4; Seperti Mereka

451 92 21
                                    


Minju

"Minju!"

Daehwi tiba-tiba datang dan mencekikku dari belakang.

"Daehwi, apaan sih!" Aku mencoba melepaskan diri dari serangan mendadak itu.

Daehwi adalah temanku sejak SD. Kami pindah ke SMP, lalu SMA yang sama sehingga hubungan kami sangat dekat, bahkan bisa dibilang seperti saudara.

Kami berdua juga sama-sama terlalu cepat masuk sekolah. Disaat orang lain sudah berumur tujuh belas tahun saat kelas 12, aku dan Daehwi masih enam belas tahun.

Kali ini, Seungmin yang datang menghampiri kami karena Daehwi langsung menjauh. Dia memang sedikit tidak suka kepada Seungmin, walau Seungmin dan aku sudah berpacaran lebih dari dua tahun lamanya. Menurut Daehwi, Seungmin bukanlah orang yang tepat untukku.

"Aku ada rapat mendadak sama anak-anak OSIS. Mungkin agak telat, sampai sore, soalnya mau ngomongin acara pensi akhir tahun." Kata Seungmin.

"Nggak apa-apa, aku tunggu sampai selesai." Jawabku.

"Oke." Dengan jawaban singkat itu, Seungmin pun berbalik menuju ruang OSIS.

"Kok lo tahan sih, sama dia?" Daehwi mendelik sebal saat Seungmin sudah menjauh. Topik yang sama lagi.

"Pisang goreng tiga ya, Hwi?" tawarku untuk membungkamnya. Hari ini memang aku traktir dia di kantin.

"Gue nggak ngerti kenapa lo pacaran sama Seungmin. Masih banyak cowok lain yang lebih baik dari dia, lebih cakep, lebih hangat, lebih baek.... Lo tau nggak sih, ada di dekat dia bikin lo berubah?" Daehwi masih melancarkan opini  yang nggak kuminta, "lo tuh butuh seseorang yang bikin lo ketawa, seseorang yang melengkapi lo. Bukan kutu buku yang jadwal pacarannya belajar diperpus."

Biasanya, aku selalu menjawab, dia orang yang baik, Hwi..., tapi hari ini aku malas berdebat dengannya.

"Tambah dua risol, ya, Hwi," ujarku kalem, supaya Daehwi
cepat diam.

"Tawaran diterima!" Sahut Daehwi semangat.

Daehwi pun menggamit tanganku, siap kutraktir di kantin, "Kim mana?"

Kim adalah sahabatku, yang belakangan ini menjadi objek cinta Daehwi. Kim itu... bagaimana mendeskripsikannya? Pokoknya, Daehwi tergila-gila dengan sosoknya yang riang tak kenal malu, percaya diri, dan pintar bergaul. Selain Daehwi, masih banyak laki-laki yang mengantri ingin jadi pacarnya.

"Kim udah punya laki, lo masih aja berminat," ungkapku ringan.

"Hyunjin? Playboy cap kabel kayak gitu. Kim itu pantesnya ngedapetin cowok seperti gue, Ju. Walau nggak terlalu ganteng,tapi tulus sayang sama dia." Aku mendengus mendengarnya.

Seperti aku dan Seungmin, hubungan Hyunjin dan Kim sudah berjalan sejak awal kelas satu, berlanjut terus walau dengan acara putus-sambung yang dramatis, mereka selalu balikan lagi dan kembali mesra seperti dulu.

Kalau kubilang, mereka justru pasangan paling top di sekolah; yang cowoknya atlet basket yang paling banyak dapat teriakan murid-murid perempuan yang datang ke pertandingan basket untuk cuci mata, yang ceweknya disukai guru-guru dan merupakan pelukis berbakat yang sering memenangi berbagai lomba.

Mereka juga pasangan paling mesra, paling gila, paling heboh versi buku tahunan SMA kami. Picture perfect, pokoknya.

"Mungkin lo cuma iri sama Kim dan Hyunjin. Soalnya mereka berdua terlalu cocok." Ucapku.

Daehwi mendelik sewot, "Lo dan Seungmin juga sama aja. Semua orang menganggap lo berdua dewa dewi sekolah ini. Yang satu juara umum, yang satu ketua OSIS."

"Tapi gue ngerasa biasa-biasa aja, ah." Berbeda dengan Kim dan Hyunjin, Seungmin dan aku berpacaran dalam kadar yang wajar; seperti dua orang teman yang sudah lama mengenal.

Daehwi melahap sisa pisang gorengnya yang terakhir sambil menjilati jarinya. Jorok banget.

"Minju, lo pernah nggak sih, berharap punya cinta yang lain? Yang meledak-ledak, yang bikin kaki lo lemes, yang bikin jantung nggak keruan?"

"Menurut lo, Hyunjin dan Kim bahagia nggak, Hwi?" Pertanyaan itu tercetus begitu saja, membuatku menyesal telah menanyakannya.

Tentu saja mereka bahagia. Kim selalu dengan gembira berceloteh kepadaku di telepon setiap malam. Hyunjin ini, Hyunjin itu,  dan Hyunjin juga kelihatannya sayang banget sama Kim.

"Semua orang pikir mereka bahagia, kan?"Jawab Daehwi, "kenapa tiba-tiba nanya begitu?"

"Karena...." Aku menggantungkan kalimat itu, tidak mampu menjawab.

Seakan tahu isi kepalaku, Daehwi bersuara, "Karena lo ingin seperti mereka?

Ya. Aku ingin seperti Kim dan Hyunjin.

11.05.2019

Empat HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang