1

201K 8.1K 314
                                    

Seperti biasanya Fera berangkat ke sekolah diantar kakaknya, Fera sekarang kelas XI dia sekolah di SMA Darmawangsa, sedangkan Nando, dia sekarang kelas XII namun sekolahnya beda dengan Fera. Nando lebih memilih sekolah SMK. Arah sekolah mereka sama, namun lebih jauh sekolah Nando. Jadi mereka berangkat bareng.

Mengingat bahwa jam pertama di kelas Fera adalah matematika, rasanya Fera ingin mengulur waktu untuk lebih lambat datang ke sekolah. Fera tidak takut jika harus dihukum, bahkan Fera rela membersihkan semua toilet di sekolahannya agar tidak mengikuti pelajaran matematika.

Saat ini mobil yang ditumpangi Fera dan Nando berhenti karena lampu merah, Fera tersenyum, dia memikirkan ide yang akan dia lakukan hari ini.

"Kak, turun di sini aja ya. Fera mau beli bahan buat praktik fisika di toko itu" pinta Fera.

Fera melihat toko yang berada di sebrang jalan, mungkin dengan itu Fera bisa melakukan aksinya.

"Gue anter ke sana ya" ucap Nando.

"Katanya ada rapat di sekolahan, nanti kalau telat kan reputasi Kakak sebagai ketua OSIS turun" ucap Fera terkekeh.

Nando langsung membayangkan, dia langsung menggelengkan kepalanya cepat. Benar juga kata Fera, jika dia terlambat pasti reputasi sebagai ketua OSIS akan turun. Bisa-bisa dia akan turun jabatan.

"Eh iya, gue ada rapat. Maaf ya gak bisa nganterin ke sana" ucap Nando.

Fera tersenyum senang, rencananya berhasil.
"Yaudah Kak, Fera pergi dulu ya" pamit Fera, dia langsung ke luar mobil.

Fera melihat mobil kakaknya dari pinggir jalan, dia ingin memastikan apakah kakaknya akan benar-benar pergi? dan ternyata, mobil kakaknya langsung melaju setelah lampu hijau.

Setelah melihat kakaknya sudah jauh, Fera menyetop taksi dan pergi mengunjungi tempat favoritnya untuk bolos mata pelajaran pertama.

Fera menghampiri wanita paruh baya yang berada di kedai kecil miliknya.

"Hai Bu" sapa Fera langsung duduk di kursi kayu panjang.

"Bolos lagi?" tanya Bu Pury yang meracik bumbu bubur ayam untuk pelanggan. Ya, Bu Pury adalah penjual bubur ayam. Selain itu Bu Pury juga menjual makanan dan minuman.

"Hehe, iya Bu lagian Fera bolos kalau ada pelajaran matematika doang " jawab Fera cengengesan.

"Nanti kalau orang tua mu tau bagaimana?"tanya Bu Pury.

"Tenang aja, nanti Fera ke sekolah kok" ucap Fera berdiri menghampiri Bu Pury dan ikut membantunya berjualan.

"Lebih baik kamu ke sekolah sekarang aja, mumpung masih jam 6.50" celetuk Bu Pury.

"Yaudah deh buk, palingan nanti juga bakal telat terus di hukum. Tapi gpp deh, lumayan gak ikut pelajaran" ucap Fera.

Fera mengambil tasnya lalu menghampiri Bu Pury.

"Fera berangkat dulu ya Bu, semangat jualannya. Assalamualaikum" ucap Fera lalu berlari mencari taksi.

"Waalaikumsalam"
Bu Pury hanya geleng-geleng melihat tingkah Fera.

Mereka sudah kenal dekat, bahkan Fera juga dianggap sebagai keluarganya sendiri. Toh meski Fera hidup berkecukupan, dia tidak malu untuk datang ke warung kecil milik Bu Pury. Menurutnya, siapa saja boleh datang. Kan tidak ada yang melarang.

Fera sampai di gerbang sekolah, dia enggan masuk ke dalam. Gerbangnya juga sudah ditutup, Fera juga malas jika bertemu teman-temannya.

Pak Toni, penjaga sekolah menghampiri Fera. Dia membuka gerbang yang sudah dia tutup karena sudah masuk pelajaran.

My Husband Is A Math Teacher Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang