Bi Inah berlari membawa sapunya dengan khawatir setelah mendengar teriakan Fera. Ia takut terjadi sesuatu, karena dia sudah diutus menjaga rumah sekaligus menjaga anak majikannya, meski sudah dewasa.
Dengan setengah berlari Bi Inah menghampiri Fera.
"Non Fera kenapa? Ada pencuri ya Non? Mana Non?!"
Fera tertawa geli melihat bi Inah yang tengah dilanda kekhawatiran itu. Wajar khawatir karena wanita paruh baya itu sudah lama bekerja di rumah Fera.
"Bukan pencuri lho Bi, ada gorila gede tadi." Fera menahan tawanya, dia takut dosa karena menertawai orang yang lebih tua.
"Waduh, kok gorila nya bisa lepas dari kandang. Punya siapa ya?"
Bi Inah binggung, ia menatap barang-barang di ruang tamu Fera masih lengkap. "Syukurlah, untung tv nya gak dibawa."
"Gorila mah gak doyan tv lah bi hahaha. Doyannya janda." Fera langsung membekap mulutnya karena lupa bahwa bi Inah itu seorang janda.
"Non gak diapa-apain kan sama gorilanya?"
"Eh anu. Enggak ko bik, Fera baik-baik aja" ucap Fera meyakinkan. "Fera ke kamar dulu ya," lanjut Fera langsung berlari menuju kamarnya.
Bi Inah yang masih berdiri membawa sapunya langsung cepat-cepat mengunci pintu. Takutnya ada gorila berkeliaran masuk. Karena yang berada di rumah hanya ada dirinya dengan anak majikannya, sedangkan supir pribadi majikannya baru saja pulang kampung.
Fera berhenti di depan kamar kakaknya, kebetulan kamarnya bersebelahan dengan kamar dirinya.
Tok tok
Berulang kali ia mengetuk pintu namun tidak ada jawaban sama sekali.
Ceklek. Pintu berhasil dibuka Fera, rupanya tidak dikunci.
"Kak."
"Kak Nando" Fera memanggil kakaknya, namun tidak ada sahutan.
"Kemana sih tu bocah?" gumam Fera.
Fera tidak melihat sepatu dan tas milik Nando yang biasanya ditaruh asal-asalan itu. Ia langsung keluar kamar, berniat untuk menemui bi Inah. Fera tidak langsung menelfon kakaknya, khawatir jika dia sedang ada kepentingan sesuatu.
"Masak apa Bi?" Fera mendekati bi Inah yang tengah sibuk memasak sembari mencium aroma bumbu yang menyeruak di indra penciumannya.
"Masak tumis kangkung Non," jawab bi Inah.
"Oh iya Bi, kak Nando kok belum pulang ya?"
"Tadi den Nando sempat pulang Non, dia cuma ngambil pakaian ganti. Katanya mau nginep di sekolahan" ujar bi Inah sambil mengaduk masakannya dengan handal.
Fera mengangguk. "Sini Bi, Fera bantu." Ia mengambil alih spatula yang dipegang bi Inah.
"Bi kira-kira mama sama papa kapan pulang ya?" tanya Fera sambil mengamati tumis kangkung menunggu untuk matang.
"Kan baru tadi pagi Non perginya, mungkin dua hari lagi pulang" jawab bi Inah sambil mencuci piring. Bi Inah memang sangat cekatan. Dia tidak bisa diam jika di rumah Fera. Apapun ia kerjakan. Katanya kalau sudah terbiasa bekerja, pasti kalau nganggur badannya jadi tidak fit.
Fera mematikan kompornya ketika memastikan tumisnya sudah matang. "Bi ini udah matang, terus gimana?"
"Tumisnya taruh di piring dulu Non, kalau udah langsung dibawa ke meja makan" timpal bi Inah.
Kini semua makanan sudah tersedia di meja makan, Fera memilih membersihkan diri terlebih dahulu. Begitu pula bi Inah, ia masih membereskan dapur yang lumayan kotor.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is A Math Teacher
أدب المراهقينtahap revisi CERITA FIKSI Kebiasaan bolos mata pelajaran matematika sudah mendarah daging dan menjadi hobi Fera. Tak disangka guru baru di kelas Fera XI IPA 2 yang mengampu mata pelajaran matematika itu ternyata orang yang di jodohkan dengan dirinya...