Menghabiskan waktu menjadi si Bucin ternyata bukan perkara buruk, bagaimana tidak, karena masa Bucin yang aku perpanjangan sampai hari ini aku menjadi sosok aku yang baru, sosok aku yang benar-benar sedang di buai asmara.
"Pasti semua ini gara-gara Klasiku",–Batinku.
Bucin belum mereda, kubalas emoticon 'love' dengan emoticon serupa, dan Klasiku pun melayangkan emoticon yang sama.
Salah tingkah, itu yang aku rasakan."Aduh, Klasiku bikin baper, Screenshoot ahh" Ucapku dengan nada sedikit keras.
"Siapa yang baper" Tanya Dwi padaku.
"Aku lah, Aaaaaaa.."
Tak terasa bel tanda pulangpun berbunyi, tak sempat pergi ke kantin untuk sekedar bergosip ria, aku malah sibuk mengontrol diriku karena notif dari Klasiku.
"Aku ke basecamp dulu yaa" Ucapku pada ke empat temanku.
Aku pun bergegas menuju ke basecamp bersama dengan rekan kelas sekaligus rekan ku dan Klasiku di Organisasi, Rizki namanya.
Rizki adalah temanku yang berperan sangat dominan di hubungan asmara ku, bisa dikatakan dialah yang telah menyatukan aku dengan Klasiku. Tanpa Rizki aku tak akan pernah mengetahui bahwa Klasiku pun juga menyukai diriku, dan tanpa Rizki Klasiku pun tak akan pernah tahu jika bahwasanya aku menyukai dirinya.
"Keburu ketemu sama si Doi ya?" Tanya Rizki, membuat langkah kaki ku terhenti.
"Em, iya"
"Aku mau bilang sama kamu, kamu jangan terlalu memperlihatkan hubungan mu dengan Dia dulu, inget kita masih di dalam ikatan organisasi, gak profesional kalo kamu terlalu memperlihatkan hubungan asmara mu di depan adik-adik tingkat kita."
"Iya Riz, maaf.." Ucapku tertunduk lesu.
"Tahan dulu, satu minggu lagi kita purna, kalau kamu masih nekat memperlihatkan hubungan asmara mu, aku akan bertindak lebih, aku yang menyatukan kalian dan aku juga yang akan memisahkan kalian."
Kata-kata yang terlontar dari mulut si Rizki memang banyak benarnya, tapi kata-kata tersebut bak pelatuk senjata yang telah ditarik dan siap di luncurkan kapan saja.
Takut akan ancaman dari Rizki, hari itu aku memutuskan untuk pulang, sebelum aku sampai di basecamp.
"Aku duluan ya Riz, ada urusan" Ucapku pada Rizki, dengan diiringi langkah kaki ku yang mulai menjauh.
Diperjalanan menuju parkiran, aku bingung, aku takut, aku takut jika harus kehilangan Klasiku padahal baru beberapa pekan bersama.
Aku pun bingung apakah aku harus menjauh dari sisi Klasiku untuk beberapa waktu kedepan."Ahh, kurasa menjauh merupakan hal konyol, lebih baik aku menahan untuk tidak memperlihatkan hubungan asmara ku dengan Klasiku" –Gumamku dalam hati, sembari memacu laju sepeda motor ku.
***
Setibanya di rumah, aku pun lekas bergegas untuk mandi dan makan, karena aku berfikir aku pun harus membatasi berhubungan dengan Klasiku demi kelangsungan hubungan asmara ku dengannya.
Sekitar pukul 17:50 WIB, aku telah menyelesaikan mandi dan makan ku, aku pun bergegas mencari keberadaan ponsel ku.
Klasiku
11 pesan baru
"Lah, tumben agak nyepam" –Batinku.
Tetap bertukar pesan seperti biasanya, itulah yang aku lakukan, aku benar-benar tak sanggup jika harus membatasi untuk sekedar bertukar kabar dengan Klasiku walaupun hanya sekadar kumpulan kalimat basa-basi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Aku dan Klasiku
Short StoryCerita ini memaparkan tentang kisah Aku (Penulis) dan Klasiku (Nama Sajak). Disini akan ada beberapa Episode dan akan berlanjut. Stay read!