Jongdae

2.4K 174 9
                                    






***


















Aku melihatnya. Nama itu terpampang jelas di deretan feed  instagram. Bersamaan dengan gambar seseorang yang kukenal dengan baik, sangat baik. Melebihi siapa pun.

Pupil mataku bergetar tanpa aku sadari. Rasa panas menjalar setelahnya. Perasaan yang tak kumengerti membeludak bersamaan dengan itu. Sesuatu mendesak keluar dari sana. Aku tak paham.

Aku mendesah lelah. Tiba – tiba aku menyesali nama itu. Nama yang dahulu aku bangga – banggakan. Tanpa alasan yang bisa kupahami, aku membencinya.  Dua detik penyesalan itu berlangsung. Datang kunang-kunang menghampiriku—lagi.

Memburamkan mataku dengan bayang lingkaran samar membesar dan mengecil seperti lensa kamera yang diputar. Aku terpejam erat saat rasa sakit hinggap di kepalaku. Terkekeh, aku memukulnya dua kali.

.....

“Dae-ah” aku mendengar suara Suho Hyung bersamaan dengan suara pintu apertemen yang tertutup. Kubalas sapaannya dengan kedua sudut bibir yang kuangkat bersamaan ke kanan dan ke kiri.

“Ada apa dengan kepalamu, hn? Apa dia mengganggumu hingga kau memukulinya?”

Aku terkekeh, kali ini leluconnya benar-benar lucu, “Sedikit, dimana yang lainnya?”

“Di bawah, mereka membeli kopi. Bagaimana promosimu hari ini?” balas Junmyeon sambil merebahkan tubuhnya di depan TV.

“Menyenangkan, tapi sepi tanpa kalian. haha” tawaku hambar,

“Hyung tidak ikut membeli kopi,”

“Aku malas menunggu di bawah. Tapi aku sudah memesankan dua untuk kita pada Kyungso,” ia berbaring miring menghadapku,

“Hari ini istirahatlah dengan benar. Besok Kau free kan?”

“Iya, ngomong-ngomong terimakasih kau sudah memesankan kopi untukku.”

“Santai saja, biasanya juga kau yang membawakan kopi untuk kami,”

Aku hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Memang benar, biasanya aku yang membawakan kopi untuk anak-anak exo. Tapi itu sebelum aku debut solo belakangan ini. Hmm mendadak aku merasa bersalah pada member yang lain.

Kulihat Junmyeon Hyung sudah merentangkan tangannya sambil menutup mata. Sepertinya dia akan tidur. Mungkin dia kelelahan, entahlah. Hening cukup lama berlangsung. Hingga akhirnya rasa kantuk menyerangku.

“Hoamm... sepertinya tidur di kamar lebih baik,” ucapku lirih pada diriku sendiri.

Aku bangkit dari sofa yang aku duduki. Kakiku mengayun pelan membawaku ke kamar. Namun sayang, baru dua langkah kepalaku pusing bukan main. Semua yang aku lihat berputar. Mataku terpejam erat—lagi. Oh Tuhan, apa yang salah dengan diriku sekarang?

Aku memutar tubuhku dengan niat kembali duduk di sofa. Aku tidak mengerti dengan keadaanku kali ini. Mendadak seluruh tubuhku terasa lemas saat aku berhasil merebahku diri di sofa.

“Dae-ah!” suara Suho hyung terdengar parau, sepertinya dia sempat tertidur tadi.

“Kau kenapa?”

Aku tak menjawab dan lebih fokus pada rasa pusing dan sensasi berputar pada penglihatanku. Aku memejamkan mataku lebih erat. Ini benar – benar merepotkan.

“Dae-ah, are you okay, Kau kenapa, sakit?” aku membuka mataku.

Suho Hyung berada di hadapanku dengan wajah panik. Tapi pergerakannya tetap tenang.

“Hyung... nggh... semuanya berputar” ucapku lirih sambil menggerang menahan pusing.

Suho hyung, dia meletakkan punggung tangannya di keningku, “Kau hangat, sepertinya deman,”

Kemudian dengan pergerakan yang sangat tenang ia menambahkan bantal untuk menyangga kepalaku.

“Dae-ah, kau dengar aku?”
Aku mendengarnya, tapi tiba-tiba aku bingung bagaimana harus menjawab pertanyaannya yang mudah itu. Aku hanya menggerakan kepalaku pelan sebagai jawaban. Semoga ia mengerti.

“Dae-ah, buka matamu!” menurut, aku membuka mataku. Semuanya nampak berputar lagi, ini benar-benar menyiksa. Aku menutup mataku kembali dan menggeleng lemah.

Kudengar ia menghela nafas, “Tunggu di sini sebentar, ne!”

Tak berselang lama ia kembali, “Aku akan mengompresmu dulu,” setelahya aku merasakan sensasi hangat namun segar di keningku.

Suho Hyung membuka kancing teratas kemejaku. Ia meletakan kain kompresan di leherku. Membuatku merasa lebih nyaman.

“Dae-ah, kau sudah makan?” aku mengangguk.

“Baiklah, aku ambilkan obat dulu lalu minum obat, ne!” ucapnya lembut sambil beringsut pergi mencari obat—sepertinya.

....

Aku diam saja sambil mencoba menetralisir rasa pusing yang masih bersisa. Aku merasa sangat tidak berguna sekarang. Lemas sekali rasanya. Kurasa ada yang salah dengan tubuhku. Aku tak mengerti. Juga aku tidak menduga kalau akan tumbang.

Kacau sekali hari ini. Benar benar kacau.









*******

Hai haloooo
Aku kembali dengan cerita baru:)
Aku buat agak pendek pendek ya

Hai, The Last aku repost ya temen temen. Soalnya ada part yang ga nyambung gitu menurut aku. Jadi aku perbaikin ya. Dan juga maaf banget, sepertinya tidak bisa up rutin dua kali seminggu seperti dulu karena ini sudah masuk sekolah. Tapi tenang aja aku usahain untuk up setiap satu minggu sekali. Terimakasih:)

Kediri, 1 Juni 2019
1

0 Juni 2021

THE LAST~Chen (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang