11. RUNAWAY

32 5 0
                                    

2 minggu kemudian...

Lai baru saja mengambil sebotol cola dari kotak pendingin ketika setumpuk kertas mendarat di depan wajahnya.

Bolehkah dia mengumpat sekarang?.

Ia memasang wajah paling masam kala menatap si pelaku yang duduk tenang menghadap komputer. Netranya tetiba melebar, seketika kekesalannya menguap. Matanya nanar menatap huruf-huruf bercetak tebal yang menjadi headline di lembar teratas.

'SARAH MILLER TEWAS TERTEMBAK'

Beberapa saat Lai hanya membisu, tangannya meremat ujung kertas. Setumpuk kertas mendarat lagi di atas meja, masih dengan topik yang sama. Lai melirik jendela web yang menampilkan banyak macam artikel dari berbagai sumber tentunya.

"NYPD bilang, ini penyerangan random. Pelakunya adalah pria kulit putih dengan usia diantara 29-31 tahun, tinggi sekitar 6,5 kaki. Sarah sedang cuti malam itu, dia pergi ke minimarket dan terbunuh di parkiran."

Lai melirik sinis ke arah pria yang tadi bicara, sorot matanya seolah berkata 'really?'. Rasanya satu omong kosong pun terlalu banyak agar fakta tertutupi dari publik. Konyol.

"Yap, aku sepemikiran denganmu,"
si pria memutar kursinya.

"Ini terlalu 'kebetulan' jika dilihat dari kronologinya. Berhubung aku tidak percaya dengan konsep kebetulan, jadi kuputuskan untuk mencari kemungkinan yang masuk akal. Namun, kebuntuan selalu setia pada satu titik temu"

"Motif," ujar Lai menyambung.

"Benar, bukankah ini lebih condong pada dendam pribadi?. Dibanding dengan kasus-kasus teror yang melibatkan banyak pihak, justru ini setia pada satu jalur. Bukankah ganjil?, jika satu kelompok yang sudah terkenal sepak terjangnya hanya menargetkan kerabat yang bahkan tidak diperhitungkan hidup-matinya,"

"Tidak juga. Dari contoh kasus yang kubaca dari jurnal, justru beberapa menceritakan kelompok yang malah berfokus pada satu keluarga, satu ikatan darah, dan hubungan kekeluargaan lain. Intinya, mereka berusaha membinasakan seluruh koloni dalam lingkaran target. Kebanyakan berakar dari hubungan kerja sama, pengkhianatan, dan juga perjanjian bisnis. Satu hal lagi, Sarah Miller bukan kerabatku, ia hanya pernah berada satu dek dengan ayahku" jelas Lai panjang lebar.

"Kau secara tidak langsung mengatakan tentang masa lalu bukan?"

"Yang jelas aku berani menjamin kalau ayahku tidak terlibat perjanjian ilegal apapun,"

"Kau belum tau, belum ada yang bisa memastikannya,"

"Aku yakin," Lai tetap kukuh.

"Kau tidak mungkin seyakin itu," si pria tetap meragukan kalimat yang dengan mudah meluncur dari gadis berparas sangar didepannya. Tapi, kedua manik sedingin besi itu telah menetapkan keyakinannya, pendirian sekokoh karang.

Manik hijau lebih dulu berpaling dari si kelabu, menyerah beradu keteguhan karena bahkan pemenangnya telah ditetapkan pada awalnya.

"Baiklah, apa pendapatmu tentang ini?"

Ia memutar sebuah video wawancara, disana tampak seorang reporter wanita tengah berbincang dengan salah seorang narasumber. Dibelakangnya, tampak kerumunan wartawan juga orang-orang yang menonton.

Tiba-tiba dia menjeda videonya.

Lai mengerutkan dahi kala penampakan pria dibelakang reporter mengganggunya. Bukan karena ia tidak dapat melihat dengan jelas sosok tubuh yang tergeletak di lantai parkiran, namun karena ia mengenali pria itu.

"EJ?," katanya memastikan.

Si manik hijau menoleh, "jadi kau benar-benar mengenalnya ya?,"

Klontang!

FALLACYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang