The Truth

29 5 1
                                    

Selamat menunaikan
ibadah puasa 🕌-author

"Sorry,"ucapku sambil melepas pelukannya.

"Slow aja, lo ngga papa kan?"

"Ngga papa, tapi sorry banget gue tadi meluk lo tiba-tiba,"

"Santai aja namanya juga orang takut, wajar aja,"ucap Bryan sambil tertawa.

"Gue tadi kesini sama Devan, tapi kayanya dia ganti yang ilang deh,"lanjutnya.

"Mulut lo Bry, gue disini daritadi,"balas Devan dari balik tubuh Bryan.

"Lo serius ngga papa?"ucap Devan sambil menatapku. Anehnya aku melihat sedikit kekhawatiran dari tatapannya
sekarang.

"Serius gue ngga papa,"

"Tadi sebenernya Devan mau cariin lo sendirian tapi gue takut kalo dia ikut ilang,"

"Bukannya lo takut gue ilang, tapi lo cuma ngga bisa jauh dari gue,"balas Devan dengan nada mencibir.

Aku tertawa kecil hanya karena mendengar obrolan mereka yang absurd dan tidak berbobot itu.

"Thank you udah mau nolongin gue,"

🥀🥀🥀

"Gila ma capek banget aku,"keluh Devan.

"Namanya juga camping Dev, kalo ngga capek namanya rebahan atuh,"ucap mama Devan sambil membongkar barang bawaan Devan.

"Kayaknya kegantenganku berkurang deh ma soalnya lama ngga maskeran,"

"Kamu itu ngga perlu maskeran udah ganteng, kan anak mama,"

"Tapi aku mirip papa sih ma,"

"Ma aku mau tanya, mama masih inget ngga temen aku waktu kecil dulu?"ucap Devan sambil mejatuhkan tubuhnya keatas tempat tidur.

"Temen kecil kamu dulu ya Bryan, Dika, Yuta itu aja yang mama inget, kamu kan introvert,"

"Eh ada sih cewek satu, tapi mama lupa siapa,"

Setelah mengatakan itu ia pergi meninggalkan kamar dan mematikan lampu kamar Devan karena melihat anaknya yang sudah mulai menuju kealam mimpi.

Sebenarnya itu karena tubuh Devan merasa lelah jadi ia tidak  terlalu mendengarkan jawaban pertanyaannya tadi dan memilih untuk masuk kedalam selimutnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam dan Devan baru terbangun dari tidur panjangnya. Ia segera membersihkan diri dan turun kebawah untuk makan malam.

"Pangerannya mama sudah bangun, yuk makan. Mama udah masak sup rumput laut sama steak, eh bukan mama sih yang masak tapi mbok,"

"Tau kok ma aku, mana mungkin mama masak dan mana mungkin mbok biarin aku makan masakan mama. Dulu aja mama pernah bikin telur goreng, kulitnya ikut digoreng untung aja aku sadar, kalo ngga bisa luka ususku ma,"

"Ya kan dulu Dev hehe,"

Mbok adalah orang yang merawat Devan dari kecil. Ia sangat menyayangi Devan seperti anaknya sendiri dan Devan juga menganggap mbok bagian dari keluarganya.

Devan dan mamanya makan dengan tenang tanpa ada percakapan apapun, saat itu tiba-tiba suasana menjadi sunyi dan hanya terdengar bunyi gesekan antara piring dan sendok. Devan menyelesaikan makan malamnya dengan meneguk segelas penuh susu hilo kesukaanya. Sekarang pandangnnya tertuju pada ponsel hitam disebelahnya, ia memandang ponsel itu dengan tatapan bingung.

IMPREDECIBLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang