20 ▪ Profesi Baru

120 23 45
                                    

TEN

Aku berlari mengejar Ayah yang baru keluar dari ruang sidang. Terpaksa banyak orang yang harus kuterobos demi sampai tepat waktu sebelum Ayah masuk ke mobil. Ayah juga terlihat buru-buru berjalan ke arah mobil yang terparkir di depannya. Aku harus bisa mencegat Ayah!

Ketika tinggal satu langkah lagi aku berada di posisinya, tanganku sempat menarik jas hitamnya, namun terlepas karena pria itu menarik dengan kasar dan segera menutup pintu mobil. Aku dan dia saling bertatap muka, tatapan tajam yang kudapat sama seperti saat aku mengunjunginya dua hari lalu.

"DAD! DAD! WHERE ARE YOU GOING?"

Ayah tak menjawab, namun dia tersenyum padaku hingga mobilnya berjalan pergi. 

"Tuan?" Steven menyusulku.

Beberapa wartawan dengan micnya menghalangi jalanku dengan siraman hujan pertanyaan. Apa yang harus kukatakan pada media sekarang? Apa aku harus dikasihani karena terlibat dalam kasus abnormal dan kecelakaan yang membuat tangan kiriku digips?

"Tuan, apa kau baik-baik saja?" tanya Steven.

Tetapi rasanya ucapan itu terdengar seperti bisikan. Aku terus meratapi pintu keluar kantor polisi yang sudah ditinggali mobil Ayah beberapa menit lalu. Ayah, apa yang membuatmu berubah?

"Tuan, ayo kita pulang sekarang," seru Steven.

•♤•♤•♤•♤•♤•

"Sudahlah, Nak. Kamu jangan sedih seperti itu terus. Mamma juga ikut sedih melihatmu seperti ini." Mamma memegang bahuku.

"Mam, kenapa Ayah tak tertangkap? Apa Mamma yakin kalau pelakunya benar-benar Tuan Eurwin Gray?"

Mamma tersenyum lembut, "Kamu percaya pada hukum, kan?"

"Iya Mam, tapi rasanya ada yang janggal."

"Mamma tahu kamu pasti bingung siapa yang sudah mencuri jasad Shea. Tapi coba kamu mengondisikan dirimu untuk jangan lemah seperti ini. Lihat Mamma, yang menjadi korban atas semua ini adalah cucu kandung Mamma. Tapi Mamma selalu tegar menghadapinya."

Aku menunduk, mulai berpikir, "Awalnya aku juga ingin seperti itu, Mam. Tapi sepertinya aku tidak bisa. Semua kejadian seolah menunjukku, menghakimiku dengan kesakitan."

Mamma menggeleng, "Tidak, Ten. Hidup takkan selalu indah selamanya. Kamu selama ini hidup dengan kebahagiaan yang cukup kan, tanpa masalah. Nah sekarang giliran kamu harus menghadapinya, apa kamu mau menyerah?"

Aku menatap Mamma nanar, "Mam, aku bukan seorang fotografer hebat lagi. Manager di kantorku sudah memecatku, pekerjaanku hilang. Ibuku dan Shea tewas, meninggalkanku. Namaku jadi tidak baik di hadapan masyarakat karena kasus penganiayaan yang tidak pernah kulakukan itu. Juru masak terpercayaku juga pergi. Dan sekarang aku kecelakaan hingga tulangku patah. Bagaimana--"

"Cukup Ten. Kamu tidak perlu mengungkit-ungkit kejadian yang tidak kamu inginkan lagi. Kamu selalu terpuruk karena kamu selalu mengingatnya. Jangan sesali yang sudah terjadi."

"Aku tahu Mam, tapi itu rasanya sulit."

"Tetapi Mamma bisa menghadapinya. Mamma sangat terpukul dengan kepergian Kakek Shea, kedua orang tua Mamma, dan kedua orang tua Shea, yang mana Ayahnya adalah anak kandung Mamma. Sekarang Shea juga pergi. Enam orang yang sangat Mamma sayangi itu, pergi meninggalkan Mamma selama-lamanya. Tapi Mamma masih tegar sampai saat ini."

Aku tertegun. Mamma benar juga. Dibandingkan aku, Mamma lebih banyak mengalami kepahitan dan keluh kesah hidup. Ia bahkan mampu hidup hingga menginjak tujuh puluh tahun. Apa aku yang masih dua puluh lima tahun mau menyerah pada takdir? TIDAK!

Dangerous Woman [Sudah Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang