Kalau kalian berpikir Fajar memang seorang yang 'sebatang kara'–yang tidak punya siapa-siapa–kalian salah.
Fajar sebenarnya memiliki seorang pembantu di rumahnya. Namanya..."Mbok Jum... " Panggil Fajar dari lantai dua rumahnya, tepat dari dalam kamarnya.
"Iya den!" Pekik Mbok Jum dari arah dapur.
"Siapkan perlengkapan ziarah ya mbok."
"Lho buat apa lagi den? Den Fajar kan sudah seminggu ini ziarah terus. Aden juga udah seminggu tidak sekolah."
"Aku ga mau sekolah mbok."
"Lhoo kenapa toh den? Sekolah ya den." mbok Jum sudah berada di depan pintu kamar Fajar. Ia sedikit membujuk.
"Supaya apa?" Fajar membuka pintu.
"Supaya pintar."
"Trus?"
"Biar dapat kerja."
"Kalau udah dapat kerja, jadi apa?"
"Jadi sukses! Terus bisa buat bangga alm. nenek dan orang tua aden." jawab mbok Jum sekenanya.
"..."
Fajar terdiam. Ada hawa berbeda di tubuhnya setelah mendengar kalimat terakhir mbok Jum. Dan kini matanya mulai berkaca-kaca.
"Ahhh udalah mbok. Siapin. Aja. Aku udah rindu sama nenek. Mbok ngak mau kan liat aku mati karna menahan rindu." ada seringai kecil disana. Namun matanya masih terlihat berkaca-kaca.
"Yaudah den, tapi aden harus sarapan dulu ya ?!"
"Hemmm~" jawab Fajar dengan malas dan berlalu ke kamar mandi.
***
"Iya iya mbok.. Aku pulang kok."
"Gitu dong den. Kan masakan mbok jadi gak kebuang sia-sia lagi." jelas seseorang dari seberang sana.
Setelah pangilan singkat itu diakhiri, Fajar beranjak dari pemakaman yang sudah tak asing baginya. Tak lupa ia berikan satu kecupan manis di batu yang bertuliskan nama nenek tercintanya.
'Hahh gadis itu lagi?'
Fajar membenarkan pandangannya ke seberang jalan. Yahh yang tak lain adalah ke arah gadis itu. Gadis yang pernah memberikan tatapan meneduhkan padanya. Gadis yang pernah hinggap di pikiranya ketika hendak tidur. Dan....
"!!!!"Astaga! Sekarang bukan lagi tatapan menyejukkan yang diberikan gadis itu. Melainkan senyuman manis dengan sedikit binar di matanya.
'Ahhh apa minus gue bertambah yak?
kenapa mata gue bermasalah siang ini?
Ataukah? Dia...'"Emang benar-benar tersenyum sama gue?"
Fajar tak dapat lagi membedakan mana kalimat yang berasal dari hatinya dan mana kalimat yang berasal dari mulutnya. Dan entah ada angin apa ia malah membalas senyuman gadis itu. Meski hanya sedikit lengkungan untuk membalas lawan-tatapnya di sana. Di seberang jalan sana.
***
Keesokan harinya, kembali lagi Fajar menjalani rutinitas barunya : berziarah. Namun hari ini ia merasa harus menambah daftar isi dari rutinitas itu. Contohnya.... Melihat gadis itu lagi.
.
.
.
'Mana perempuan itu yah?'Matanya menyapu sekitaran halte di seberang pemakaman. Namun yang dicari tak kunjung tiba.
"Ahh udalah! " lelaki berkacamata ini mengurungkan niatnya untuk pulang. Mungkin ia merasa sebal karena tidak bisa melihat gadis itu lagi. Kenapa saya bilang mungkin? Karena saya juga tidak tahu pasti apa yang ada dalam pikiran Fajar.
"Ahh nek, aku ga jadi balik."
"Jangan tanya kenapa, karna aku juga gatau nek"
Fajar menerangkan datar pada kuburan neneknya yang sama sekali tidak bertanya.
"Huffft... Poor Fajar." Ia menekuk wajahnya. "kau benar-benar sendiri ya. "
Dan benar, awan hitam itu kembali mengepul di sekitaran Fajar. Membuatnya menjadi muram, bahkan lebih muram.
"Gak kok. Kamu gak sendiri, Fajar." Ucap wanita dari arah belakang.
***
Heheeh... 😁Sorry ini Short Chapter.
Tapi kira-kira cewe itu siapa ya?
Coba tebak di comment ya. Dan jangan lupa vote ya😊😊😊With Love❤
MasitohRdn
KAMU SEDANG MEMBACA
Remarkable❤
Novela Juvenil"Ketika Fajar takkan bertemu dengan Senja. Ia hanya dapat diam menunggu dalam ricuh. walau ia tahu, itu sebuah kemustahilan." . . . Fajar tak pernah menyangka akan bertemu dengan Senja. Senja selalu menarik perhatiannya. Senja mampu menghipnotis Fa...