17. ZIDAN REYYAN WIJAWA

3.5K 138 7
                                    


_o0o_

"Jika kamu membuat suatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan suatu kesalahan orang lain, maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.”                 
                (HR. Bukhari)

                       ****


Sudah hampir satu jam bayi Mika tak kunjung diam, bahkan segala cara sudah Mika lakukan, Bi Narsi dan juga pak Anto sudah bergantina mendiamkan bayi mungil itu, tapi hasilnya malah tangisnya semakin kencang.

"Non Mika! gimana saya panggil aja pak Attar, tadi waktu sama pak Attar si kecil nyenyak bangat tidurnya,"intrupsi Bi Narsi, Mika hanya diam tanpa ada balasan dari ucapan Bi Narsi.

"Iya non, mungkin dia, kepingin di gendong sama Ayahnya,"timbal Pak Anto.

Mika menatap keduanya, lalu mengangguk. sebenarnya ia merasa bersalah pada Attar telah mengatakan jika ia benci pada Attar tapi mengingat betapa tidak pedulinya Attar saat Ia merasa kesakitan di rumah.

Padahal Attar sudah berjanji jika terjadi sesuatu Mika harus menelponnya tapi saat Mika ingin melahirkan Attar tidak bisa di hubungi. Itu sebabnya Mika mengucapkan benci pada Attar hanya dari mulut bukan dari lubuk hati yang paling dalam.

"Ya sudah," pasrah Mika dari pada bayinya semakin menangis untuk saat ini ia membuang egonya

Pak Anto dan bi Narsi tersenyum dengan langkah cepat Bi narsi membuka pintu lalu menatap Attar yang berdiri di ambang pintu.

"Nak Attar, masuk! di kasih ijin sama non Mika,"

Attar tersenyum menatap Bi Narsi yang juga tersenyum padanya.

"Bibi serius?"tanya Attar memastikan yang hanya di balas anggukan dari Bi Narsi.

Dengan cepat kilat Attar masuk berjalan mendekati Mika dan buah hatinya.

"Sini biar aku gendong,"pinta Attar Mika menatap Attar sebentar lalu memberi alih bayinya pada Attar.

Saat Attar menggendong bayinya. detik berikutnya bayinya diam. membuat seisi ruangan tercengang termasuk Mika.

"Anak ayah kenapa nangis mulu, sampai bundanya kualahan,"ucap Attar seolah sedang berbicara pada bayinya.

Bi narsi dan Pak Anto pamit untuk keluar mereka merasa tidak enak berada di ruangan Mika.

"Nak Attar, Mika, kami keluar dulu jika ada perlu panggil saja kami,"kata Bi narsi yang hanya di tanggapi anggukan dan senyuman oleh keduanya.

Setelah keduanya keluar, Mika beralih menatap Attar dan bayinya, bingung dengan dua mahluk ciptaan tuhan yang nyaris sempurna itu. Seolah keduanya sedang mempermainkannya.

"Kok dia bisa diam?"tanya Mika dengan wajah polosnya bahkan pertanyaan konyolnya membuat Attar ingin tertawa.

"Kenapa tanya sama aku, tanya sama bayi kita,"balas Attar, Mika hanya mengerucutkan bibirnya dengan jawaban Attar.

'Dia pikir itu bayi ajaib bisa ngomong.'

"Percuma kamu sekolah tinggi, jadi bos, tapi pikiranya ngaur, sejak kapan bayi bisa ngomong,"cibir Mika.

Attar tertawa kecil. "Siapa tau aja,"balas Attar.

Mika mematap Attar jengah, percuma berdebat panjang dengan Attar, pria itu akan selalu memiliki jawaban.

"Kamu udah kasih nama?"tanya Attar duduk di hadapan Mika, Mika hanya menggeleng sebagai jawaban.

"Gimana kalau namanya Reyyan?!" Attar menatap Mika seolah sedang meminta persetujuan.

KEKASIH HALALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang