Tetangga Baru

6.2K 351 197
                                    

Tin nggak niat tidur siang sebenarnya, dia cuma pengen males-malesan setelah kemarin capek beresin rumah barunya, tapi ternyata dia kebablasan, ketiduran di sofa ruang keluarga.

Ketika terbangun, dia kaget ada anak kecil usia kira-kira lima tahun sedang menatapnya. Anak itu memakai kaos hitam bertuliskan apocalypse di depannya. Tin kaget, anak emo siapa yang nyasar ke rumahnya? Tin yang anak tunggal, heran melihat ada anak orang asing di rumahnya. Apa mamanya ngangkat anak karna kesepian sering ditinggal Tin yang sudah remaja?

Tin masih bingung-bingung waktu anak itu ngomong, "Abang ini kayak abangnya adek, suka tidur di luar. Tidur itu dikamar tauk, ini tuh tempat nonton tipi!" berangnya.

Tin tertawa kecil dimarahi anak kecil, dia belum sepenuhnya bangun tapi udah dijudesin bocah aja. Tapi adek ini lucu sih, Tin nggak bisa kesel jadinya.

"Nama kamu siapa? Tanya Tin.

"Adek." Jawab anak itu malas-malasan.

"Namanya adek?" tanya Tin lagi, geli mendengar jawaban polos anak itu.

"Iyaaa," balas si adek gemas, "ini kan di rumah jadi panggilnya adek, kalo disekolah baru panggilnya lain."

Tin ngakak, ini anak siapa sih woi kok gemes banget. "Emang kalo di sekolah panggilannya apa?"

Si adek mendelik, "kepo," katanya. "Emangnya abang sekolah tempat adek mau tau?!"

Tin ngakak lagi, ini anak judes siapa yang ngajarin deh. "Mama adek mana?" Tin nyerah nanya nama si adek dan berusaha mencari tau data si anak dengan cara lain.

"Mami di dapur sama maminya abang. Adek nggak mau duduk situ, mami cerita cerita aja, adek nggak ngerti." Si adek melirik ke arah tivi yang mati, "adek boleh nonton tipi nggak?"

Tin mengangguk, mengambil remote kemudian menyalakan tivi. "Adek mau nonton apa?" tanya Tin.

"Upin Ipin ada nggak?"

"Nggak tau, kita cari dulu ya."

Si adek melengos, "di rumah adek ada upin ipin."

Tin tertawa kecil, terus mengganti chanel mencari Upin Ipin di tivi. "Rumah adek dimana?" tanya Tin lagi.

Tampang si adek kaget, kaya Tin nanya pertanyaan terlarang. "Abang ngga tau? Rumah adek deket tau. Ini rumah adek," si adek menunjuk ke sebelah, "Yang warna green. Rumah abang blue, kan? Rumah adek yang green."

Tin mangut-mangut, samar-samar dia memang ingat rumah bercat hijau tepat disebelah rumahnya. Si adek bangkit dan pindah duduk ke sebelah Tin, sepertinya lupa sama niatnya pengen nonton. "Abang sekolahnya semepe atau seme'a?" tanya si adek bikin Tin ngakak keras. Lucu banget ini anak.

Adek cuma merengut ditertawakan Tin. "Apa abang sekolahnya kaya mas Alan?"

Tin tertawa geli, "Mas Alan tuh sekolahnya apa? SD?"

Adek tambah merengut. "Bukaaan. Masa abang nggak tau, mas Alan itu sekolahnya jauh."

Tin mudeng. "Oh, kuliah?"

"Iya."

"Nggak. Abang masih seme'a."

Giliran si adek yang mangut. "Oh, berarti abang sama kayak abangnya adek. Sekolah seme'a."

Tin girang, berarti dia bakal punya teman yang sebaya dengannya. "Nama abang adek siapa?"

"Abang adeklah!"

Tuhan. Nyerah deh, nggak mau lagi Tin nanya nama sama anak ini, nggak bakal dapat jawabannya.

"Dulu abang rumahnya dimana?" nih anak ya, dia sendiri kepo, tapi giliran Tin yang kepo dijudesin.

AdekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang