Beginning

190 17 6
                                    

Devan terbangun dari tidurnya dengan perasaan bersemangat untuk bertemu teman-temannya di sekolah. Ia sangat suka berkumpul dengan temannya daripada hanya berdiam diri di rumah.

Ia segera membersihkan diri dan pergi ke sekolah sebelum terlambat. Bahkan ia pergi tanpa sarapan dan mengucap salam ke orang tuanya. Devan berjalan menuju mobil kesayangannya yang terparkir rapi di samping mobil papanya.

"Shit! Gue telat lagi,"batin Devan.

Sekolah Devan membebaskan muridnya untuk membawa kendaraan berupa mobil ke sekolah dengan alasan permintaan seluruh wali murid SMA itu. Devan dengan cepat sampai di sekolah 10 menit sebelum gerbang sekolah ditutup.

Devan menarik nafas dalam-dalam dan berjalan menuju kelasnya dengan perasaan senang. Ia menunjukkan senyum terbaiknya yang sering menjadi sorotan siswi di sekolah itu. Oleh karena itu, Devan di kenal sebagai "The King Of Girl".

"Devann!! Apa kabar?!!"sapa Teresia dengan senyum menggoda.

"Tentu baik, kalo gabaik ngapain gue sekolah?"balas Devan sambil mengelus puncak kepala Teresia.

Teresia tersipu malu dan kembali ke temannya dengan perasaan tidak menentu.

"Keano Devan Arsalan memulai aksinya di pagi hari, mari kita beri tepuk tangan teman-teman,"teriak Dika.

"Ya gimana ya Dik namanya juga orang ganteng kan gitu, kita harus baik ke semua orang dong,"balas Devan.

"Btw Dev kemarin gimana cewek itu? Lo lanjutin atau udahin nih?"tanya Bryan dengan rasa penasaran.

"Lanjut lah, gue juga kemarin ketemu sama bokapnya di depan rumah dia."

"Terus lo bilang kalo lo pacarnya gitu?"

"Ya ngga lah Bry, tapi dianya malah bilang kalo gue pacarnya. Yaudah mau gimana lagi."

"Dev lo ngga takut apa kalo semisal dia sakit hati gara-gara lo dan dia nangis terus lapor ke bokapnya, akhirnya bokap dia nyamperin lo?"tanya Yuta dengan perasaan bingung.

"Udahlah santai aja, kaya lo lupa siapa gue aja."

"Terserah deh terserah lo."

Bruk!

Terdengar suara seseorang memukul meja dengan cukup keras. Seluruh pandangan teralihkan menuju sumber suara pukulan itu. Teresia kembali berulah, ia mendekati salah satu siswi yang duduk sendiri di pojok kelas.

"Eh kalo lo ngga suka sama gue ngomong dong. Ngapain lo liatin gue dengan pandangan menjijikan lo itu?!"bentak Teresia.

Siswi itu diam dan tetap membaca novel seolah tidak terjadi apa-apa. Teresia semakin kesal karena ia merasa terabaikan.

"Lo punya mulut? Jangan sok lo ya, lo itu masuk SMA ini juga karena beruntung."

Siswi itu hanya menatap Teresia sebentar lalu pergi meninggalkan kelas tanpa membalas perkataan Teresia sedikitpun.

"ANEH!"ucap Teresia yang juga meninggalkan kelas dengan perasaan kesal.

Devan yang melihat itu menatap Teresia dengan tatapan tidak suka. Tetapi Dika justru menatap Teresia dengan rasa takut.

"Dik cewek pojok itu kan yang dari dulu  gapunya temen dan juga identitas keluarganya ga pernah ada yang tau ya?"tanya Devan.

"Gue dengernya juga gitu, yang gue tau cuma namanya doang. Padahal di sekolah kita kan rata-rata tau ya orang tua kita kerja dimana gitu. Kita aja yang sekelas sama dia ngga pernah ngobrol sama sekali,"

"Eh guys tadi ada kabar dari Pak Ruslan kalo hari ini kita bebas jam pelajaran!! Tapi kita tetep ada bimbel kayak biasanya!"teriak Yuta yang memotong pembicaraan mereka setelah mendapat pesan pribadi dari Pak Ruslan.

IMPREDECIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang