Coklat untuk Abang

2.8K 292 182
                                    

Siang ini udaranya adem banget, Tin jadi pengen jalan-jalan. Tapi dia udah janji mau bawa adek jalan nanti sore, dan adek janji bakal ngajak Can. Tin terpaksa nunggu. Tin melipir ke balkon, tempat favoritnya kalo lagi gabut. Tin menimbang-nimbang, apa dia pergi jalan aja sendiri dulu? nanti sore baru pergi lagi bareng adek.

Lagi mikir, Tin liat adek lagi di halaman rumahnya main sepeda. Adek sibuk berngeeng ngeengg ria sambil muterin tanaman hias punya maminya. Tin senyum, niatnya pengen manggil adek dan ngajak adek sekarang aja pergi jalannya, tapi Tin keduluan Can yang keluar rumah buat manggil adek.

"Cil, makan dulu ayo." Ternyata adek belum makan siang.

"Nggak."

Tin heran, si adek kalo disuruh kapan sih bilang iyanya, perasaan ngelawan mulu.

"Dih, ini anak ayam nyebelin banget yak. Makan dulu ayo!" perintah Can lagi.

"Nggak, males."

"Makan kata mami, woi."

"Nggak, adek mau main."

"Makan dulu nanti main lagi. Makannya enak ini kesukaan lo."

"Nggak mau, adek nggak sukak, nanti pedes."

"Hih! Kesel gue sama lo," kata Can kemudian masuk kembali ke dalam.

Adek berhenti main sepeda dan menatap kepergian Can sebentar. Dia celingak celinguk melihat ke dalam, Tin diam-diam meratiin kelakuan si adek.

Ada pohon mangga besar di halaman rumahnya dan tepat disebelah pagar pembatas rumah mereka. Pohon mangga di rumah Tin ini membuat balkon kamar Tin sedikit tertutup dan membuat orang di halaman rumah adek tidak nampak kalau ada orang yang berdiri disana. Sementara Tin leluasa melihat adek dari sela-sela pohon.

Can keluar tak lama kemudian, membawa sepiring nasi dan segelas air putih. "Ayo, makan sini. Suap, yok."

Adek turun dari sepeda kemudian melompat ke pangkuan Can yang duduk selonjoran di teras. "Lu makan harus banget disuap ya," omel Can. Adek anteng aja, nggak terpengaruh diomelin Can.

"Lo kalo males makan nggak bisa gede tau nggak. Mau lo bocil selamanya kaga gede gede?"

Adek menggeleng kuat, "nggak mau."

"Makanya makan," kata Can, menyuapkan suapan pertama buat adek.

"Enak?" Tanyanya yang dibalas anggukan oleh adek.

"Pedes nggak?"

Geleng.

"Tadi pagi joging kemana sama mas? Jauh nggak?"

"Jauh, sampai rumah kak Citra abis itu kesitu, kesitu lagi terus terus sana," jawab adek sambil menunjuk tempat random.

"Heleh, rumah Citra doang mah deket."

"Jauh itu, coba abang yang lari kalo bisa," protes adek. "Tadi adek sama mas makan pancake dirumah abang Tin loh."

Nah ini, si adek lagi ngomongin Tin. Tin menajamkan telinganya, ini saatnya kita buktikan si adek bisa diandalkan buat ngebujuk Can buat pergi jalan apa nggak.

"Oh, ya?" tanya Can memastikan. "Enak?"

"Enak! Stoberinya banyaaakk."

Can tertawa pelan, "kesukaan lo banget ya, dek."

"Iya. Besok kita bikin lagi sama mba, yuk."

"Ogah!"

"Eeeehhh abaanggg, ayo kita bikiinnn."

"Bawel dek, makan nih," Can menyuapkan makanan adek kembali.

Adek mengernyitkan hidungnya jijik ketika selesai mengunyah, "wortelnya jangan besar-besar," protesnya marah.

AdekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang