1.0

43 5 0
                                    

7 tahun kemudian

Take 1

Aku berlari ke arahnya dan langsung menendang bagian perutnya hingga dia terjatuh.

Aku juga terus memukuli wajahnya sampai dia terkapar lemas.Dia sudah pasrah memberi wajahnya dengan hasrat dan nafsuku yang kian memburu untuk membunuhnya saat ini juga.

Untung saja saat itu polisi datang.Mungkin mereka mengetahui keberadaan kami dari temannya yang tadi kabur.Aku melihati wajahnya yang memar-memar dan penuh darah.

"Dasar bajingan gila!" Kataku lalu pergi dari tempat itu.

Dia itu penjahat wanita.Dia melakukan penganiayaan wanita di depan mataku.Meskipun, dia pacaranya namun tetap saja Ibuku tidak mengajariku seperti itu.

Aku menyelamatkan wanita itu dan dia tidak terima lalu menantangku untuk bertarung sepulang sekolah.

Dia benar-benar seperti si kampret gila biadab saat terakhir kali aku memukulnya.Dia pikir dia hebat hanya karena dia seniorku.

***

Malam ini rasanya aku tidak ingin pulang.Aku benar-benar bosan berada di rumah.Lagipula, Ayah pasti pulang telat malam ini.Wajar saja dia selalu telat, dia adalah bos.

Aku pun mengalihkan diriku ke jembatan yang cukup jauh dari rumah.Disana, aku melihat ke arah jalan tepat dibawah jembatan dengan pikiran tak tahu arah.Sesekali juga aku melihat gedung disana yang tampak tak menaril simpatiku.

Aku mengingat seorang wanita yang mungkin sekarang sudah tahu jika saja dia tidak meninggal.Aku sangat merindukan sosoknya.

"Oppa" sahut yeoja.(perempuan)

Aku tidak menoleh karena aku sangat memgenal suara imut dan lucu.

Dia menghampiri ku karena tidak terima sahutannya tidak dijawab olehku.Dia berlari bergegas menuju ke arahku.

Dia sudah berada disampaingku dengan badan yang membungkuku dan nafas yang terburu-buru tapi tetap saja aku tidak menoleh.

"Wae?Kenap oppa tidak menjawab sahutanku?" Tanyanya setelah bersikap semula.

Aku masih belum menjawab pertannyannya.Aku hanya ingin membuat adik kecilku itu kesal denganku karena itu sangat lucu.

Plak

Dia memukulku badanku kesal.Aku sangat terkejut dan kesakitan karena pukulan mautnya.Tak biasanya dia melakukan begini kepadaku.

"Waeyo?" Tanyanya lagi sambil terus memukuliku.

Aku berusaha menepisnya dengan tanganku dan ingin menjawab pertanyaannya karena takut dengan pukulannya.

"Baiklah...Baiklah....Aku akan menjawabmu." Jawabku kesakitan.

Dia pun segera menghentikan pukulan olehnya dan senyum manis kepadaku seperti tidak merasa bersalah.

"Aigoo, sakit tau." Rengekku kesakitan.

"Aku tidak peduli oppa si bisu gila." Ejeknya sambil menjulur kan lidahnya.

Aku tidak terima dengan sikapnya kepadaku.Aku pun memukulnya namun dia menghindar dan pergi meninggalkanku.

"Dah oppa, cepatlah pulang!Aku akan menunggu mu dengan ramyon kesukaanmu." Lambainya dari kejauhan.

Aku tetap tidak menjawab kepeduliannya lagi dan kembali seperti posisi semula dengan mimik wajah kesal.

.

.

.

Aku sudah berada di depan pintu yang tak terkunci.Aku membukanya dan mencoba melihat sekilingnya apakah perempuan tadi ada di ruang depan.

My Love Is BannedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang