"Jadi, kita makan siang dimana?" tanya Tin santai, seolah-olah kejadian mereka ditinggal oleh Mark dan Ae tidak pernah terjadi.
Can menatap Tin tajam, merasa heran kenapa Tin malah nanyain itu. "Nggak ada, gua mau pulang aja," katanya sewot.
"Lah, kok pulang? Tapi kita janjian mau makan siang. Kamu emang nggak laper?"
"Gue janjiannya sama Ae, bukan sama lo. Gue juga kalo pulang makan kali di rumah, ngapain juga mesti makan sama lo."
"Yah, terus aku gimana? Mamaku nggak masak nih." Ini nggak bohong, tapi nggak jujur juga. Mama Tin emang nggak masak banyak karna nggak ada yang makan siang di rumah, tapi bukan berarti mama nggak bakal masakin Tin apa-apa kalo Tin jadinya makan di rumah. Mama selalu siapin resep simpel buat keadaan darurat.
"Serah lo, yang jelas gua mau pulang!"
Tin lupa dia memelas kasih sayang siapa. Can mana mungkin peduli sama dia. Setau Tin, Can itu geli ngeliat tingkah Tin. Tapi bukan Tin namanya kalo cepat menyerah.
"Yah, kamu nggak kasian sama aku nggak makan siang gini?"
"Dih, ngapain gua kesian sama lo? Lo sape?!"
"Yah Can, ayo dong makan siang bareng, biar aku ada temennya, aku traktir deh." Ini tanpa ngebujuk Can juga dia udah niat mau bayarin Can kok. Kan kencan pertama, Tin pengen kencan pertama mereka Tin yang bayar semua. Enak emang jadi seme tajir kaya dia.
"Ogah, gue males bat jalan sama lo, ngapain!"
"Terus kamu pulang sama siapa kalo aku makan dulu?"
"Ojol banyak, emang lo doang yang punya motor?!"
Tin keki, tapi dia pantang menyerah. "Can, aku janji nggak bakal ngapa-ngapain, tapi temenin makan ya. kamu yang pilih deh tempatnya, terserah mau makan apa, aku yang traktir."
Tin yakin banget bibir Can yang udah membentuk huruf O itu mau bilang 'ogah', tapi sedetik kemudian Can berhenti dan menatap Tin dengan penuh selidik. "Bener lo mau traktir makan apa aja?"
Tin mengangguk.
"Yakin nggak nyesel?"
Angguk lagi.
"Ya udah, ayo cus, gue tunjukin tempatnya."
Tin berjalan mengikuti Can ke lantai atas mall tersebut.
...
Tin sadar kalo Can lagi malakin dia. Restaurant yang dipilih Can bukanlah tempat sembarangan, Tin sadar betul tempat seperti apa restaurant jepang ini. Can ingin makan masakan Jepang katanya, dan jelas bukan masakan Jepang sembarangan.
Tin diam saja, Can sudah bertanya berkali kali apa Tin yakin bakal menyanggupi keinginan Can, dan bukan Tin namanya kalau mundur dari tantangan. Tin tau kalau Can sedang menilainya, Can pikir Tin bakal marah atau paling tidak kesal padanya, tapi Tin ini bucin jadi mana mungkin dia marah sama Can.
Tin bakal buktikan ke Can kalau dia tidak main-main, dia serius naksir Can. Dan dia juga mau buktiin kalau dia bukan orang yang gampang ngamuk, apalagi di tempat umum, karna hal sepele. Tapi harga makanan di tempat ini nggak sepele juga sih.
Tin harus rela kehilangan tabungannya demi membawa Can ke tempat ini, yang sama saja dengan dia harus rela tidak membeli bola basket incarannya. Tabungan Tin ini adalah angpao imlek dan juga hadiah pindahan yang diberikan oleh om dan tantenya, mungkin semuanya bakal ludes setelah makan siang ini.
Apa Tin kecewa dengan Can? Tentu tidak. Tin tau kalau Can nggak bermaksud nguras isi dompetnya, Tin yakin Can cuma pengen bikin dia ilfeel, atau mencari alasan agar dia punya alasan untuk menjauh dari Tin karna Tin menolak permintaannya. Tapi Tin sudah bertekad untuk lulus ujian dari Can. Dia nggak bakal kasih Can alasan untuk menjauh dari dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Adek
FanfictionTin baru pindah rumah, dia langsung dapat teman baru. Teman balita.