..
Pemuda itu memarkirkan mobilnya ditepi jalan seberang sekolahan yang gerbangnya masih tertutup rapat. Bersandar pada kursi kemudi, sesekali menatap jam tangannya dan menatap kembali ke depan sana. Berharap, bel segera berbunyi dan dia bisa melihat gadis itu keluar dari gerbang itu dengan riang seperti biasa.
Hari ini, pemuda itu sudah memantapkan diri untuk tidak diam saja dengan melihat gadis itu didalam mobil seperti biasa. Dia akan keluar, berjalan mendekati gadis itu dan mengutarakan keinginannya. Dia harus bisa.
Pemuda itu menegak, ketika melihat seorang satpam berjalan mendekati gerbang sekolah, membuka gerbang sekolah lebar-lebar. Dan beberapa menit kemudia semua siswa berhamburan keluar gerbang secara beriringan. Disusuli beberapa siswa yang membawa kendaraan pribadi.
Sementara itu, pemuda yang duduk dengan tidak tenang dibalik kaca mobil hitam terus meneliti satu persatu siswi yang keluar dari gerbang, berharap dia menemuka gadis itu.
Cukup lama, sampai gerbang sekolahan itu sepi meski masih ada beberapa siswa yang baru saja keluar, gadis itu berjalan lunglai sendirian dibelakang dengan wajah tertekuk. Membuat pemuda didalam mobil yang awalanya tersenyum senang karena gadis yang dia tunggu sudah terlihat jadi mengenyit heran.
Mana senyuman riang yang sering dia lihat? Tidak ada sama sekali!
Gadis itu berjalan, melipir kepinggir jalan menuju halte bis didekat sekolahnya. Duduk disana, memainkan ponsenya, masih dengan suram.
Pemuda didalam mobil, sudah memegang pegangan pintu bersiap keluar dari tempat persembunyiannya, ketika rasa takut kembali datang. Yang seperti biasa membuatnya menyerah begitu saja.
Padahal, pemuda itu belum bergerak sama sekali tapi kenapa setiap dia ingin melangkah mendekat sudah merasa kalah duluan? Seperti ada sesuatu yang membuatnya tidak berani mendekati gadis itu.
Pemuda itu bersandar lagi dengan lemas, masih menatap kearah sebrang pada gadis itu. Dia jadi ingat, pertama kali mereka bertemu, sudah cukup lama sekitar tiga bulan yang lalu.
Disebuah gang yang sangat sepi, penuh dengan kardus-kardus bekas yang lusuh juga bau yang menyengat.
Pemuda itu mendengus, tak mau mengingat hari itu. Entah kenapa tiba-tiba hatinya merasa ditikam benda tajam begitu saja.
Dan dengan ending yang sama setiap harinya, pemuda itu menelan kembali keinginannya. Menyalakan mesin, melirik sesaat ke sebrang lalu kemudian pergi dari sana.
..
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
Romance"Aku sudah menerima banyak kehilangan dalam hidupku. Sekali ini saja, jangan yang satu ini. Jangan biarkan dia pergi. Jangan dia." - Oktaviani. . .