BAB 13 - Sendiri Lagi

58.6K 2.8K 74
                                    

Setelah kejadian kemarin, Zhira tak menemui Admia selama dua hari di sekolah. Ponselnya pun tidak aktif setelah terakhir kali BBMnya hanya di read. Zhira berniat ke rumah Admia, namun belum ada kesempatan datang ke sana. Tiap kali dia ingin pergi ke sana, selalu aja ada halangan. Entah itu mamanya sakit, entah ada tugas yang hampir mendekati deadline yang harus segera ia kerjakan, dan bla bla bla.

Semenjak pertengkaran salah paham itupun Elia juga tak pernah lagi berbicara dengannya. Ke kantin pun jarang. Dia selalu melihat Elia membawa makanannya ke ruang musik. Mungkin untuk berlatih dengan Alvo karena seminggu lagi, HS Party akan segera diadakan.

Dia bingung harus berbuat apa. Takut akan terjadi apa-apa pada Admia. Dia mengakui kalau itu semua memang kesalahannya. Tapi apa boleh buat? Janji ya janji. Sekali meninggalkannya pulang sendiri kan tidak masalah. Apa dia harus selalu menjadi pengawal Admia setiap kali pulang sekolah? tidak, kan?

"Ra, ngapain sendirian di sini?" kehadiran Arzhi semakin membuatnya cemberut. Orang yang satu itu pasti akan kembali meng-kepo-inya.

"Nggak terima pertanyaan apapun!"

Arzhi terkekeh melihat Zhira yang akhir-akhir itu cemberut. Karena memang Arzhi sering memperhatikannya secara diam-diam.

"Nih, minum dulu. Mungkin lo haus."

"Engga. Makasih!"

"Nggak baik lho, kalau nolak rejeki."

Zhira mendengus kesal mendengar perkataan Arzhi tadi. Dia langsung menyambar sebotol minuman yang disodorkan oleh Arzhi. Membuat Arzhi cengengesan.

"Nggak usah cengengesan!"

"Sensi amat sih? Lagi dapet? Padahal gue lagi pengen dihibur. Jangan sensi ya."

Zhira hanya diam meminum minumannya. Dia kan sudah mengatakannya tadi kalau hari ini dia tidak menerima satupun pertanyaan.

"Ra? Jawab dong."

Lagi-lagi Arzhi merasa diacuhkan oleh siswi berkacamata itu.

"Padahal gue mau bantuin bujuk si Admia. Gue tau kalau si Admia lagi marah besar sama lo gegara lo nepatin janji lo buat bayar hutang budi ke gue. Tapi lo diam aja kayak gini. Gue jadi malas mau bantuin bujuk. Biarin deh si Admia ditemu—"

'PLUK!'

Tiba-tiba saja Zhira memukulnya dengan botol minuman yang ia pegang lalu menatap Arzhi tajam. Matanya hampir saja keluar dari kelopak mata seandainya ia tak pakai kacamata.

"Mau nyumpahin Admia bunuh diri lo, hah?! Jangan asal bicara gitu deh! Pamali tau! Dia sahabat gue! Jangan nyumpahin dia gitu dong! Lo mau ngehibur atau malah tambah bikin gue pusing sih?! Mendingan lo pergi aja sana!" pekiknya kesal karena sok tau apa yang akan dikatakan Arzhi.

"Apa-apaan sih, Ra? Gue cuma mau bilang, si Admia ditemuin menghilang karena kabur! Lo kira gue mau bilang si Admia ditemuin bunuh diri gitu?! Makanya, jangan asal nyerobot orang yang lagi ngomong!" bantah Arzhi tak mau kalah.

Dia agak kesal hari itu. Padahal dia berharap bisa menghilangkan rasa kesalnya dengan menghibur Zhira. Malah Zhira semakin membuatnya kesal dan membuatnya menumpahkan kekesalan itu pada Zhira sendiri.

Suasana menjadi canggung, Arzhi merutuki perkataannya sendiri yang pasti membuat Zhira semakin kesal dengannya.

"Ra, gue nggak bermaksud buat—"

"Pergi aja sana, Zhi. Gue lagi ingin sendiri dulu," akhirnya setelah merasa tak enak hati dengan Zhira, Arzhi meninggalkan Zhira sesuai apa yang Zhira inginkan. Daripada dia harus kena marah lagi.

ELIA DAN RAHASIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang