"Lho gabareng Arkan?"
"Udah putus!" sahut Okta galak.
"Yah, payah. Padahal lagi pengen makan mie ayam."
Okta mendelik, "ck apasih lo. Masih ngurusin perut aja, gak liat ini muka adik lo udah merah gini." katanya jadi jengkel sendiri pada cowok yang berdiri di samping pintu itu.
"Lah iya, muka lo merah. Abis mewek ya? HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA biar gue tebak. Lo yang diputusin Arkan karena lo jelek." sahut Ardi, kakak Okta dengan nada mengejek. Membuat Okta mendengus kesal, maju dan menginjak kaki Ardi dengan satu hentakan keras yang membuat Ardi berhenti tertawa, kini meringis kesakitan.
"Minggir,"
Okta melangkah masuk, dengan wajah memerah padam. Tak dia pungkiri bahwa dia memang marah. Karena, mungkin saja perkataan Ardi ada benarnya. Arkan memutuskan dirinya karena dia tidak cantik.
Dia tak habis pikir. Bagaimana bisa Arkan memutuskannya begitu saja, tanpa sebab dan kesalahan satupun yang dia buat. Dan tiba-tiba saja, mengakatan putus karena dia sudah punya pacar baru.
Memang brengsek!
Harusnya dari awal Okta sudah tahu, ketika Arkan mendekatinya bukan kerena cowok itu suka padanya. Tapi semata-mata hanya untuk menambah daftar nama mantannya. Ck, harusnya Okta juga tahuresiko pacaran sama cowok ganteng.
Ck, dasar bodoh! Lebih bodoh, karena Okta terlanjur sayang pada Arkan. Meski sekarang Okta tahu selama 5bulan ini Arkan tidak pernah benar-benar menyukainya tapi Okta sudah terlanjur sayang dan bahkan tidak mau kehilangan.
Hm, jadi ini rasanya ditinggalkan saat sayang-sayangnya.
"Ta,"
Okta yang baru saja akan merebahkan dirinya diatas ranjang terloncat kecil, terkejut tiba-tiba pintu kamarnya dibuka.
"Bener-bener ya lo bang, minta gue hajar." katanya mengancam yang malah dibalas Ardi dengan cengengesan diambang pintu.
Awalanya Okta tak perduli, ingin melanjutkan galaunya yang sempat terpotong oleh bel sekolah tadi, tapi penampilan Ardi menarik perhatiannya. "Tumben ganteng," cibirnya menatap Ardi dari atas sampai bawah.
Sudah rapi dengan celana jeans hitam dengan hoodie maroon juga rambut yang rapi. Beda sekali dengan penampilan tadi saat membukakan pintu, yang hanyak pakai kaos oblong dengan kolor.
"Ketemu cewek lah," sahut Ardi menyisir rambut hitamnya dengan tangan.
"Emang ada yang mau?"
"Siapa yang berani nolak ketemu cowok kaya gue?" sahutnya lagi, kini memainkan alisnya, ditambah dengan senyum manis yang membuat matanya menyipit.
Okta mendesis tak suka, "alah palingan ketemu cewek Tantan lagi. Ya pantes aja mereka mau, orang lo pake profil yang dibuat-buat ganteng." katanya, menyebutkan aplikasi yang sering dipakai Ardi, sampai lupa waktu itu.
Ardi terkekeh kecil, membuat Okta memutar matanya malas, "mau ngapain sih?"
"Enaknya ngajak dia makan, atau ketempat wisata?" tanya Ardi serius kini. Walau Okta malas mendengarnya.
"Sesuain sama duit lo aja napa, ngapain tanya gue sih,"
Ardi terkejut, jadi menghembuskan nafasnya. "Sensi amatya yang baru putusan. Eh, iya si Arkan suka ngajak lo kemana kalo tiap minggu? Dinner atau ketempat wi--" belum sempat menyelesaikan ucapannya Ardi sudah ketakutan ketika Okta meraih kursi riasnya, berlagak akan melemparkannya ke arah Ardi. Kakanya itu langsung menutup pintu begitu saja.
Okta menatap tajam kearah pintu, nafasnya memburu tapi beberapa saat kemudian tatapannya meneduh dan..
"HUAAAAAAAAAAAAAAAAAA SAYANG ARKAN!!" teriaknya histeris, menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang. Masa bodo dengan sepatu yang masih dia pakai, langsung berguling diatas sana.
"ARKAAAAAN!! GUE SAYANG ELO. HUAAAAAAAA. KALO LO MAU GUE CANTIK, LO KAN BISA SURUH GUE DANDAN. HUHUUUUU GAPERLU PUTUS JUGA BRENGSEK." teriaknya tak jelas lagi.
"DASAR BUCIN!" teriak Ardi diluar sana dengan terbahak-bahak.
Stay with me..
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay With Me
Romance"Aku sudah menerima banyak kehilangan dalam hidupku. Sekali ini saja, jangan yang satu ini. Jangan biarkan dia pergi. Jangan dia." - Oktaviani. . .