RENJANA (7)

56 6 0
                                    

Angin berhembus pelan, di iringi oleh awan yang lewat dengan tenang. Saat itu cuaca nya cerah tanpa sedikitpun noda, sama seperti perasaan aku sekarang.

Aku bersama Saga tengah mempersiapkan diri untuk segera maju mengisi panggung mini untuk membuka acara.

Aku merasa lelah, namun tatapan hangat Saga seolah-olah menghapus segala kelelahan pada diriku. Aku tersenyum malu ketika mendapatinya sedang memperhatikan aku.

"Kamu cantik Frensia" Ucapnya pelan sebelum kami melangkahkan kaki untuk segera maju ke panggung.

Sungguh, dalam sekejap aku tidak bisa konsentrasi, kata-kata yang sudah ku persiapkan ku olah sebelumnya hilang total entah ke mana perginya.

Untung saja Saga bisa mencairkan suasana hingga aku dapat melupakan kata-katanya membangun kembali runtuhan-runtuhan kalimat untuk mengisi acara itu berlangsung. Ditutup dengan do'a berakhir dengan tawa.

Sejak acara itu aku makin tidak mengenali sosok Gio alfaro. Dua hari yang lalu, aku mendapat berita buruk dari Ririn, katanya dia pernah melihat Gio sedang boncengan bersama perempuan, aku rasa dia adalah pacarnya, biarlah begitu bahkan Gio sudah melupakan dan meninggalkan aku.

Dua Minggu setelah mini show itu dilaksanakan aku resmi berpacaran dengan Saga. Waktu itu adalah malam Minggu, dia menjemput aku meminta izin kepada ibu ajak ke kawasan kota. Sudah pasti aku mau, namun jikalau ibu aku tidak mengizinkan aku tidak akan berangkat.

Saat itu keadaan sangat berpihak kepadaku, ibuku memperbolehkan aku diajak jalan-jalan oleh Saga dengan syarat tidak boleh pulang lebih dari jam 11:00 malam. Ibu memang selalu memercayai aku, aku senang dengan ibuku. Terima kasih ibu, karena sejak saat itu aku resmi berpacaran dengan Saga. Ibuku memang orang yang baik, dia bijak, halus, tegas. Walaupun aku sudah berpacaran dengan Saga.

Namun apa yang dilarang di perbolehkan ibuku tetap terlaksana. Saga pun sering kerumah, Main game, cerita-cerita, belajar bersama, adu kepintaran, pokok nya masih banyak lagi. yang jelas aku senang bersamanya.

Dengan Saga aku lalui masa-masa tersulit di mana aku harus menghadapi ujian kenaikan kelas ini. Dengan senang hati dia selalu mengajarkan ku rumus-rumus Fisika yang menyumbat kepalaku.

"Ada juga orang sabar yang berhasil membuat nilai aku sempurna" Ucap aku kepadanya ketika kami sedang berada di kantin.

Saat itu tampaknya kantin tidak seramai biasanya, jam pulang sekolah memang waktu yang indah bagi siswa untuk segera pulang istirahat. Namun tidak bagiku dengan kami selalu memilih tempat itu untuk sekadar nongkrong atau pun mengerjakan tugas.

"Ini berkat usahamu juga" Jawabnya dengan senyum termanis.

Sesampainya di pertigaan jalan itu kami berpisah arah. Aku menuju pulang, Saga pun begitu, di teras rumah aku mendapati ibu yang sedang mengobrol dengan bundanya Gio.

Tanpa basa-basi aku langsung bersalaman dan masuk kedalam. Aku memang tidak suka sama Gio, namun bukan berarti aku membenci ibunya, hanya saja saat itu aku selalu senang karena Saga.

Setelah makan malam aku keluar rumah untuk mencari udara segar, menghirup angin malam untuk menyejukan, pandanganku yang tiba-tiba menah ke arah sosok Gio.

Bulan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang