"Dramanya udah selesai kali, El. Masih nangis mulu dari tadi," Elia masih menangis di setiap jalan menuju halte.
"G-gue ng-gak bisa ber-henti na-nangis, El."
Alvo menghela napas pelan, lalu dia menahan tangan Elia sampai Elia menatapnya. Entah ada angin apa, tangannya terulur untuk menangkup pipi yang sedikit chubby itu dan mengusap air mata Elia.
Bukannya berhenti menangis, Elia malah semakin merengek. Dia terus menangis seperti anak kecil. Justru Alvo semakin bingung dibuatnya.
"Loh? Kok malah tambah nangis?"
"Jantung gue! Jantung gue hampir copot El."
"Ha?" Alvo terbengong-bengong mendengar lirihannya yang sangat pelan sampai tak terdengar di telinga Alvo. "Lo kenapa? Jantung lo kenapa tadi?"
"Nothing."
Elia menyeka tangan Alvo yang masih menangkup pipinya dengan lembut. Dia mengusap air matanya sendiri kemudian menatap Alvo datar. "Ayo antar gue pulang."
Langkahnya mendahului Alvo yang masih bingung dengannya. Sedangkan dia sendiri bingung dengan apa yang baru saja ia ucapkan. Untung saja Alvo tak mendengarnya, kalau Alvo sampai mendengarnya, pasti akan ditertawakan sampai kucing berubah jadi tikus dan tikus berubah jadi anjing.
Dia sendiri heran kenapa jantungnya bisa berdegup kencang tak beraturan seperti tadi. Napasnya kini tersengal-sengal seperti habis lari maraton 2000 km. Bahkan lebih parah dari itu, kepalanya juga ikut-ikutan pening karena kerja tubuhnya yang mendadak tidak seimbang.
Rasanya aneh!
Padahal Alvo hanya mengusap air matanya. Siapa saja pasti pernah diperlakukan seperti itu. tapi kalau di FTV-FTV, cara mengusap air mata seperti tadi itu benar-benar mendebarkan! Bahkan bisa saja si cowok menaruh rasa pada si cewek.
Apa?
Menaruh rasa?
Pada Elia? Alvo pasti sudah gila. Sesegera mungkin Elia menggeleng sendiri. Menghapus semua pikiran aneh yang bersarang di otaknya itu.
'PLUK!'
"Aaww! Why you hit me, huh?" pekik Elia ketika Alvo menepuk jidatnya pelan.
"Elo sih, dari tadi geleng-geleng mulu. Lagi kesambet setan dugem lo?"
"Cih, siapa yang geleng-geleng?!"
"Jangan kebanyakan gelengin kepala. Nanti urat leher lo malah keseleo, terus nggak bisa berhenti geleng-geleng deh."
Elia menepuk bahu Alvo yang menyebalkan itu. Yang ditepuk hanya menatapnya datar.
"Tadi lo kenapa? Jadi lebay banget kayak gitu?"
"Gue kan emang over-expression! Emangnya elo? Punya ekspresi aja kagak."
"Elo maruk sih, gue jadi nggak kebagian, kan?"
Elia menepuk bahunya lagi dengan gemas. Iya! Lama-kelamaan Alvo jadi sangat menggemaskan untuknya. Rasanya pengen banget ngeracun si makhluk muka rata itu dengan cintanya. Ralat. Dengan sianidanya.
Tapi, dia nyaman. Nyaman bersama sosok lelaki yang berjalan berdampingan dengannya sekarang. Meskipun menyebalkan dan kadang membuatnya kesal. Mungkin itulah yang membuat Alvo mempesona baginya.
####
Kau adalah
Yang terindah
Yang membuat hatiku tenang
Alvo tersenyum sangat tipis. Bahkan tak terlihat kalau dia sedang tersenyum. Petikan gitarnya mengiringi nyanyian Elia saat ini. Dia berusaha fokus ke permainan gitarnya sedangkan Elia menyanyi sambil terus menggodanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELIA DAN RAHASIA
RomancePertemuannya dengan si Murid Baru yang selalu ia sebut dengan Muka Rata membuat hidupnya jungkir balik 180°. Rasanya sungguh mengkhawatirkan tapi sialnya ... dia juga merasa nyaman. Elia, dengan seribu satu rahasia yang ia genggam erat-erat akhirny...