ILYSM

2.5K 255 93
                                    

Hari ini, Tin dan Can sama-sama punya kegiatan ekskul. Tin dengan basketnya dan Can latihan futsal. Latihan Tin selesai duluan, jadi Tin ditemani Mark menunggu Can dan teman-teman yang lain selesai latihan.

Tin dan Mark duduk-duduk di depan sekolah sambil jajan cilok. Kebetulan cilok di depan sekolah mereka emang terkenal enak seantero kecamatan.

Tin jongkok di trotoar menghadap kejalan sambil nyemilin ciloknya satu-satu, sementara Mark lesehan di sebelahnya. Tiba-tiba, ada yang nemplok di punggung Tin dan sepasang lengan melingkar di lehernya. "Gendong," perintah si pemilik tangan.

Tin melirik ke belakang dan melihat Can membenamkan wajah ke pundaknya. Tin senyum, pacarnya lagi mode manja. "Hai, udah kelar?"

Can tidak menjawab, hanya mengangguk.

"Capek banget ya?"

"Hmm."

Badan Can sedikit hangat, entah karna siap olahraga atau memang demam, Tin nggak tau. Mungkin Can memang sakit karna kalau sehat nggak mungkin Can manja begini. Can begini cuma kalau lagi nggak waras aja.

Ae dan Gun menyusul tidak lama kemudian. Gun langsung lesehan di sebelah Mark dan nyomot cilok Mark tanpa aba-aba, sementara Ae menghampiri Can.

"Masih sakit ya, Can?"

Yang bereaksi malah Tin. "Hah? Sakit kenapa?"

"Jatoh ni anak tadi, kayanya keseleo deh. Lu nggak liat dia tadi pincang-pincang?"

"Nggak liat aku, soalnya mbelakangin dia. Sayang, sakit banget? Kita ke dokter ya."

"Nggak, mau pulang aja," rengek Can.

"Kita periksa dulu, siapa tau kenapa-napa. Buat jaga-jaga, Can. Ya?"

Can tetap menolak, dengan alasan dia ingin tidur dan besok pasti kakinya sembuh. "Nggak parah kok, nggak sakit banget. Ayo pulang aja."

Mendengar Can yang merengek-rengek, Tin nyerah dan mengiyakan permintaan Can. Dia berencana mau membujuk Can lagi ntar malem buat diajak ke dokter.

Tin berdiri dengan menggendong Can di punggungnya, teman-teman yang lain ngikut. "Aduh, hari ini kita bawa motor. Kasian kamu kalo lagi sakit naik motor. Nanti aliran darahnya makin nggak lancar kalo kakinya nekuk."

"Sammy belum balik kayanya, tebengin ke Sammy aja apa yak?" timpal Mark.

Tin setuju dengan ide Mark, tapi Can nya enggak. Can mengeratkan pelukannya ke leher Tin. "Lama nunggu Sammy, cepet pulang sekarang," perintahnya.

Kali ini Tin bersikeras mau meminta Sammy buat mengantar Can. Lagian Sammy nggak bakal direpotin, mereka kan satu kompleks. Untungnya, dikejauhan Tin melihat Sammy dan Cheerren bergandengan ke parkiran. Tin buru-buru masuk ke pekarangan sekolah untuk menghampiri Sammy.

"Sam, tunggu," panggil Tin.

Sammy dan Cherreen menoleh, melihat Can digendong oleh Tin, mereka menghampiri Tin.

"Kenapa Can?" tanya Sammy.

"Jatoh. Kakinya keseleo, anterin ya Sam."

"Nggak mau," teriak Can dari belakang Tin.

"Can, jangan keras kepala deh. Naik mobil aja sama Sammy biar nyaman, naik motor nanti makin parah kakinya."

Tanpa melihat, Tin tau Can ngambek dan manyun, tapi Tin nggak bakal luluh. Lebih nggak tega liat Can naik motor dia, daripada liat Can manyun.

"Lo lebay! Gue nggak sakit kok, kalo sakit gue nangis."

Tin menghela napas, kalo soal keras kepala pacarnya nomer satu deh, nggak ada lawan. "Can, nurut sekali aja kenapa sih? Bareng sama Sammy aja kamu, sama aku naik motor kan nggak nyaman."

AdekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang