19 ▪ Bermain Akal Cerdas

110 26 3
                                    

KALEA

Aku duduk di atas tempat tidur berseprai merah yang sangat aku tidak suka. Entah kenapa selama berada di sini aku terkadang mudah mengikuti perkataan Blythe, dan rasa haus darahku hilang padahal biasanya aku tak bisa seminggu tanpa darah. Aku tahu ada yang tak beres dengan diriku. Jangan bilang bahwa Blythe bisa mengontrolnya. Aku harus bisa keluar dari sini.

Aku akan membebaskan Paman LaoTou dari penjara. Dasar Blythe tak berguna, dia pikir aku tak tahu kalau dia sengaja mengatakan itu di hadapanku padahal itu urusan pribadi Ten. Dia secara tak langsung ingin memberitahuku kalau Paman LaoTou tertangkap. Okay, baiklah. Ternyata si tua itu belum mati juga, bisa jadi dia tak memakan keripik kentangnya.

Aku memasukkan ponselku--yang aku dapatkan sendiri di bawah bantal--pada saku celana. Entah siapa yang meletakkannya, padahal semenjak Blythe menangkapku aku sudah tak memegang ponsel itu. Aku dengar hanya ada dua penjaga di rumah ini dan itu kesempatan bagus karena semua bawahan Ten pergi ke rumah sakit untuk mengurusi jasad Handy. Pria tukang masak itu akhirnya berhasil aku bunuh.

Dengan mengendap-endap aku keluar kamar. Rasanya memang gerakanku ini ditangkap kamera pengawas, tapi ruangan CCTV pasti kosong sekarang. Aku berjalan dengan sedikit leluasa menuruni tangga. Aku tak boleh bertemu dengan Blythe. Setelah beberapa hari tinggal satu atap dengannya, aku selalu merasa lemah di hadapannya. Aku tahu, mungkin aku sedang dikendalikan.

Setelah sampai di lantai satu, seorang bawahan Ten berjaga di depan pintu luar. Aku dapat melihatnya dari jendela. Tapi tiba-tiba, dua buah mobil dengan tiga bagian kursi berhenti di depan rumah. Mereka segera turun dengan pakaian seragam serta kamera dan mic. Sudah tidak salah lagi, pasti ada peristiwa yang dialami Ten yang menarik perhatian publik. 

Aku tidak tahu Ten dimana sekarang, tetapi sepertinya dia ikut ke rumah sakit untuk mengurus jasad Handy. Rumah ini benar-benar sepi seolah tak berpenghuni. Aku berbalik badan berjalan menuju dapur. Di dapur juga tak ada siapa-siapa. Kurungan tempat tinggalku yang konyol pun masih berada di tempat semula. 

Tetapi aku tak mau membuang-buang waktu dan segera keluar melewati pintu belakang. Aku menurunkan daun pintunya. Tidak dikunci, bagus sekali. Aku melangkah pergi setelah menutup pintu kembali. Saat berjalan melewati halaman samping, aku mendengar ada beberapa kendaraan lagi yang berhenti di depan rumah Ten. Sepertinya ini alibi yang bagus untuk menyembunyikan diriku di kerumunan orang.

Sebelum bergabung dengan para wartawan asli, wartawan palsu ini mengintip dari balik dinding untuk melihat situasi. Dua bawahan Ten yang mengenakan jas hitam sedang menghalau para wartawan untuk pergi karena Ten tidak ada di rumah. Aku akhirnya melangkah keluar, berjejal-jejalan dengan orang banyak. Karena mereka yang terlalu sibuk, aku berhasil lolos dari indra penglihatan.

Aku sedikit menutup wajahku dengan rambut dan berjalan menunduk. Karena bisa saja diantara mereka kenal denganku dan aku yang akan menjadi sorot perhatian. Dengan hati-hati, akhirnya aku bisa keluar dari halaman rumah Ten. Aku melenggangkan tangan, lega. Aku buru-buru pergi menjauh sebelum ada yang sadar dengan keberadaanku.

Setelah lima belas langkah menjauhi rumah Ten, tiba-tiba perutku terasa mual. Rasanya seperti ada yang berputar-putar di dalam lambungku. Dengan wajah menahan sakit aku memegang perut. Kemudian aku menekannya kuat-kuat untuk mengurangi rasa sakit. Tetapi detik selanjutnya putaran itu terasa semakin kuat. Mulutku membuka lebar ingin muntah. Bersamaan dengan itu, semua rasa sakitnya hilang seolah ada yang keluar.

Aku tak berprasangka buruk soal itu dan kembali melanjutkan perjalanan. Aku rasa aku harus ke apartemen dulu sebelum menemui Paman LaoTou di balik jeruji besi. Aku menaiki taksi yang kupanggil. Sambil menghela napas aku bersandar malas pada sandaran kursi. Mataku sejuk menikmati indahnya Toronto. Tetapi lama kelamaan aku merasa dingin mulai menusuk kulit. Aku tak membawa jaket, mantel, atau apa pun yang bisa menutupi tubuhku. Aku lupa kalau ini masih masuk musim dingin.

Dangerous Woman [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang