BAB 6 - Petikan Gitar Yang Indah

94.6K 3.3K 35
                                    

"Pertanyaan konyol."

"Ya biarin dong, kenapa? Nggak bisa jawab atau nggak mau jawab?" Lagi-lagi Zhira melontarkan pertanyaan yang menyebalkan.

Elia mengerucutkan bibirnya kesal. "Nggak mau jawab! Titik nggak boleh ada koma atau tanda tanya lagi!"

"Eits, dengerin nih."

"Oke, gue jawab setulus hati gue. Segenap jiwa raga."

"Dih, direkam segala," Elia mengerutu, "dasar sinting lo berdua!"

"Biarin, emang kita udah sinting dari zigot," bantah Zhira kesal, "Nah, ayo jawab!"

Elia terdiam. Kali ini wajahnya terlihat serius hingga membuat Zhira dan Admia saling menatap keheranan. "Sorry, Guys, gue nggak bisa jawab pertanyaan itu buat sekarang."

"Kenapa? Kan tinggal jawab aja, El?" bantah Admia. Namun Elia masih memasang wajah serius dan membuat Admia sedikit merenggangkan genggamannya pada lengan Elia.

"Belum waktunya buat kalian tau siapa gue sebenarnya. Lepasin gue, Ad."

"Kenapa sih, Ya? Emang siapa lo sebenarnya? Kenapa lo bilang saat ini bukan waktu yang tepat buat kita tau siapa lo?" Zhira kembali menumpahkan satu dari seribu pertanyaan yag bersarang di otaknya.

"Zhira, gue bilang ... gue nggak mau jawab apapun pertanyaan dari lo untuk saat ini sampai saat yang tepat tiba. Jadi cukup buat tanya apapun ke gue lagi."

"Kenapa?" Zhira mulai terhanyut keseriusan dari Elia.

"Karena gue belum sanggup percaya sama orang lain!"

Zhira tersentak namun menahan diri untuk tetap tenang.

"Admia ... lepasin gue."

"Wew, tumben lo manggil nama gue selembut itu?"

"Admia ... "

"Aduh lembutnya ... "

"ADMIA!!"

"Yaelah, baru aja gue mau seneng dipanggil lembut gitu sama lo. Sekarang udah kasar lagi."

Zhira menepuk bahu Admia, seakan menyuruh Admia untuk mengikuti apa permintaan Elia. Admia pun melepas genggamannya yang ada dilengan Elia itu.

"Gue pulang dulu. Masih ada yang harus gue persiapin buat seleksi HS Party." Elia pergi begitu saja tanpa persetujuan dari Zhira dan Admia. Dia benar-benar terlihat buruk setelah mendengar pertanyaan-pertanyaan dari Zhira tadi.

"Ra, kenapa lo ngelepas dia semudah itu sih? Elia itu kayak kecoa tau! Kecil, susah nangkepnya, lari ke sana ke sini ke situ kagak ada capeknya, kita yang ngejar yang kecapekan. Apalagi kalau pake modus terbang, beeuhh ... tambah kacau tuh. Nggak ada yang bisa nangkep kalau modus terbang udah ON!"

Zhira hanya menatap malas Admia yang mengoceh tak jelas. "Lo ngoceh apaan sih?"

"Ya intinya, kenapa ngelepas Elia ... semudah itu?"

Zhira tersenyum dengan senyuman yang sulit diartikan. "Karena gue udah tau jawabannya."

####

Elia menghempaskan tubuhnya di ranjang yang cukup empuk. Menghembuskan napas lega setelah berhasil melarikan diri dari pertanyaan-pertanyaan mematikan dari Zhira. Dia benar-benar tak snggup jika harus menjawab pertanyaan itu sebelum waktunya. Entah kenapa, yang pasti jawabannya hanya satu kalimat.

"Gue masih belum siap buat percaya lagi"

Brmm! Mendengar suara mobil dari luar. Elia langsung bergegas keluar rumah dan menemui siapa yang baru saja keluar dari mobil Pajero hitam itu.

ELIA DAN RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang