17. THROWBACK

11 1 0
                                    

Bugh!Duagh! bugh––

Samsak hitam yang menjadi sasaran kebrutalan terayun maju-mundur. Meskipun dibalik kain pelindung, memar dan lecet menghiasi tiap buku jemari, tapi kekuatan yang dilayangkan tak jua berkurang. Engahan napas kasar keluar masuk mulutnya yang kering, peluh membanjir membasahi rambut cepaknya.

'Tidak layak'

Bugh! Satu pukulan lagi melayang.

'Tidak cukup'

Duagh! Kali ini kakinya yang bersarang di sisi samsak.

'Anak-anak'

[!!!]

Oke, kali ini bunyinya kacau. Tampak seperti setiap anggota tubuhnya berebut tempat untuk menghajar samsak.

'Sial, sial, sial!!'

Umpatnya untuk kesekian ribu kali. Berbagai kalimat kemudian menyusul, kebanyakan melabeli dirinya sendiri dengan kata 'bodoh' dan 'lemah'. Tidak terpikirkan lagi mata yang perih terkena keringat atau ototnya yang serasa putus, amarah mengaburkan sekeliling. Yang terlihat hanya rasa muak dan kebutuhan untuk melenyapkan perasaan itu.

"Argh!"

Tangannya melayang lagi.

Seorang pria menonton sambil menyeka dahi dengan handuk di leher.

"Bagaimana keadaannya?," tanya Jay yang baru masuk.

"Masih frustasi," Grayson menjawab, namun fokusnya tetap pada sosok yang mesra bersama samsak disana.

Tiga hari berselang sejak pertemuan dengan aliansi dadakan. Sejak itu pula, Lai terus uring-uringan dan mengurung diri di gym pribadi apartemen tunggal barunya.

Jay dan Grayson tak berani mengusik, bisa dipastikan kepala mereka akan berlubang apabila mencoba. Harga diri Lai terluka dan itu adalah bagian terburuk dari skenario kemarin.

Grayson sebenarnya juga cukup tersinggung, meskipun ia berhasil menyembunyikannya dengan lebih baik.

"Dia terus berlatih 68 jam penuh, hanya berhenti 5-10 menit untuk minum" Grayson mengedik pada kaleng serta botol minuman isotonik yang tersebar di matras.

"Aku heran dia belum tumbang," tambahnya.

Jay belum ingin menanggapi. Pria itu memusatkan pandangannya pada samsak yang tergeletak di sudut, terkoyak dan pasir pengganjalnya keluar.

"Ini samsak keduanya hari ini, tadi pagi dia merobek yang itu dengan belati," Grayson kembali menjelaskan.

"Holy f*ck!"

Keduanya menoleh, diatas matras, Lai terlompat-lompat memegangi pergelangan kakinya. Jay dan Grayson mendekat.

"Bodoh" Jay bergumam datar, Lai mendelik.

Grayson melewati mereka, kembali dengan kotak putih ditangan, meskipun langsung direbut Lai begitu kotak ada dalam jangkauannya.

"Sama-sama" Grayson menggumam.

Keheningan tak berkesudahan kala Lai berkutat dengan salep dan perban. Begitu kakinya terbebat dan gadis itu berdiri, kedua temannya bergantian mencemooh.

Lai berjalan acuh ke samsak.

"Teruslah seperti ini dan dua jam lagi, anggota tubuhmu akan lepas sendiri-sendiri,"

Belum juga gema bariton Grayson lenyap, suara gemeretuk tulang dari kepalan tangan Lai menjalar di udara. Membuat Jay meringis ngilu.

Lai memegangi pergelangan tangan kanannya, merengut kesal.

FALLACYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang