06. Sadar diri

12 1 0
                                    




Haga melangkah keluar. Tangan kirinya menjinjing sepatu sementara tangan kanannya menarik kenop pintu. Cowok itu beralih, duduk di kursi, diterasnya untuk memakai sepatu.

Suara pintu terbuka membuat nya mendongak ditengah-tengah menalikan sepatu. Menatap pintu kamar tepat didepannya. Seorang gadis keluar dari sana, memegang sebuah kotak berwarna biru.

"Pagi, Haga," sapanya ceria, melangkah ringan menghampiri Haga. Dengan tenang mendudukan diri dikursi disamping Haga yang masih sibuk memakai sepatu, "nih gue bikinin roti isi. Pasti lo bosenkan gue bikinin nasi goreng terus," katanya menjulurkan kotak bekal ke arah Haga.

Haga menyelesaikan aktivitasnya. Segera meraih kotak bekal, lalu memasukannya kedalam tas.

"Kata Hanna, lo nunggu gue semalaman?" tanya cewek itu teringat.

Haga menoleh, mengangguk pelan sebelum membuang wajahnya kedepan. Memandang deretan kamar khusus Putri. "Pulang jam berapa semalam?"

"Hm, sebelas malam mungkin."

"Ck," Haga menoleh. Menatap cewek itu sinis, "ngapain sih Cha pulang malem terus? Gatakut diculik, atau yang lebih memungkinkan lo bakalan digodain cowok-cowok brandal."

"Yakan lo tau sendiri, gue sibuk. Ini juga bukan pertama kalinya gue pulang malem," bela cewek itu agak takut melirik Haga yang masih menatapnya.

"Biasnya lo keluar sama gue. Malam ini nggak," sahut Haga ketus. Mengingat cewek itu selalu bilang dan meminta Haga untuk menemaninya untuk berpegian. Kemana saja. "Lo gaada bilang mau pergi keluar,"

Echa mendecak, "yaudah si gausah khawatir. Gue gapapa kan, liat sehat walafiat." sahutnya kesal sendiri. "Bawel lo," katanya mulai beranjak. Merapikan rambut panjangnya yang terurai begitu saja. Haga diam melihat itu.

"Eh, Ga, pulang entar lo mau makan apa? Gue mau nyoba bikin telur rendang sih. Semalam gue sempet liat di youtube kayanya gampang." kata cewek itu sudah mengoceh. Merasa tak ada balasan, Echa berbalik. Terkejut, Haga menatapnya sedaritadi.








"Lo habis ketemu Bayu?"

"Eh, hm...... ng.. Nggak!" jawab Echa sedikit tergagap. Matanya melirik kanan kiri gugup.

"Ck," Haga beranjak, menggendong tasnya dan mulai melangkah melewati Echa. "Bohong banget,"

"Ih," Echa memajukan bibirnya kesal, mulai mengekori Haga menuju motor yang sudah terparkir. "Ya emang kenapa kalo ketemu Bayu? Cemburu ya lo?!"

"Ko malem-malem ketemu? Ngapain kalian?" tanya Haga dingin tak menoleh, terus melangkah mengabaikan tatapan sinis Echa yang sudah melangkah disampingnya.

"Sewa hotel. Tidur bareng. Gitu-gituan. Udah, tinggal nunggu hamil." sahut Echa asal dengan ketus. Kali ini membuat Haga menoleh, langsung melingkarkan tangannya dileher cewek mungil itu. Menariknya untuk lebih merapat kesampingnya.

Dengan gemas, Haga mencubit pipi kiri Echa. "Disuruh ngisi soal bab evaluasi kelas dua belas, dia bisa nggak?"

"Apasih," Echa mendelik. Tangan kecilnya berusaha melepaskan jari Haga yang masih Setia mencubit pipi bulatnya, "ck, cemburuan banget jadi cowok."

Haga terdiam, menoleh dengan raut wajah yang datar. Memangnya dia siapa cewek itu, sampai harus cemburu? Haga kan bukan siapa-siapa, jadi dia cukup tahu diri.









***


Arga : tadi free, jadi pulang lebih cepet. Kenapa?












Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang