20

78.8K 3.3K 55
                                    

"Jangan ke kanak-kanakan seperti itu, ingat umur Fera. Kamu bukan bocah yang masih perlu diatur," cibir Yoga saat mengetahui cerita dari Rendi mengenai masalah Fera dengan teman dan Della di sekolah.

Yoga dengan Fera se-mobil dalam perjalanan pulang. Yoga masih saja protes dengan Fera soal insiden di sekolah tadi.

"Kelakuan saya emang buruk Pak, tapi saya masih bisa mengendalikan etika saya sendiri. Saya tidak pernah sekalipun memfitnah orang yang tidak sesuai dengan kenyataan," terang Fera.

"Kenapa kamu malah menuduh Della memfitnah kamu? Jelas-jelas tadi Della angkat bicara mengenai kelakuan kamu,” timpal Yoga.

Fera tertawa sinis. “Menuduh? Emang se-tahu apa Bapak soal saya?”

“Kalau kamu punya karakter yang baik seharusnya kamu malu," cetus Yoga dengan nada sedikit kesal.

Fera menggertakan giginya dengan sebal akibat perkataan yang diberikan oleh Yoga barusan. Kenapa malah Yoga seakan memojokkan dirinya balik. Dunia memang tak selaras yang Fera pikiran, masih banyak orang yang percaya dengan omongan mulut, bukan penglihatan dari matanya sendiri.

"Turunkan saya di sini," pinta Fera dengan wajah datarnya.

Yoga terus melajukan mobilnya, tanpa mengubris permintaan Fera.

"Pak, turunkan saya di sini atau saya gak akan pernah mau bareng Bapak lagi,” ancam Fera.

"Diam Fera!” bentak Yoga.

Fera terdiam, merasakan nyeri di dadanya saat Yoga membentak dirinya. Rasanya kali ini sangat ngilu di hati. Kemudian, ia memalingkan wajahnya kearah jalanan dengan masih memikirkan masalahnya. Kenapa ia dipertemukan dengan orang seperti bu Della? Kenapa diteror seseorang yang sama sekali tidak ia ketahui. Kenapa sangat aneh? Apa harus dirinya yang menerima semua ini?

Sampai di rumahnya, Fera terburu-buru keluar dari mobil tanpa mengucap sepatah kata apapun dari mulutnya. Ia tak perduli lagi.

Fera memasuki rumahnya, di sana sudah ada kedua orangtuanya. Apalagi papanya sekarang menatapnya, Fera yakin bahwa papanya secepat ini pulang dari kantor karena mendapat aduan dari pak Rendi.

"Fera!" panggil Adiwijaya.

"Fera pusing Pa, Fera ke kamar dulu" ucap Fera lalu menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Fera tidak tahu, jika Yoga mengikutinya ke dalam rumah. Yoga menyapa kedua orang tua Fera dengan baik, lalu duduk bersama mereka.

"Maaf kan kelakuan Fera ya Nak," ucap Adiwijaya merasa bersalah.

"Papa percaya gitu aja tentang kelakuan Fera? Sebaiknya kita tanya sama teman-temannya dulu Pa. Kita gak tahu sebenarnya yang terjadi," sela Mila saat tahu Yoga melaporkan kejadian ini kepada orangtua Fera.

"Kenapa membela anak kayak gitu? Ini semua juga karena kamu, kamu terlalu memanjakan dia. Jadinya dia tidak punya pikiran dewasa," balas Adiwijaya menyalahkan istrinya.

Yoga hanya termenung saat mendengarkan perselisihan di antara kedua calon mertuanya itu. Benar juga kata Mila, ia tak tahu yang sebenarnya terjadi. Yoga menyesali tindakannya yang belum diusut dulu persoalan masalahnya, malah ia langsung bicarakan pada orangtua Fera.

My Husband Is A Math Teacher Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang