3. Calon istri

4.2K 171 8
                                    

Mika terus saja mendumel di dalam mobil, sejak keluar dari restauran ia terus mengoceh seperti burung.

"Pak Attar, lain kali kalau mau ngomong itu mikir dulu, mainceplos-ceplos aja, emang bapak pikir ini telur ceplok," ucap Mika masih tetap tidak terima dengan ucapan Attar saat di restauran.

"Diam, gak udah banyak protes," ketus Attar tetap setia menatap jalanan.

Mika mendengus kesal, masih tetap tidak terima dengan ucapan Attar.

"Saya gak akan diam kalau pak Attar gak mau gasih tau apa asanya," keukuh Mika, sebelum Attar jujur ia tidak akan mau diam.

Attar yang sudah merasa panas telinganya, dia paling tidak suka keributan.

Attar menghentikan mobilnya di pinggiran jalan. "Kalau kamu tetap masih ngoceh gak berpaedah, mendingan kamu keluar," ucap Attar meninggikan suaranya, ia sudah kesal sendari tadi Mika marah-marah gak jelas.

Mika menatap Attar, ia memang tidak suka dengan pria yang berani meninggikan suaranya terhadap wanita.

"Ok saya keluar, sekalian saya mengudurkan diri, Asaalamu alaikum," ucap Mika lalu keluar dari dalam mobil Attar dan membanting pintunya cukup keras.

Attar kembali melajukan mobilnya, walau sebenarnya ia tidak tega meninggalkan seorang wanita di pinggiran jalan sepi.

"Taxsi gak ada, handpone lowbet, Mika gimana pulang dong? gara-gara bos triplek nih," dumel Mika sambik terus mengedarkan pandanganya penjuru jalan.

Attar melanbatkan laju mobilnya melirik kaca spionya, Mika terlihat kebingungan mencari tumpangan untuk pulang, walau pun dia pria cuek dan dingin tapi ia masih punya hati.

Attar memundurkan mobilnya, berhenti tepat di tempat Mika berdiri.

Mika menyeritkan dahinya. "Gapain lagi ini triplek balik lagi," batin Mika, menatap mobil Attar.

Mika mengalihkan pandanganya, tidak memperdulikan mobil Attra yang berhenti di sampingnya.

Attar membuka kaca penumpang. "Masuk!!" pinta Attar.

"Maaf saya bisa pulang sendiri," balas Mika cuek.

Attar keluar dari mobilnya, berjalan ke tempat Mika berdiri.
"Mau pulang naik apa? ini jalan rawan, mau di sini sampai kapan?" tanya Attar.

Mika mencerna ucapan Attar sendari tadi ia berdiri belum ada satu pun kenderaan lewat.

"Kamu mau pulang sama saya, atau mau tetap di sini?" Attar kembali melemparkan pertanyaan pada Mika.

Mika diam, berpikir, kalau ia menolak tawaran Bosnya ini bisa-bisa ia akan pulan jalan kaki.

"Yaudah ... tapi antar saya samapi rumah ya pak, dompet saya ketinggalan," Mika menerima tawaran dari Attar walau sebenarnya ia ingin menolak.

Attar hanya tersenyum kecil, bahkan sangat kecil, Mika saja tidak melihat senyuman itu.

"Iya ... masuk," balas Attar.

Setelah Mika masuk Attar kembali masuk lalu melajukan mobilnya menerobos jalanan yang sepi.

Mika masih saja penesaran kenapa Attar mengatakan jika ia adalah calon istrinya. dengan keberanian Mika kembali melontarkan pertanyaan yang belum Attar jawab tadi.

"Pak, alasan bapak apa ngomong kalau saya calon bapak?" tanya Mika menatap Attar serius.

Attar menarik nafasnya lalu membuangnya secara gusar.

"Karena saya malas mendengar pertanyaan mereka kapan nikahnya," jawab Attar atas pertanyaan Mika.

Mika hanya mangut-manggut sebagai tanda paham.

"Mangkanya pak, punya wajah itu jangan datar kaya triplek kos-kosan, harus senyum walau sedikit, Lee minerale aja ada manis-manisnya, masa bapak gak ada," ucap Mika.

Attar hanya diam mencerna setiap kata yang di lontarkan Mika tanpa ada niat untuk membalasnya.

"Samapi ..." Attar mengehtikan mobilnya di depan gerbang rumah Mika.

Mika menatap bingung Attar. "Dari mana dia tau rumahku," batin Mika.

"Udah samapi, gak usah bengong gitu," ucap Attar kembali menyadarkan Mika.

"Pak Attar tau dari mana rumah saya?" tanya Mika penasaran.

"Taulah, kamu Anak Pak Ifran, pengusaha Ifran Grup, pengusaha yang juga sangat ternama," jelas Attar.

"Tapi gak ada yang tau kalau aku anak pengusaha Ifran Grup, trus kenapa bapak bisa tau?"

"Gak penting saya tau dari mana, sekarang kamu turun, saya masih banyak pekerjaan, oh iya, besok pagi jangan telat," ujar Attar.

"Bukanya saya sudah mengundurkan diri pak,"

"Saya tidak memecat kamu, dan tidak ada pengunduran diri, besok pagi datang tepat waktu karena saya tidak suka dengan orang yang tidak di siplin waktu," tukas Attar Mika hanya bisa diam menuruti kemaun bosnya ini, karena ia sangat membutuhkan pekerjaan.

"Iya pak Attra, makasih udah mau nganter saya, saya permisi Asaalamu alaikum," ucap Mika sebelum turun dari mobil Attra.

"Waalaikum salam,"

*****

Mika menasuki rumahnya, hari ini adalah hari yang penuh dengan rasa kesal pada dirinya.

"Assalamu alaikum," ucap Mika memasuki rumahnya.

"Waalaikum salam, baru pulang, masih tetap mau cari kerja, udah lah Mika kamu ngurus perusahaan papa kamu aja, ngapain cari kerja," Mama Mika berucap sambil terus fokus di depan layar televisi.

"Mika udah dapat kerja kok mah, lagian yang ngurus perusahaan papa itu seharusnya Kak Defan, bukan Mika," balas Mika sambil duduk di sebelah Mamanya.

"Coba kami lihat kakak kamu itu seperti apa, kerjaanya hanya keluyuran, nongrong sama geng motornya, bisa-bisa itu perusahaan papa di buat jadi arena balapan sama kaka kamu,"

Mama Mika membayangkan jika kakak nya yang menjadi pengurus perusahaan.

"Mama gak boleh ngomong gitu, Mika yakin kalau Kak Defan pasti berubah," Mika mencoba memberi keyakinan pada Mamanya.

"Kita lihat aja nanti, ngomong-ngomong kamu terima kerja di mana? jangan bilang kamu kerja jadi CS. mama gak terima kamu kerja itu," ucap Mama Mika.

"Mika di terima jadi skeretaris bos, di perusahaan Jaya Grup,"

"Jaya Grup?" Mama Mika mengulang ucapan Mika.

Mika hanya mengangguk sebagai jawban.

"Bagus dong kalau di sini, mama jadi legah," ucap Mama Mika girang.

Mika heran kenapa mamanya ini tiba-tiba kesenangan.

"Mama kok senang bangat?"

"Ya senang dong, kamu kerja di perusahaan terkenal," balas Mama Mika.

"Oh ... Mika ke kamar dulu ya, mau mandi bentar lagi Azzan Magrib," ucap Mika beranjak dari duduknya.

"Iya ..."

"Emang kalau jodoh ketemu sendiri," batin Mama Mika sambil tersenyum senang.

_o0o_

KEKASIH HALALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang