3.2

9 3 1
                                    


Entah sudah berapa lama aku sudah pingsan yang jelas ketika aku membuka mataku Sungyeon sudah berada di sampingku.

Aku seperti mengenal tempat ini.Ya, kurasa aku sedang ada di markas Ikon.Tapi, bagaiman Sungyeon bisa kesini?.

"Gwaenchanayo,oppa?" Tanyanya memastikan.

"Ah, nee.Gwaenchana" Kataku terbata-bata masih kesakita.

"Babo!" Serunya kemudian sambil menokok jidatku.

Aku tersenyum kepadanya.Dia ini sangat prihatin kepadanya padahal aku belum sangat mengenali dirinya sebegininya.

"Mianhaeyo" Kataku memohon.

Dia tidak menjawab dan tetap memasang wajah yang cemberut seperti ingin memberitahukan aku kalau dia kesal dengan keadaanku.

Sesaat kemudian ada yang ikut dalam percakapan kami, katanya "Aku sudah katakan jangan memulainya" Serunya sambil membawakan 3 buah kaleng soda untuk kami dan dia.

"Mereka yang memulai, bukan aku" Jelasku.

"Huh? Kau masih saja membela yeoja itu" Katanya tak percaya.

"Aku mengatakan yang sebenarnya" Kataku sambil berusaha untuk duduk sekarang.

"Arraseo.Kalau begitu apa selanjutnya?"

"Entahlah.Dia pasti sangat sedih sekarang.Aku tidak ingin memperburuk keadaan.Jangan beritahu ini kepada senior Bangtan atau member lain.Bersikaplah seperti biasa, Bobby-ah" Jelasku panjang.

"Terserah kau sajalah"

"Siapa yang kalian maksud, oppa?" Tanya Sungyeon tiba-tiba.

Bobby melihatku dan memasang ekspresi seakan mempertanyakan apakah Sungyeon boleh mengetahui tentang ini.

Aku lalu mengangguk mengiyakan.

"Oh.Dia Kim Nayeon kelas 3-1" Jelas bobby kemudian.

"Nayeon? Aku seperti mengetahui nama itu.... Apa dia mengikuti les musik?" Tanyanya sekali lagi penasaran.

"Nee"

Sungyeon menatapku langsung setelah itu dia mengekspresika dirinya sedang marah sekarang.

"Babo.Jeongmal Babo" Katanya memakiku.

"Aniyo, kami hanya berteman"

Dia menokok jidatku lagi, "Kau sudah salah, tapi kau masih saja berbohong" Katanya kesal.

Aku meraba-raba jidatku sebagai ekspresiku kesakitan.Lalu tersadar memang tidak ada gunanya menyembunyikan sesuatu dari adik ku ini.Karena dia akan pasti tahu bagaimana pun itu caranya.

"Baiklah.Aku salah.Aku minta maaf" Kataku memohon untuk kedua kalinya.

"Sudahlah, Lupakan.Ayah sudah menunggu dirumah.Dia bilang kita ada kedatangan tamu" Kata dia mengingatkan.

"Mwo? Apa ayah tahu?" Tanyaku cemas.

"Nee.Aku mengatakan kalau kau ada les musik"

Aku sangat lega mendengar Sungyeon tidak mengatakan yang sebenarnya kepada Aboeji.Kalu tidak, dia sudah sangat marah sekarang.

"Aku akan mengantar kalian" Tawar Bobby.

"Aniya, kami akan pulang sendiri" Tolakku.

"Baiklah. Kalau begitu aku permisi" Pamitnya lalu pergi.

Saat kami mau pulang, keadaan sudah hampir sepi dan hanya beberapa orang saja yang berada diluar.

Dan juga saat di halte, kami menunggu sangat lama bus disana dan kami merasa sangat bosan.

Ketika sudah mendapatkan busnya, aku mengatakan kepada Sungyeon kalau kami akan singgah dulu ke jembatan yang sering aku kunjungi itu setiap malam hari dan dia mengiyakan.

Sesampainya, "Wah, Anginnya sangat sejuk, oppa" Katanya sambil memutar badanya karena sangkin girangnya.

"Nee."

"Sungyeon-ah" Sautku tiba-tiba.

Dia pun melihatku, "Mwo oppa?" Jawabnya.

"Aku sangat minta maaf.Tapi dia sangat memaksaku.Aku tak tahu harus berbuat apa selanjutnya sekarang" Kataku panjang.

"Gwaenchanayo oppa.Aku mengerti."

"Kau tak usah cemas, menurutku kau hanya ada dua pilihan." Lanjutnya lagi.

Aku menatapnya dengan seksama, "Mwo?" Tanyaku.

Dia tidak melihatku dan menutup matanya, "Kau akan semakin dekat dengannya atau malah kau harus segera menjauhinya" Katanya lalu membuka matanya.

"Apa keduanya punya resiko masing-masing?" Tanyaku memastikan.

"Tentu saja."

"Baiklah aku jadi ingin tahu apa yang terjadi jika aku memilih mendekatinya. Kataku.

Dia menutup matanya kembali, "Itu pilihan yang bagus.Kau sangat beruntung, oppa.Kau tidak menyia-nyiakan titipan Tuhan untukmu.Bahkan dia tidak akan terluka karena niat baikmu" Jelasnya kemudian membuka matanya kembali.

Dia mengatakan yang sebenarnya, tapi aku ingin tahu bagaimana jika aku menjauhinya.

"Kau sangat bijak, sungyeon ah.Lalu, bagaimana dengan yang kedua?" Tanyaku kepo.

Dia menatap ke arah langit dan seperti memikirkan sesuatu.

"Ini juga bagus.Menjauhinya berarti kau tidak suka dengan caranya memaksamu.Akan tetapi, aku tidak menyarankan untuk kau lakukan, oppa.Biar bagaimana pun ini terdengar menyakitkan baginya.Dia sudah mencintaimu, maka itu dia memaksamu.Akan sangat disayangkan, oppa jika kau menyia-yiakan dia begitu saja" Katanya panjang kali lebar.

"Tapi aku belum mencintainya" Elakku.

Dia menatapku tajam kali ini, "Babo" Katanya.

"Apa yang kau katakan tak sesuai dengan apa yang kau lakukan! Jika kau belum mencintainya bagaimana bisa kau menurutinya sampai kau seperti ini" Lanjutnya kesal.

"Jangan menasehatiku, sungyeon-ah.Aku ini masih lebih tua darimu.Aku hanya ingin tahu seberapa besar pengaruh dirinya dalam pandanganku selama ini tentang cinta"

"Terserah kau sajalah, oppa.Aku sudah mengatakan sebisaku." Katanya lalu pergi.

"Kemana?" Tanyaku.

"Pulang.Abeoji pasti sudah sangat lama menunggu kita." Katanya.

Lalu aku mengikutinya dan berusah berlari sebenar untuk menyamakan posisi jalan kami berdua.

Adikku ini sangat pandai bahkan melebihi ku.Dia tahu apa yang terbaik untuk oppanya.Jika aku keluar sedikit saja dari jalur itu, dia tidak akan segan-segan menamgatai diriku kasar.

Namun, yang dia katakan itu benar.Aku bisa saja mendekatinya ataupun menjauhinya, dan tetap sama saja keduanya memaksaku untuk menjadi kekasihnya.

Sekarang, aku jadi lebih mengerti apa itu cinta?.Akan ku beri contoh.Dia sudah mencintaiku sehingga dia beri kepercayaan penuh untukku dalam segala hal.Kemudian, dia memaksaku untuk menemaninya dalam dunianya dan berubah menjadi kata "kita".Dan pada saat itu lah aku tak bisa lagi keluar.Jangankan untuk pergi, berpaling darinya sebentar saja ku rasa aku tak mampu.Karena begitulah cinta pertama.

Sebab itu lah, aku mengatakan cinta pertama bagaikan orang yang sudah meninggal.Tubuhku tak bisa lagi melakukan apapun itu karena dia sudah kuasai.Dan otakku selalu saja memikirkan bagaimana bisa lepas darinya, sehingga aku semakin tak bisa jauh darinya.

Aku sangat kesal mengapa kau yang melakukan ini.Namun, aku tak bisa memarahimu karena dirimu sudah taklukkkan hatiku dan kumohon kau harus tanggung jawab untuk ini- batin yeoja.

Maaf sudah ikut campur dalam duniamu.Kali ini aku akan meyakinkanmu
bahwa kau tidak akan menyesali telah memilihku, si brengsek ini.-batin namja






Cie-cie yang lagi kasmaran nie ye...
Jadi makin kepo ini......

Yaudh tungguin chapter selanjutnya.

Keep reading.

Thanks.




My Love Is BannedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang