12. Pantai II

10 4 0
                                    

BISMILAHIROHMANIROHIM

HAPPY READING 💕💕

SEMOGA TIDAK MENBOSANKAN

"Fotoin kita dulu!" pinta Razi pada Esti yang kini membidikkan kamera pada Difa. Ia begitu lihai memainkan kameranya. Bahkan hasil fotonya sangat bagus dan tak diragukan lagi.

Mereka tengah berada di pantai ngrawe dan kini Zora dan Razi duduk di bangku putih yang memang tersedia untuk spot foto.

Tak mudah bagi Razi membujuk Zora untuk berfoto. Maka ketika Zora mau, ia langsung menyuruh Esti untuk memotonya.

Dengan berlatar hijaunya rumput yang memang di tanam, putihnya pasir pantai, dua bukit hijau dan lautan. Membuat hasil fotonya begitu indah dan sangat bagus. Bahkan Razi sampai berdecak kagum.

Mereka menikmati momen kebersamaan mereka. Ditambah lagi, Zora yang mulai tak canggung dengan kondisi sekitarnya. Ia mulai bisa berbaur dengan mereka dan alam.

Zora benar-benar merasa bahagia. Ia merasa berbeda dengan dirinya yang lama. Jika berteman membuatnya bahagia seperti ini. Kenapa Zora tak berteman sejak dulu?

Zora diam-diam memperhatikan Razi yang tengah duduk menunggunya dan yang lain. Razi duduk di pasir dekat dengan batu karang. Sedangkan yang lain tengah bermain air dan pasir di bibir pantai.

Zora mendekati Razi, duduk di sampingnya dan menatap sinar matahari sore.

"Ayo main ke air!" ajak Zora. Tangannya bergerak menunjuk pantai kukup. Memang pada dasarnya, pantai ngrawe dan kukup hanya bersebelahan. Sedangkan tangan kanannya, menarik

Razi tersenyum, "udah mulai berani ya sekarang?"

Zora mengulum senyum dan makin mengencangkan tangannya yang menarik Razi. Ia megajak Razi untuk mendekati pantai yang tengah surut itu.

"Ikut anak-anak itu cari ikan di sana yuk!" terdengar kekanakan. Tapi percayalah hal itu mampu membuat Razi tersenyum karena berhasil membuat perempuan itu bahagia.

Mereka berdua menghampiri dua anak laki-laki perempuan yang tengah menjaring ikan yang terjebak di karang.

"Hai adik, lagi cari ikan ya? Mau mas bantu?" tanya Razi. Ia berjongkok di depan dua anak yang juga berjongkok.

Anak laki-laki itu membawa jaring kecil berwarna merah. Sedangkan anak perempuan membawa plastik bening yang sudah berisi dua ekor ikan yang lucu.

Mata kedua anak itu berbinar menatap Razi.

"Iya, mas. Bantuin kita nangkep ikan. Ikannya lari-larian." kata anak laki-laki. Zora ikut berjongkok di sebelah anak perempuan.

"Kok bisa lari? Emang ikannya punya kaki?" Razi terkekeh. "Ikan itu berenang, bukan lari." lanjut Razi. Ia mengusap puncak kepala anak laki-laki itu lalu mengambil jaringnya.

"Nama kalian siapa?" tanya Zora. Ia memperhatikan lekat lekuk wajah kedua anak itu. Anak-anak yang lucu.

"Aku Elgar. Kalau ini pacar aku namanya Alea." tutur bocah polos itu, membuat kedua orang dewasa itu tertawa.

"Emang pacar itu apa?" tanya Razi dengan geli. Ia menatap Elgar yang tengah menggandeng Alea.

"Kan Elgar sayang Alea, Alea juga sayang Elgar jadi kita pacaran deh." ucapnya dengan polos.

"Iya kan Alea cantik?" tanya Elgar kepada Alea. Anak perempuan dengan pipi gembul itu tersenyum lebar. Lantas ia memeluk Elgar.

"Iya, Alea sayang Elgar."

Zora mengedip-ngedipkan mata.

"Kayaknya kita yang anak-anak deh, dan enggak seharusnya kita lihat adegan 18+ ini." bisik Razi. Keduanya kembali tertawa.

"Siapa yang ngasih tahu, kalau saling sayang itu pacaran?" tanya Zora. Ia mencubit pipi gembul Alea. Zora benar-benar merasa sangat suka dengan Alea. Ingin sekali ia membawa pulang Alea dan menjadikannya adik.

"Kata om aku gitu," jawab Elgar.

"Kamu di ajarin apa aja?" tanya Razi sambil mengangkat jaringnya. Seekor ikan tertangkap membuat dua bocah itu memekik senang. Bahkan sampai mengabaikan pertanyaan Razi.

"Lagi mas, yang banyak!" seru Alea. Ia menatap Razi penuh harap.

"Kalian umur berapa?" Razi kembali menatap karang yang berisi air. Matanya dengan jeli meneliti setiap jengkalnya agar ia dapat melihat ikan.

"5 tahun." jawab Alea. "Nanti kalau Alea gede, Alea pengan kayak mbak—" Alea menggantungkan ucapannya.

"Zora. Nama Mbak Zora." kata Zora. Ia tersenyum. "Kalau itu Mas Razi."

"Alea pengen kayak Mbak Zora yang nemeni Mas Razi mangkep ikan." lagi, kedua orang dewasa itu tertawa. Elgar dan Alea sebenarnya masih polos.

"Yey dapet ikan lagi!" seru Alea senang. Ia menatap ikan yang masih ada di dalam jaring.

Setelah mendapat banyak ikan, Alea dan Elgar pamit kepada kedua orang dewasa itu. Ia merasa sennang karena bisa membawa pulang banyak ikan.

"Makasih ya mas, mbak." ucap mereka bersamaan. Razi dan Zora tertawa pelan dan menggumam membalas ucapan terimakasih dari kedua anak tersebut.

"See you!" tutur Alea dan Elgar juga menirukannya.

"See you! Semoga kita bisa ketemu lagi."

Razi dan Zora berjalan menghampiri teman-teman mereka yang sepertinya sudah kelelahan. Mereka ikut mendudukan diri di pantai pasir dengan posisi yang tak beraturan.

"Cari makan yuk! Laper gue," kata Ivan. Ia berdiri sambil menepuk-nepuk celananya yang penuh dengan pasir pantai.

"Baru juga gue duduk!" kesal Razi. Tak urung juga ia ikut berdiri dan mengajak teman-temannya untuk mencari kedai makan.

Mereka menghabiskan sore mereka di kedai makan. Banyak obrolan yang mereka bincangkan.

"Gimana, Ra, seneng gak main sama kita?" tanya Esti. Ia tengah membuka galeri kameranya. Melihat-lihat hasil foto mereka.

"Seneng banget." jawab Zora dengan senyum lebar. Tak lagi canggung bagi Zora untuk memperlihatkan senyumnya pada mereka.

"Next time mau kemana, nih? Segera agenda kan!" tanya Dion.

"Halah, gak usah di planning kalau endingnya juga jadi wacana doang mah. Mending dadakan ajalah," balas Esti.

"BTW, kita gak usah ke pantai krakal aja ya? Udah mau malem gini. Nanti mampir bentar aja ke baron. Gue mau beliin emak gue pisang." ujar Razi. Ia memainkan softcase berbentuk kucing hitam-pink milik Sifa.

"Yee pikiran lo cuma pisang aja." sahut Ivan. "Eh tapi enggak apa-apa deng, lumayan buat oleh-oleh. Mumpung di baron, kan murah." tambahnya.

Hampir semuanya menyoraki Ivan dan hanya dibalas dengan kekehan dari sang empu.

"Besok-besok lo ikut lagi ya, Ra, kalau kita main." ajak Difa. Zora tersenyum dan mengangguk.

Dalam hati ia menanti saat itu. Saat dimana ia anak bermain atau sekedar jalan-jalan dengan mereka.





To be continued ...

THANKS FOR READING 💕💕

JANGAN BOSEN DAN JANGAN KAPOK BACA CERITA AKUUUU

*DITUNGGU VOTE, COMMENTS DAN KRITIKNYA*

REGARDS,

ROZ❤

Love YourselfTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang