Sebelumnya, saya hanya mau bilang, part ini akan jadi cukup panjang. Jadi siap-siap aja mata kalian ya;)
Semoga ga bosan, dan thanks buat kalian yang masih sempatin baca cerita rancu ini🙏
***
Seoul, apartement
21.45"Orang tuaku mengambil anak angkat sebagai ganti anak kandungnya untuk 'ditumbalkan' pada Demoniac,"
"Tumbal?,"
Yang terbersit dipikiran Lai sekarang adalah praktek magis yang masih marak di kawasan Asia Tenggara–– yang melibatkan pengorbanan manusia dalam prosesnya.
Jay berbalik, bersandar di pagar pembatas balkon kamarnya. Matanya tampak gelap menerawang.
"Entah apa yang dilakukan kedua orang tuaku sampai Demoniac mengejar mereka, aku tidak ingin tau. Awalnya mereka adalah anggota organisasi itu sampai ketika tiba-tiba ayahku menghilang. Sebenarnya, aku sudah merasa ada yang salah saat Mari datang, ayah dan ibuku bukan tipe simpatisan yang peduli kalaupun ada anak jalanan kelaparan. Ternyata Mari memang sengaja dipungut untuk menggantikan posisiku dan Aria sebagai anak, mereka sengaja 'memperlihatkan' Mari agar jika terjadi sesuatu, Demoniac tidak mengejar kami,"
Jay mendengus, "Aku tidak tau jika mereka memang sepeduli itu, atau sekeji itu,"
Lai mengusap wajahnya kasar, menumpukan kedua tangannya di pembatas sembari menatap riuh rendah kota dibawah. Ia menelan segala sumpah serapah yang ingin melompat keluar. Astaga, gadis cilik berumur 8 tahun ditembak dari jarak dekat, kemudian jasadnya ditenggelamkan dalam bathub. Ia tidak bisa mendengar cerita ini seandainya saja menolak ajakan Aria untuk bertandang kemari.
"Kau dimana saat itu terjadi?,"
"Pertanyaan bagus," Jay terkekeh dengan muram.
"Aku tengah memakan umpan mereka, ayah menyuruhku mengerjakan sebuah proyek. Mennggambar serangkaian sketsa––"
Ia terdiam sejenak, "yeah, semacam itu. Aku begitu berambisi untuk membalas dendam, menunjukkan kemampuanku. Tepat ketika aku memasuki dapur––"
Lai menoleh, beradu pandang dengan mimik Jay yang menahan ledakan emosi.
"Aria berdiri disana, didepan kamar mandi. Memandangi seonggok mayat sambil meracau kalau Mari melihatnya, Mari masih hidup"
"Keparat!,"
Lagi-lagi usapan kasar didaratkan Lai pada wajahnya, ia merasa amat gusar membayangkan adiknya melihat apa yang tak seharusnya disaksikan manusia, terlebih saat itu Aria hanyalah anak-anak.
Mereka terdiam selama beberapa menit. Ataukah hanya beberapa detakan jantung?.
"Itulah kenapa, aku ingin berpartisipasi menangkap binatang ini. Bukan hanya tentang ayahmu, Ryder, ataupun Mari, tapi demi semua orang yang kehilangan nyawanya. Orang-orang yang menderita karena para bajingan kemanusiaan itu dan aksi terornya,"
"Ini bukan badan amal, Jay. Kau tidak bisa berpartisipasi begitu saja, bisa jadi semua ini malah berakhir sebagai misi bunuh diri. Aku tidak keberatan soal dirimu, tapi ada nyawa Aria yang juga harus diperhitungkan,"
"Aria ikut, tentu saja. Hanya sekedar tau, kita apalagi aku tak akan bisa menutupinya lagi. Lagipula aku teramat yakin dengan kemampuanku melindungi adikku sendiri,"
Mata Lai menyipit, garis-garis keseriusan tampak menggurat disana. Sambil menyilangkan tangan, ia bertanya dengan nada datar,
"Kau berguna dibidang apa?,"
KAMU SEDANG MEMBACA
FALLACY
Action"Tidak seperti yang kau lihat, tak seperti yang kau kira pula. Karena di dunia ini, tidak ada yang termaafkan ataupun terlupakan." *** Sang ayah terbunuh dalam insiden kecelakaan kapal. Lai Clifford bertanya-tanya, apakah 'kecelakaan' ini memang dir...