10

109K 4.3K 223
                                    

"Hati-hati ya Kak!" seru Fera berada di gerbang sekolahnya sambil melambaikan tangannya ke arah Nando.

Setelah mobil kakaknya melaju, Fera langsung masuk ke area sekolah. Disana sudah ada beberapa siswa-siswi yang berdatangan seperti biasanya.

"Eh, katanya ada murid baru loh" celetuk cewek yang tengah berbincang dengan temannya di emperan kelas.

Fera yang melewati orang itu berusaha mendengar, karena dia juga penasaran. Kebetulan di sebelahnya ada wastafel, jadi ia mencuci tangannya sembari mendengarkan obrolan mereka.

"Cewek atau cowok?" tanya teman di sebelahnya.

Cewek yang membicarakan tadi mengerucutkan bibirnya kesal. "Sayangnya murid baru itu cewek, katanya sih cantik. Dan ya, katanya dia itu centil."

"Yang bener lo? Awas aja kalau dia nge-goda cowok gue" katanya sebal.

Fera yang mendengarnya hanya menggelengkan kepala, terkadang orang menilai hanya dari cerita orang lain. Bahkan mereka dengan mudahnya percaya begitu saja. Ya begini lah kehidupan dunia. Manusia memang memiliki sifat yang berbeda-beda.

Fera kembali melanjutkan langkahnya supaya tidak ketahuan menguping. Malah kupingnya jadi gatal mendengar obrolan mereka.

"Tumben nih Neng Fera berangkat pagi," sindir Muti, berada di ambang pintu kelas sambil menyilangkan kedua tangannya.

"Berangkat pagi salah, berangkat kesiangan salah. Trus berangkat jam berapa yg bener?"

Muti terkekeh, "Yang bener itu gak usah berangkat. Kan enakan rebahan di rumah."

"Gini nih, kalo tulang sumsumnya patah malah diganti pipa rucika. Kan gobloknya mengalir sampai jauh" balas Fera lalu memasuki kelas.

"Dasar!"
Muti ikut masuk di dalam kelas, menghampiri Fera yang tengah duduk di kursi.

"Lo udah sarapan?" tanya Fera sembari menatap Muti yang duduk di meja depannya.

Muti menggelengkan kepalanya,"Belum, kenapa emang?" tanyanya.

"Kebiasaan deh lo, sarapan itu penting. Apalagi buat kita sebagai pelajar, biar fokus, dan gak ngantuk kaya lo" jelas Fera.

"Tumben lo pinter" puji Muti membuat Fera tersenyum bangga. "Eh, bukannya yang suka ngantukan lo! Pake ngatain gue lagi" omelnya.

Fera mengeluarkan bekalnya dari tas lalu membukanya.

"Nih gue bawa roti, gue juga belum sarapan" Fera menyodorkan bekalnya ke atas meja.

"Ikhlas gak nih?" tanyanya.

"Gak mau yaudah." Fera mengambil lagi bekalnya namun lebih dulu direbut Muti dengan menunjukkan seringai di wajahnya.

"Gue mau lah," ucapnya sambil memakan roti. "Eh btw, thanks ya. Gak nyangka gue dibawain bekal" lanjutnya.

Fera memutar bola matanya malas. "Dih geer, ini bekal buat gue. Sengaja gue bawa, soalnya tadi gak sempat sarapan."

"Hehe, kirain perhatian sama gue."

"Assalamualaikum teman-teman."
Jihan terlihat riang memasuki kelas dengan setengah berlari menghampiri Fera dan duduk di sebelahnya.

"Makan apa kalian?" tanyanya.

"Bekalnya Fera," jawab Muti masih dalam posisi duduk di meja. Mumpung gurunya belum ada, jadi ia tak perlu takut ketahuan.

"Masih ada gak? bagi dong," pinta Jihan.

"Emang mau?" tanya Fera.

"Mau."

My Husband Is A Math Teacher Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang