13. Angel

14 9 3
                                    

Hari ini adalah hari selasa. Cuaca yang tak terlalu mendukung mendampingi Fajar di perjalanan menuju sekolahnya.

Mantel tebal berwarna biru langit lengkap dengan penutup kepala cukup melindungi pria ini dari hujan yang lama-kelamaan semakin lebat.

Seorang lelaki dengan tinggi 178 cm sedang berjalan di lorong sekolah menuju kelasnya. Ia menaiki anak tangga yang menghubungkan antara lantai satu dan kelasnya.

"Huffft..."
Fajar menggosok-gosokan kedua telapak tangannya. Ia juga mengambil benda bundar yang menempel di depan matanya. Benda itu tampak mengembun dan ia langsung mengelapnya dengan ujung lengan mantelnya.

Dan bersamaan dengan ia yang kembali memasang kacamatanya, ia juga sudah berada di ujung tangga.

Grapp...

Sebuah tangan yang lebih kecil dan lebih lembut dari tanganya menarik lengan mantel biru langit yang ia kenakan.

Tangan itu menariknya ke tempat yang terlindung oleh pilar penyangga atap. Pilar itu cukup besar sehingga mampu menelan keberadaan mereka berdua.

Sontak pria ini bingung dan langsung menatap si penarik dengan tinggi hanya 10 cm lebih pendek darinya.

Ia menatap lekat wajah orang yang selama ini selalu menolongnya. Yang tiba-tiba muncul dalam hidupnya. Gadis dengan air muka yang lembut. Gadis dengan manik mata hitam yang sampai sekarang tetap mempesona. Wajah bujur sirih dilengkapi rambut hitam panjang yang dikepang satu ke belakang.

"Cantik." gumam Fajar.

Mereka saling berhadapan, dengan posisi punggung Fajar yang melekat pada tiang. Ditambah jarak antara mereka yang sangat dekat. Posisi yang terbilang hampir romantis, bukan bukan tetapi memang romantis. Kekurangannya hanya pada tatapan mereka yang  tidak saling beradu.

Ya benar. Fajar memang dari tadi tidak melepaskan pandangannya. Sedangkan gadis itu menatap ke arah lain. Ia melihat ke arah punggung Fajar.

Fajar ingin menoleh, mengikuti arah pandang gadis itu. Tetapi....

"Eh! Diam dulu." Gadis itu kembali menarik pria di depannya pada posisinya tadi. Setelah beberapa detik, "Udah." barulah gadis itu menatap Fajar.

Fajar gelagapan mendapatkan matanya dan mats gadis itu yang saling beradu. Ia salah tingkah dan melarikan pandangannya pada tangan gadis itu yang dari tadi tidak melepas lengan mantelnya. Ah bukan. Bukan hanya lengan mantelnya saja, lengan Fajar juga bisa merasakan genggaman telapak tangan gadis itu.

Gadis itu juga mengikuti arah mata Fajar, dan refleks dia langsung melepaskan cekalannya dari sana.

"Maaf." ada rona merah jambu di pipinya yang putih. Rona yang samar, tetapi Fajar masih bisa melihatnya dengan jelas.

Lelaki di hadapannya mengangguk sambil memberikan senyuman penuh makna. Makna seperti... 'gapapa kok. Lama-lama juga gapapa😊'

Sejenak ada keheningan.

"Senja." gadis yang bernama Senja itu segera mendongakkan kepalanya  yang tadi tertunduk malu. 

"Emangnya tadi ada apa ya?"

"Hmm... Coba liat tuh." jari telunjuk Senja mengarah pada gerombolan siswa dan siswi yang sudah  agak menjauh.
Fajar menoleh ke belakang. Dan ternyata...

"Ada mereka." Senja menyambung kalimatnya.

Fajar mengerti siapa yang dimaksud 'mereka' oleh gadis ini.  Mereka adalah Bams dkk serta Rika dkk.

"Makasih ya."

"Buat?"

"Karena udah nolongin gue buat yang kesekian kalinya."

Remarkable❤ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang