Biarkan hujan menyibakkan kenangan. Perihalmu. Kesepianku.
Tetes demi tetes, air mata basahi pipimu.
Malam merekam temaram. Raut wajahmu kelam."Tunggu dulu!" Teriakmu.
"Kau kenangan itu,
jangan tinggalkan aku!"Pertama kali,
bagimu sunyi:
nada-nada itu.Bagiku terdengar
sayup suaramu:
debar jantungmu.Pagi berikan cerita baru. Harimu. Kesepianku.
Sisa air mata, memeluk keluh. Resahmu.
Serat cahaya tunjukkan. Kepedihan itu."Jangan biarkan
kenangan menjelma
bayang-bayangmu." Katamu.Kedua kali,
bagimu hening:
suara-suara kamar.Bagiku terdengar
isak tangismu:
terbenam intimu.Senja akhiri kisah kasih. Tawamu. Kesepianku.
Lorong kosong. Wujudmu bayang-bayang.
Suara itu menjelma: Perempuan itu."Kembalilah
ke sebermulamu,
Kesepian!" Tegurmu.Terakhir kali,
bagimu siut:
helaian rambutmu.Bagiku terdengar
ketabahanmu:
tawa manismu.Biarkan waktu mengajarkan perempuan itu. Cara sederhana. Menjelma. Kesepianku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dedaunan
PoetryTelusuri hatimu, kau temukan batinmu. Sepilihan sajak berdasarkan kisah suka duka manusia menemukan inti dalam tubuh dan kehidupannya. Lapis demi lapis puisi akan mengajakmu menyusuri waktu menemukan dirimu dan mengenal hakikatmu.