Minju
Hari ini, Kim mengusulkan kami hunting buku diskonan sebagai aksi balas dendam selepas ujian yang menurutnya memperlemah kinerja otak.
Seungmin sudah menghilang di balik rak buku Biologi yang digemarinya. Kim melesat ke arah novel-novel remaja. Aku memilih komik murah di sekitarku.
Komik yang kucari-cari masih juga belum lengkap nomornya. Tiba-tiba, seseorang menoel pundakku. Hyunjin. Dia sedang tersenyum lebar, memegang nomor lima yang sedang kucari-cari sejak tadi.
Aku menerima komik darinya dengan wajah berbinar, "Wah! Makasih! Memangnya, lo nggak mau beli?"
"Lo aja yang beli, nanti gue tinggal pinjam." Jawab Hyunjin santai.
"Sialan." Sahutku sambil tertawa.
Dia ikut tersenyum.Sudah sebulan lebih sejak kepergian ibunya, dan Hyunjin masih seperti biasa. Kadang aku memergoki dia sedang bengong sendirian. Selebihnya, dia masih Hyunjin yang ceria.
Tiba-tiba seorang ibu dan tiga anaknya lewat dengan keranjang penuh, membuatku terdorong dan hampir kehilangan keseimbangan.
Hyunjin dengan sigap menyambar dan menarikku hingga tubuhku terhempas ke tubuhnya, "Hati-hati, dong," sahutnya kepada tiga anak bandel yang cengengesan.Dia tidak langsung melepasku. Telapak tangannya menekan punggungku dengan lembut, seolah ingin mendorongku lebih dekat. Samar-samar, aku bisa mencium aroma cologne yang maskulin.
"Kalau sudah begini, rasanya nggak pengin gue lepasin lagi." Katanya.
Jantungku terasa berhenti berdetak. Aku pasti salah dengar. Pasti Aku salah dengar.
Aku melepaskan diri dari pelukannya, "Thanks." Aku berkata, sadar betul bahwa suaraku bergetar.
Lalu aku pamit untuk segera pergi dengan alasan mencari Seungmin.
Ada apa dengan Hyunjin?
•••
Hyunjin
Gue duduk di balkon sambil merokok. Semenjak nyokap meninggal, bukan hanya keluarga gue yang aja berubah. Gue sadar, gue juga mulai berubah. Terhadap Kim, terutama.
Dia begitu ingin gue berbagi, tapi gue nggak bisa. Gue nggak bisa cerita ke Kim seperti dulu lagi.
Kim nggak ngerti bahwa gue butuh waktu untuk diri gue sendiri, untuk menyembuhkan diri, walau nggak mungkin seratus persen. Gue lebih sering berpura-pura nggak terjadi apa-apa.
Gue pikir, gue udah terlalu nyaman dengan Kim. Gue pikir, gue nggak akan pernah pasang topeng di depan dia.
Namun, sekarang gue nggak bisa begitu. Kalau gue sedih, dia akan menyalahkan dirinya karena nggak bisa mengerti gue.
Dan, ada Minju.
Malam itu, dia memeluk gue. Gue masih inget perasaan gue saat itu. Waktu itu, gue nggak bisa mikir.Pelukan Minju yang membuat gue sadar, gue nggak sendirian.
Hangat. Tatapannya mengandung kesedihan yang sama.Dia mengerti.
Apakah tiba-tiba menyukai seseorang karena dia mengerti itu salah?
Apa menyimpan perasaan yang lain untuk seseorang yang selama ini nggak gue perhatikan itu mungkin?
Kenapa sekarang gue nggak bisa memperlakukan Kim seperti dulu?
Apa salah kalau gue ngomong yang sebenernya?
Gue meraih telepon, lalu menekan nomor.
"Halo." Suara Minju agak menggumam, seakan baru terbangun dari tidur, "Halo?" ulangnya ketika gue nggak segera menjawab.
"Minju," Panggil gue.
Minju terdiam beberapa saat hingga akhirnya menjawab ragu, "Ada apa?"
"Emmm. Tentang tadi sore...." Gue memulai, mencoba menyusun kata yang ingin gue sampaikan.
"Iya, kenapa, Hyunjin?"
"Yang gue bilang tadi sore...." Gue mengutuk diri, kenapa sih gue mendadak gugup gini?!
"komiknya ketinggalan." Akhirnya, gue menyelesaikan kalimat dengan sesuatu yang sama sekali berlawanan.
Sial. Nggak biasanya gue begini."Anggap aja gue pinjemin. Lo telepon cuma untuk bilang itu?" Sahutnya.
Bukan. Ada hal lain yang lebih penting.
Yang ngeganggu tidur dan mengusik ketenangan gue akhir-akhir ini. Yang udah mengetuk pintu hati gue, tapi enggan benar-benar masuk. Gue ingin cinta itu masuk.
Gue pengin bilang, sepertinya gue jatuh cinta sama lo.
Gue pengin bilang, sepertinya lo orang yang gue cari selama ini, secara nggak sadar.
Tapi, gue juga takut akan perasaan yang sama-sekali baru ini.
Gue nggak boleh dan nggak sepantesnya bilang suka sama Minju karrna dia sahabatnya Kim. Sementara dia masih pacaran sama Seungmin.
Siapa sih yang sebodoh itu sampai bilang hal semacam itu ke sahabat pacarnya sendiri?
"Gue..., kayaknya pengin udahan sama Kim, Ju." Gue akhirnya berkata lagi, lebih pelan.
"Apa?" Minju kaget, "kenapa? bukannya selama ini kalian baik-baik aja?"
"Justru karena terlalu baik-baik aja." Gue mengaku, "gue cerita karena anggap lo sebagai salah satu teman gue, jadi tolong dengerin dengan objektif. Gue nggak bermaksud nyakitin Kim."
"Lo sayang Kim?"
"Gue sayang. Dulu... gue jatuh cinta sama Kim. Sekarang pun gue masih sayang dia, tapi rasa itu lebih mirip rasa untuk seorang sahabat dekat yang punya banyak kesamaan. Sayang gue ke dia sekarang seperti itu."
"Apa lo tahu, gimana sayangnya Kim sama lo?" Suara Minju tegas, seperti ingin marah, "lo pasti tau. Dan sekarang lo mau putusin dia dengan alasan standar seperti itu? Lo bilang lo nggak cinta dia lagi?"
Gue menghela napas. Minju salah paham. Gue salah langkah.
"Lo sayang Seungmin, Ju?"
Minju diam sebelum menjawab, "Ya."
"Kenapa?"
Ganti Minju menghela napas, "Memangnya, kenapa?"
Karena penting bagi gue untuk tahu apa lo bener-bener menyanyangi dia. Bahwa feeling gue kalau lo berdua nggak cocok itu bener.
Tapi gue nggak bisa mengatakan itu. Jadi, gue nanya, "Lo bener-bener sayang Seungmin?"
"Gue dan Seungmin nggak ada hubungannya dengan lo dan Kim."
"Jawab aja, Ju."
"Ya, gue sayang Seungmin," Akhirnya, dia menjawab dengan mantap, "tapi, ini bukan urusan lo. Sorry, gue nggak punya waktu untuk ngobrolin cara-cara lo mutusin Kim sepihak."
Telepon ditutup.
Ya, gue memang berengsek. Gue akui itu, tapi akan lebih berengsek lagi kalau gue sampai menipu Kim dengan perasaan palsu, dan selebihnya, menipu diri sendiri.
Iya, kan?
•
•
•
14.05.2019
adakah yg masih melek? you know melek? wkwkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
Empat Hati
Fanfiction[Completed] Hwang Hyunjin, Kim Seungmin, Kim Hyunjin, Kim Minju. #1 Minjoo [05.06.2019] Started : 9 Mei 2019 End : 24 Mei 2019 ©2019, fraideyy