar, membuat wajahnya tampak pucat.

Semalaman tak makan itu menyiksa, tahu.

"CHEWIIIII!"

Pemilik suara yang familiar itu berlari kecil mendekati Tzuyu yang tengah membaca novel.

"Pagi, San."

Tzuyu meletakkan bukunya ke dalam tas. Mengobrol dengan Sana selalu menyenangkan, gadis yang satu ini ceria sekali.

"Tau gak hari ini ada kejadian apa? Masa akhirnya aku mendengar lelucon dari seorang Kim Taehyung!"

"Hah? Memangnya apa leluconnya? Jarang jarang dia bercanda."

"Kata ketua kelas kita yang tampan itu, kamu masuk tim Cheerleader dan akan dilatih oleh Jeanie."

Sana separuh tertawa saat mengatakannya, membuat Tzuyu tersenyum melihatnya.

Gadis itu tak tahu saja kalau Tzuyu benar-benar melakukan itu semua.

"Tapi emang iya, San."

Sana berhenti mengoceh ketika menatap tatapan serius dari Tzuyu. Bola matanya membesar tak percaya.

"Gak bercanda? Bukannya kamu selalu menghindari si Jen menyebalkan itu?"

"Ini satu satunya cara agar Taehyung mau membeli es krim bersamaku." Tzuyu menanggapi secara acuh tak acuh.

"Jadi selama ini.. KAMU NAKSIR TAEHYUNG?"

Suara Sana yang terbilang cukup cempreng membuat beberapa murid yang berada di dalam kelas menoleh ke arah Tzuyu.

Rasanya Tzuyu ingin menyumpal mulut sahabatnya itu dengan sepatu.

"Gak gitu, Taehyung itu terlalu sering belajar. Makanya kuajak main sesekali."

"Kau memang selalu baik seperti ini, ya?" Sana menyenggol pelan bahu Tzuyu.

"Aku hanya merasa agak kasihan. Itu saja."

Tanpa gadis dengan tinggi 170 cm itu ketahui, Taehyung dengan lensa tebalnya mendengar seluruh percakapan ini.

Ulu hati Taehyung terasa agak nyeri mendengar pernyataan Tzuyu.

Ia membenci semua orang yang mengasihaninya.

Cowok itu diam-diam berjanji dalam hati agar berusaha menjauhi si Chou itu.

Kenapa pula aku setuju pergi membeli es krim dengannya?

Taehyung mendengus kasar, memilih untuk menenggelamkan pikirannya pada buku pelajaran.

"Chou Tzuyu."

Tzuyu merutuk dalam hati.

Suara cempreng ini tak lain adalah milik Jeanie Kim.

Jeanie tengah duduk di atas meja yang terletak di sudut kiri kelas. Tempat ia biasa berkumpul dengan komplotan centilnya.

"Apa?"

Tzuyu tersenyum begitu manis sampai Jeanie memutar bola matanya, mengejek.

"Latihan privatmu diadakan pada waktu istirahat nanti, juga pada waktu sepulang sekolah. Kutunggu kau di ruang club. Telat sedetik, aku tidak akan mengajarimu."

Jeanie dengan lagak seniornya, mengancam dengan mata berkilat. Tzuyu hampir saja menimpuknya dengan kotak pensilnya.

"Siap, ibu presiden."

Tzuyu kembali memamerkan senyumnya. Membayangkan reaksi Jeanie ketika ia akan menampilkan bakatnya sebagai Cheerleader.

"Duh, kalau aku berada di posisimu, aku akan membakarnya hidup hidup."

Ternyata rencana Sana lebih mengerikan daripada melempar Jeanie dengan kotak pensil. Tzuyu menyengir menanggapi.

Ketika ia hendak membuka kembali novelnya, sekelebat wajah muncul di pikiran Tzuyu.

"Eh, San. Tau Jeon Jungkook?"

"Tentu, siapa coba yang tidak mengetahuinya di sekolah ini?"

"Orangtuanya, apakah dia ada masalah dengan orangtuanya?"

Tzuyu merasa agak penasaran dengan kehidupan remaja berandal itu.

"Setahuku, orangtuanya adalah investor terbesar Yayasan Heoksan."

"Bukannya pemiliknya, ya?"

"Bukan, pemilik Yayasan Heoksan adalah ayah dari Taehyung."

Sana mengarahkan pandangan ke arah cowok tampan yang tengah larut dalam buku rumus fisikanya.

"Jungkook dan Taehyung, keduanya anak dari pembesar di Yayasan Heoksan. Namun, sifat mereka bertolak belakang sekali."

"Kau benar, yang satu tampan, tapi gila belajar. Murid teladan dan ketua kelas yang bijaksana. Yang satunya lagi berandal sekolah, tampan juga. Sering bolos dan tak pernah absen dari perkelahian."

"Mantap."

"Kalau disuruh pilih, kau akan pilih Jungkook atau Taehyung?"

Tzuyu terbelalak dengan kuis mendadak dari Sana. Ia terbatuk kecil.

"T-Taehyung mungkin."

"Iyakah? Entah kenapa kalau dipikir-pikir, kau lebih cocok dengan Jungkook."

Sepertinya tempat pensilnya lebih setuju apabila ia menimpuk kepala Sana.

Tzuyu sekali lagi terbatuk canggung.

Untung saja Jungkook tidak sekelas dengannya. Kalau ia mendengar apa yang diucapkan Sana, Tzuyu akan merasa malu.

Aneh. Mengapa aku harus malu, ya?

Sepertinya lapar membuatku menjadi sedikit gila, Chou Tzuyu.

"Oh, bel masuk sudah berbunyi. Aku duduk di sampingmu, ya?" Sana bersiul riang.

Tzuyu terputus dari lamunannya.

"Hey, bukannya biasanya memang begitu, ya?"

"Siapa tahu kau mau duduk dengan Jungkook."

Kali ini sang tempat pensil mendarat tepat sasaran.

Behind Her Smile [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang