ANTYA (Akhir)

110 8 1
                                    

Dengan segala keberanian yang ada, aku berjalan mendekati Saga. Membangunkan nya dari tendangan Gio yang terus menyerangnya.

Membawanya menyingkir dari tatapan Gio yang tajam. Mengelap luka nya yang terus bercucuran darah. aku tersentak kaget oleh sebuah mobil dengan kecepatan tinggi yang hilang kendali hingga akhirnyaa...

"Aww" Dengan setengah sadar aku membangunkan diri dari bawah tempat tidur.

Rasanya kepalaku sedikit pusing gara-gara terpentok meja yang ada di samping tempat tidur aku. Aku langsung beranjak mandi, bersiap-siap, langsung berangkat, tanpa minum atau makan roti bakar yang hangat.

Berjalan disapa sorot matahari daun-daun yang melambai degan ramahnya, namun tak dapat aku balas safa. Maafkan.

Dalam beberapa jam, beberapa hari, bahkan beberapa bulan ini aku makin terlarut dalam kekosongan.

Hingga aku terkejut mendapat peringkat 3 dari belakang saat ulangan semester. Ibuku yang resah melihat kondisi aku memutuskan untuk menganganiku. entah dengan cara apa.

Saat itu hujan deras yang membekaskan embun di kaca koridor kamar aku membuat semuanya terasa dingin.

Samar-samar aku membuka mata terlihat seorang psikolog cantik yang mulai mendekati aku, menangani keterpurukan aku. Ibu pun memutuskan keluar membiarkan aku bersama si psikolog cantik itu.

"Hay" Safa nya dengan senyum termanis, namun aku tak balas senyumnya.

"Aku tahu remaja seperti kamu memang lah seorang gadis yang sedang terlihat cantik, boleh kau ceritakan seluruh masalah apa pun yang menyumbat pikiran kamu nona cantik?. Aku akan menjadi temanmu selama kamu menceritakan semua" Ucapnya lagi.

Akhirnya sedikit demi sedikit aku mau menceritakan semua yang terjadi, aku merasakan nyaman dengan psikolog cantik itu, aku merasakan bebas ketika bersama nya.

Aku merasakan pokoknya segalanya. Hingga pada akhirnya dialah yang menjadikan nilai UAS aku melejit drastis. Meningkat meroket. Aku sangat berterimakasih kepadanya.

Setelah kuputuskan untuk pindah menetap di Jakarta. Tepatnya Minggu lalu aku mulai mengemasi sebagian barang-barang yang akan menemani aku ke kota asal aku.

di antara ibu yang berat hati melepas anak nya tinggal berjauhan. Aku menepati rumah lama aku bersama sepupu aku yang kebetulan masuk SMA pada tahun ini.

Menikmati udara pagi yang hangat membuat seluruh memori ingat aku di kota Manado menghilang seketika. Rasanya seperti terlahir kembali untuk pertama kalinya aku hidup di dunia.

Aku tinggal di kawasan Jakarta pusat yang kebetulan selalu macet di pagi sore hari, bahkan malam siang pun tetap begitu. Lelah rasanya berdiri berdesak desakan di dalam metromini yang akan membawa aku pulang dari kampus aku, beginilah perjuangan mahasiswa walau tak setiap hari kulakukan.

Sore itu sopir pribadi aku tidak bisa menjemput. maka aku terpaksa naik angkutan umum. Walau sebenarnya aku sudah terbiasa oleh angkutan umum ketika di Manado. Hanya saja di sana dingin di sini hangat.

Mengambil jurusan manajemen bisnis adalah impian aku sejak kecil. Ingin sekali mengolah sebuah perusahaan yang nantinya akan berjaya sebagaimana kemampuan aku tersisa.

Jam beker berbentuk apel dengan sedikit gigitan telah berhasil memekakkan telingaku. Mengagetkan aku hingga akhirnya aku terbangun terjatuh.

Aku berjalan malas menuju toilet untuk membersihkan wajah aku. Bersantai berlama-lama di koridor rumah memang hal yang selalu membuatku senang.

"Ahh!!" Hari ini aku lupa harus datang ke kampus untuk membuat laporan.

Lagi-lagi aku tersentak. Namun tak sampai jatuh kembali. Terburu-buru hingga akhirnya dapp.... terpentok juga kakiku. Sialann.

Bulan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang