05. Galau 2

15 2 0
                                    

Tantan adalah sebuah aplikasi kencan asal Tiongkok. Tantan diklaim memiliki 60 juta pemakai.

Seperti itulah kira-kira pengertian dari aplikasi tersebut jika dicari di Internet.

Aplikai yang bisa menampilkan gambar atau profil seseorang yang jaraknya bisa diatur dengan keberadaan si pengguna.

Dan, Oktaviani menginstal aplikasi itu di ponselnya. Dengan alasan, ingin mencari teman, ingin punya teman cowok.

Padahal nyatanya, sudah bosan dengan status jomblo.

Banyak cowok yang mengajak Okta kenalan. Sejak pakai aplikasi itu juga ponselnya tidak sepi lagi. Malah, terbilang sibuk.

Selesai bales chat si A, gantian bales si B, lalu gilirian si C, kemudian si D, kalo si A belum bales chat baru bisa bales si E. Si F belum sempet di bales, karena mendadak si B dan s C balesnya cepet.

Iya, mendadak rame. Mendadak Okta merasa seperti cewek yang banyak gebetannya.

Sampai ada satu akun yang me- matches profilnya lalu mengirimkan stiker hallo pada Okta.

Dari profil yang Okta lihat. Umurnya sama dengan cowok itu. Bionya bertuliskan nama akun instagram pribadinya. Tentu saja, jiwa stalker Okta saat itu naik drastis.

Diakunnya, hanya terdapat 4 buah foto. Di foto pertama, ada 4 orang cowok berseragam putih abu-abu, berdiri saling merangkul bahu satu sama lain dengan bibir tersenyum lebar ke arah kamera. Foto kedua hanya foto sebuah cup eskrim kosong dengan caption 'dihabisin sirajin, padahal mama belinya dua.alay banget.

Foto ketiga, seorang anak berseragam SD dengan medali emas tergantung dilehernya menatap kamera dengan ekspresi wajah yang bahagia. Lalu, foto keempat hanya foto seorang bayi tengah duduk menghadap kamera yang di edit mirror sehingga seperti terlihat bayi itu ada dua.

Sudah, hanya itu.

Tapi seiring waktu, Okta nyaman dengan cowok itu. Yang selalu menyebutnya 'kucrit' disetiap mereka chating.

Katanya kucrit itu mendefinisikan sosok Okta yang kecil dengan pipi bulat menggemaskan. Entahlah, dimana letak cocoknya tapi Okta suka.

Mereka berdua sudah sampai tahap tukeran nomer, sampai pernah sekali Okta maksa ingin video call. Setelah beberapa kali akhirnya di angkat. Cowok itu tampan. Memakai hoddie hitam yang kupluknya menutupi sebagian keningnya dengan kacamata bulat membingkai matanya.

Dia tampan. Meski sedikit buram, karena itu hanya lewat ponsel.

Sampai kedatangan Arkan membuat Okta seperti hilang ingatan. Dan melupakan orang itu.









Okta meraih ponselnya. Membuka aplikasi chat. Lalu tangannya dengan cepat scrolling kebawah. Sampai bawah Okta mencari, tepat di dasar, Okta menemukan nama itu.

Ada beberapa chat yang belum dia baca dari kontak itu. Dikirim sekitar 6bulan yang lalu. Okta meringis, saking lupa, chat itu tertimbun begitu lama. Bahkan profil kontak itu kosong.

Jangan-jangan Okta si blokir, karena tanpa sengaja sudah pergi dengan tidak tahu diri. Juga tidak ada tanda-tanda online atau bahkan terakhir dilihat.

Okta mendesah, membaca sekilas chat yang masuk dari kontak itu. Merasa terkejut dan ingin menangis saat itu juga, saat tepat di chat terakhir cowok itu mengajaknya bertemu. Hal yang Okta tunggu-tunggu dari cowok itu dulu.

Okta galau. Benar-benar galau. Ingin menangis ditengah malam ini. Merasa sudah menjadi sosok yang jahat pada cowok itu.

Merasa bersalah, karena terlalu girang didekati cowok terganteng disekolah membuatnya sampai lupa pada siapa yang sudah membuatnya jatuh hati tanpa temu.








Okta menghela nafas. Tangannya mulai bergerak, mengetik sesuatu.

Okta : Arga, apa kabar?

Hanya centang satu. Okta kini mulai berkaca-kaca memandangi ponselnya. Benar-benar jahat, sampai membuat Arga kecewa sampai memblokir nomornya.

Cewek itu menyendu. Benar-benar sendu sampai menyimpan ponselnya diatas meja dengan lemah. Membereskan kekacauan dimejanya, karena mood belajar sudah pergi entah kemana.

Tiba-tiba Okta melirik ponselnya yang masih menyala di roomchat bersama Arga. Masih centang satu. Benar-benar tidak ada harapan. Benar-benar tidak tahu diri. Setelah pergi dan menyakiti, kini Okta berharap ingin kembali. Dasar bodoh.

Benar kata Haga si Raja matematika itu, Okta bodoh.

Oka kembali melirik ponselnya. Terkejut bukan main. Matanya membulat dengan mulut sedikit menganga. Tak percaya, tiba-tiba pesan yang dia kirim centang dua berwarna biru.

Itu artinya......

Arga sedang mengetik. Lalu hilang. Lalu mengetik lagi. Hilang lagi. Membuat Okta mendesah. Mungkin, Arga juga mikir dua kali buat balas chatnya.

Tapi, balasan datang. Okta memekik. Ingin menjerit saat itu karena entah kenapa dia bahagia.

Perasaannya melambung tinggi dengan pipi yang merona cewek itu beranjak, kini beralih duduk bersandar di ranjang dengan senyum manis menerima balasan singkat itu.

Arga : kabar baik, kucrit














Stay with me......

Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang