S. F. M. E. 35

684 59 94
                                    

.
.
.
.
.

Jiyong terdiam di tempatnya menatap lemari kaca yang ada didepannya.

Alisnya mengernyit melihat satu pucuk kartu ucapan yang terselip didalam lemari kaca tempat penyimpanan abu Dami.

Jiyong ingat jelas kalau kartu itu tidak ada disana tadi pagi.

Jiyong membuka lemari itu,  tangan kurus miliknya mengambil kartu hitam bergambar percikan api kuning dan merah itu.

Jiyong menoleh ke kiri dan kekanan mencari wajah-wajah yang mungkin ia kenal.

Ia membuka kartu ucapan itu dan selembar foto justru terjatuh.

Jiyong mengernyit dan menunduk,  ia membungkukkan tubuhnya dan menggapai kartu itu.

Ke 2 netra coklat miliknya terbelalak melihat foto Seungri yang tergeletak pingsan diatas papan kayu dengan tubuh penuh lilitan tali, mata tertutup kain dan mulut yang tertutup oleh selotip hitam.

Jiyong membuka kartu itu tapi tak ada hal lain yang tertulis disana.

Jiyong segera lari menemui penjaga rumah duka,  satu-satunya orang yang bisa ia percaya untuk merawat lemari kaca miliknya.

Jiyong mengunjungi kamar milik Tuan Seok,  tapi penjaga rumah duka lainnya berkata mereka melihat Tuan Seok ada di ruang ganti.

Jiyong berlari lagi menuju ruang ganti  tapi yang ada disana hanyalah pihak laundry yang tengah menyusun jubah,  mereka bilang kalau mereka melihat Tuan Seok berada pada acara pemakaman di gedung depan.

Jiyong berlari lagi kesana,  beberapa orang terlihat mulai bubar sebagai pertanda kalau acara sudah selesai. Jiyong bertanya pada keluarga yang berduka dan mereka mengatakan kalau Tuan Seok baru saja menyelesaikan acaranya dan pergi kebelakang

" Ah,  Ahjussi !!! "

Pria tua itu berbalik ketika suara Jiyong terdengar memanggilnya.

Ia yang baru saja menyelesaikan upacara kematian dan masih berbalut pakaian hitam menghampiri Jiyong yang berlari ke arahnya.

Mata Tua itu sedikit menyipit mencoba mengingat sosok dihadapannya. Matanya sedikit kabur di tengah malam.

" Ah,  Jiyong...
Kau datang lagi...? "
Tanyanya.

Jiyong membungkuk menghormat dan  memberikan senyuman singkat,  ia beranjak sedikit lebih dekat agar Tuan Seok bisa melihatnya dengan lebih jelas.

" Maaf,  tapi aku ingin bertanya,  apa tadi ada orang yang datang berkunjung ke penyimpanan Debu Dami Noona...? "

Nafas Jiyong masih terengah-engah,  usai tadi berkeliling mencari Tuan Seok,  sang penjaga rumah duka.

Tuan Seok terlihat bergumam,  ia memiringkan kepalanya mengingat-ingat pengunjung yang berkunjung satu harian ini.

" Emmm...
Sepertinya aku melihat seorang pria tadi. Dia berdiam diri di depan lemari kaca Dami dan mengelus foto Dami "

Jiyong terbelalak,  ia sudah menduga kalau seseorang itu pasti mengenal Dami juga.

Surat ini diberikan bukan semata-mata karena ia mencari Jiyong. Tapi karena sosok itu tau tentang Jiyong. Ia tau kalau Jiyong akan kemari

Sorry For My EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang