1; Hari Pernyataan Cinta

885 113 32
                                    

Seungmin

"Ngeliatin dia lagi?"

Aku mengernyit ke arah Hyunjin. Malas berbohong karena setiap aku berbohong, dia pasti akan tahu juga.

Itulah tidak enaknya berteman dengan seseorang sejak kecil. Dia sudah hafal tingkah-lakumu luar dalam.

"Man, lo udah jatuh cinta, rupanya." Hyunjin kembali berkomentar, kali ini turut memperhatikan si 'dia' yang sedang membaca dari kejauhan.

Yang di maksud 'dia' oleh Hyunjin adalah seseorang perempuan bernama Minju. Tinggi, berambut panjang lurus dengan kulit putih pucat layaknya orang sakit.

Kami sekelas dan menjadi teman sebangku. Pada minggu-minggu pertama, kami hampir tidak pernah bicara. Lalu, suatu hari, dia tidak sengaja membawa pulang buku tulisku karena sampul depannya sama.

Keesokan paginya Minju, dengan muka merah karena malu,mengembalikan buku sambil meminta maaf.

Dan dia tersenyum. Senyumnya menawan.

Sejak saat itu, kekakuan di antara kami mencair. Kami sering mengobrol mengenai pelajaran, sesuatu yang sama-sama kami sukai. Terus terang, tidak banyak murid yang sungguh-sungguh suka belajar.

Setali tiga uang, begitu kata Hyunjin.

Hyunjin sendiri sedang naksir Kim, teman dekat Minju; cantik, kulit putih bersih dengan rambut ikal yang tergerai sampai punggung.

Aku pribadi tidak terlalu mengenal Kim, tetapi selama rapat OSIS, selalu saja ada senior yang mengusulkan agar Kim menjadi kandidat sekretaris, demi alasan cuci mata dan tidak membosankan. Dasar kekanakan. Padahal, OSIS bukan ajang cari teman kencan.

"Belum ada perkembangan sama si dia?" Hyunjin kembali bertanya.

Aku menggeleng.

"Nanti keburu di sambar si pendek, lho." Si pendek itu adalah Daehwi, teman Minju yang selalu pulang bareng bersamanya. Mereka sangat dekat. Pacarankah? Sepertinya tidak. Mudah-mudahan sih, tidak.

"Lo dan Kim gimana?" Aku balik bertanya.

Dia nyengir, "Gue bakal nembak Kim Senin depan, Min. Gimana kalo lo ikutan juga?"

"Nembak Kim juga, maksud lo? Nggak, ah."

"Untuk seseorang yang IQ-nya hampir mencapai 150, kadang lo bego banget, tahu nggak. Maksud gue, lo ikutan nembak Minju."

Hyunjin garuk-garuk kepala, seperti tahu aku akan bilang tidak. Dia selalu tahu.

"Ayolah, Min. Mau sampai kapan lo menguntit dia dari jauh dan cemburu buta sama si pendek? Nggak ada sisi cool-nya sama sekali."

"Kalau ditolak, paling dia nggak ngomong lagi sama lo selamanya karena cewek cenderung kasihan atau menghindari cowok yang udah ditolaknya," Sahut Hyunjin santai, lalu melemparkan kaleng bekasnya ke tong sampah—gaya three point yang menjadi andalannya di lapangan basket. Masuk.

"Kalau gue ditolak, gue bakal lari sepuluh kali keliling lapangan, hari itu juga. Di depan semua orang sambil teriak 'Kim I love youuu.'"

Aku tersenyum. Hyunjin gemar hal-hal ekstrem yang cenderung gila. Tak punya urat malu. Namun, harus kuakui, membayangkan dia berlari-lari konyol mengelilingi lapangan cukup menghibur.

"Kalau gue yang ditolak?" Tanyaku.

"Lo yang lari keliling lapangan sambil teriak 'Minju I love youuu.' Gampang, kan? Nggak lebih susah dari ulangan Fisika, kok."

"Nggak deh, makasih."

"Jangan jadi penakut, Min. Masa lo nggak berani nembak cewek?"

Maka, jadilah taruhan itu. Kami berdua akan membuat pernyataan cinta di hari yang sama, tiga hari lagi, hari Senin, sebelum kelas berakhir.

Siapa pun yang ditolak harus berlari sepuluh kali keliling lapangan sekolah. Siapa pun yang kalah harus membiarkan dirinya dilihat satu sekolah, sedang berlari merelakan cinta yang bertepuk sebelah tangan.

Hari Senin tinggal sebentar lagi. Aku hanya bisa menunggu.


09.05.2019

agak beda ya dari that boy wkwkwk kali ini pake sudut pandang masing masing

oh iya aku kelupaan tambah cast baru

oh iya aku kelupaan tambah cast baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Daehwi, sahabat minju. tokohnya gakalah pentingnya lohh hehe 😁

Empat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang