Bel pulang berbunyi lima menit yang lalu, seluruh siswa Cakrawala berhamburan keluar kelas.
"Girls, gue duluan ya." ucap Keysa terburu-buru.
"Buru-buru amat, Key?" Vina melihat tingkah Keysa lalu kembali memasukkan buku-buku ke dalam tasnya.
"Iya lo, ada apaan?" sahut Sella.
"Barang gue ada yang ketinggalan di ruang teater."
"Ya udah sana buruan ambil, sebelum lo terjebak tawuran." Dinda memperingati Keysa. Keysa mengangguk lalu berlari ke ruang teater dengan sedikit kesusahan karena lututnya yang masih sakit. Keysa membuka pintu ruang teater menggunakan kunci yang ia bawa dan langsung masuk ke dalam.
Ia mencari-cari gelang berwarna hitam yang dulu Dev berikan kepadanya saat monthversary mereka yang pertama. Ia tidak pernah memakai gelang itu akhir-akhir ini, ia lebih memilih untuk menyimpannya di saku rok.
"Nah! Akhirnya ketemu." Keysa tersenyum bahagia. Walaupun hanya gelang biasa, ia takkan pernah melupakannya karna itu adalah pemberian Dev.
Keysa bergegas menuju keparkiran. Saat tiba diparkiran, ia baru menyadari bahwa sekitarnya telah sepi bahkan jalanan didepan sekolahnya pun sepi. Ia melihat jam di handphone miliknya. Jam menunjukkan pukul 16.15Keysa memutuskan untuk menuju ke halte bus yang terletak tak jauh dari sekolahnya. Pak Amir, supir pribadinya sedang mengantar papanya ke bandara. Sedangkan Ken sedang sibuk mengurusi perusahaan Adijaya.
Brumm
Keysa melihat rombongan anak sekolah memakai seragam berbeda dengannya sedang mendekat ke arahnya. Dua orang mendekat ke arah Keysa. Ia langsung berbalik dan berlari dengan sedikit pincang. Keysa memutuskan kembali ke sekolah saja. Namun, usahanya gagal. Dua orang itu mencekal tangan Keysa kuat lalu membawanya kepada sang ketua yang sudah menunggu di tengah jalan.
"Lepas! Lepasin gue!" Dua orang itu mengunci tangan Keysa.
"Kenalin nama gue Akselio Pamudya, Dan nama lo adalah Key..sa." Aksel mengeja name tag yang tertera di seragam Keysa.
"Gue nggak tanya nama lo! Lepasin gue!" ucapan Keysa tak digubris sama sekali oleh Aksel. Aksel menatap Keysa dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Cantik.. Manis.. Dan seksi, gue suka semua yang ada di lo." Aksel membelai lembut pipi Keysa kemudian berlanjut ke bibir milik Keysa.
"NAJIS!" Keysa menendang perut Aksel, membuat kakinya semakin lemas dan sakit.
Plakk
Saat itu juga Keysa menangis. Pipinya terasa sangat nyeri. Dan terlebih ia tak pernah ditampar oleh seorang laki-laki.
"COWOK BRENGSEK!" teriak Keysa di depan muka Aksel.
"Ouh, maaf sayang." Aksel membelai lembut pipi Keysa yang basah karena air mata, lalu mencengkeram rahang Keysa kuat.
"Lo akan tau akibatnya karena udah berani sama gue." Aksel memperkuat cengkeramannya. Perlahan-lahan ia mendekatkan wajahnya ke wajah Keysa. Sedari tadi Keysa menggeleng-gelengkan kepalanya, tapi percuma saja itu malah membuat pipinya semakin sakit. Tangis Keysa menjadi-jadi, kakinya lemas, ia tau sebentar lagi ia akan dipermalukan di depan anak Permata.
"BANGSAT!! LEPASIN DIA!" emosi Dev memuncak saat melihat Keysa menangis dalam keadaan seperti itu. Tersirat tatapan kebencian, kekecewaan, dan sedikit tatapan kekhawatiran dalam sorot mata Dev. Keysa dapat melihat itu. Dev peduli padanya? Entahlah saat ini Dev memang peduli pada Keysa sebagai pacarnya atau Keysa sebagai seorang anak Cakrawala yang harus di lindungi?
Merasa cengkeraman anak buah Aksel sudah mengendur, Keysa berlari ke arah Dev. Namun kakinya sudah sangat lemas ia pun terjatuh di tengah larinya. Dev menghampiri Keysa dan segera membalut lutut Keysa yang terus mengeluarkan darah dengan menggunakan dasi miliknya.
Dev menangkup pipi Keysa dengan kedua tangannya, Keysa hanya menggeleng lemas. Ia membantu Keysa berdiri dengan memeluknya.
"Jev! Anter Keysa pulang pake mobil gue."Jevin mengangguk lalu menghampiri Keysa dan membantunya berjalan.
Saat Keysa sudah menjauh, Dev menghampiri Aksel dan memukulinya bertubi-tubi meluapkan seluruh amarahnya.
"Anjing lo!" Dev terus memukuli Aksel tanpa ampun. Beginilah murkanya Dev, sangat menyeramkan. .
Saat anak buahnya ingin maju untuk membantu, tangan Aksel mengisyaratkan mereka untuk mundur. "MUNDUR!" Aksel menyuruh teman-temannya pergi.
"Tapi lo, Sel?" ucap Adit.
"Tinggalin gue sendiri, lo semua percayakan sama gue?" teman-temannya mengangguk lalu meninggalkan Aksel.
'Biarin gue yang nanggung semuanya.' batin Aksel.
"Mau jadi sok pahlawan lo, hah?" Dev memberi bogeman di perut Aksel.
"Dev udah, lo bisa ngebunuh orang." Kevin menahan tubuh Dev. Napas Dev menggebu-gebu menahan amarah. Kemudian ia mencengkeram kerah Aksel dan mendorongnya kuat hingga membuat Aksel jatuh tak berdaya.
"Cabut gais!" ucap Dev kepada teman-temannya.
'Sekarang gue tau kelemahan lo! Tunggu aja pembalasan gue, Dev!' batin Aksel.
Saat ini Keysa sedang di perjalanan pulang bersama Jevin. Ia sudah berhenti menangis, kini ia menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong. Jevin melihat sekilas ke arah Keysa lalu kembali fokus menyetir.
"Dev emang brengsek!" Jevin memecah keheningan.
"Maksud lo? Ini bukan salah Dev, ini salah gue yang nggak bisa jaga diri." Keysa menatap Jevin tak percaya, bagaimana bisa ia mengatai sahabatnya sendiri seperti itu?
"Lo bodoh!"
Keysa kembali menatap ke depan "Bener kata lo, gue emang bodoh!"
"Lo bahkan nggak tau alasan Dev ngejauhin lo itu apa." BAMM! ucapan Jevin berhasil menohok hati Keysa.
"Maksud lo Jev?"
Jevin mengacak-acak rambut Keysa. "Lebih baik Dev yang bilang itu ke lo."
"Apaan sih lo! Rese tau nggak? Gue bilangin Dev baru tau rasa lo!"
"Bilangin aja kalau berani." Jevin menaik turunkan alisnya.
"Ish nyebelin lo!"
Hening beberapa saat hingga akhirnya Jevin kembali membuka suaranya, "Lo tau nggak?" tanya Jevin.
"Tau apaan?" Keysa mengernyit heran.
"Dulu waktu lo pergi, Dev selalu ngeliatin foto lo tiap hari."
Pipi Keysa bersemu merah. "Jangan buat gue salting deh!"
"Gue serius."
Keysa tersenyum miris. "Dulu aja dia sampe segitunya, sekarang liat muka gue aja dia nggak mau. Sebenernya apa salah gue? Atau jangan-jangan dia udah bosen sama gue? Apa yang harus gue lakuin?" banyak sekali pertanyaan di benak Keysa yang belum terjawab.
"Lo harus berjuang, lo yakinin Dev kalo lo bener-bener sayang sama dia." ucap Jevin.
"Berjuang? Di sini cuma gue yang berjuang, sedangkan Dev nggak."
"Lo harus bertahan." ujar Jevin "bertahan untuk ngeyakinin Dev bahwa lo nggak mungkin ngelakuin hal serendah itu." lanjutnya dalam hati.
"Apa gue sanggup bertahan sama orang yang nggak sayang sama gue?" tatapan Keysa berubah sendu.
"Dev masih sayang sama lo, andai lo tau dia sering ngirim anak Cakra buat mantau keadaan lo." batin Jevin.
"Kok lo diem aja sih!" Keysa kesal karena ia merasa dikacangi.
"Gue yakin lo sanggup, karna Keysa yang gue kenal adalah orang yang kuat."
Keysa tersenyum mendengar perkataan Jevin. Kuat hanyalah cover Jev! Lo nggak tahu betapa lemahnya hati Keysa.
BERSAMBUNG...
KAMU SEDANG MEMBACA
KEYDEV
Teen FictionHighest Rank : #34 KISAHREMAJA 09/06/2021 "Lepasin gue brengsek!" Dev menghempas tubuh Keysa kasar membuat Keysa memundurkan tubuhnya beberapa langkah. 'Gue kayak barang yang nggak dibutuhin lagi sama majikannya.' Keysa tersenyum miris. Dev me...