"Fred, nggak balik ke kota lo? Sudah hampir tiga tahun lo di Sumatera."
"Gak tahu, masih males balik."
Elfreda Adinata Lais, saat itu sedang duduk santai di salah satu anak tangga yang ada di kampung tempat ia tinggal selama tiga tahunan ini. Pergi meninggalkan kedua orang tuanya, keenam sahabatnya, dan Lyvia bukanlah suatu hal yang mudah. Tapi, mau kembali pun, rasanya Freda juga tak bisa karena entahlah, ia masih mau menyendiri dulu di suatu tempat dan melupakan banyak masalah yang terjadi di kota tempat ia tinggal yang sebenarnya.
Bagaimana kabar Aaron, Bagas, Cal, Darrel, Eza, dan Gavin? Semoga mereka baik-baik saja. Freda terakhir kali bertemu mereka adalah tiga tahun lalu di labirin. Semenjak hari itu, ia sama sekali tak pernah bertemu dengan mereka lagi. Freda hanya bisa tahu kabar mereka dari unggahan instagram mereka atau grup chat yang dibuat oleh Cal beberapa tahun silam. Itu pun, Freda tidak pernah bersungguh-sungguh membacanya. Membaca sekilas, Freda bisa tahu jika saat ini Gavin sudah kembali ke Indonesia, Aaron akan bertunangan dengan Hannah, dan Cal yang masih mengusahakan hubungannya dengan Jean melawan kakak Jean yang kelewat aneh dan sangar itu. Ya, Freda hanya tahu itu saja. Bagas, Darrel, Eza? Ia sama sekali tidak tahu kabar mereka. Sebab, mereka bertiga tidak pernah muncul di grup chat. Sama sepertinya.
Meskipun Freda telah menyelesaikan semua konflik dan masalah yang terjadi antara dirinya dengan keenam sahabatnya terlebih Cal, rasa bersalah itu kadang masih saja menghantui Freda. Betapa bodohnya ia saat itu karena tidak menyadari jika Lyvia adalah kekasih Cal dan ia yang selalu menghindar di saat Cal memanggilnya. Memang, Cal sudah memaafkannya dan menganggap semuanya telah selesai. Tapi, bagi Freda itu masih belum selesai. Apalagi ditambah dengan ia yang masih menjalin hubungan dengan Lyvia sampai saat ini, ia kadang tak kuasa mengingat bahwa Lyvia adalah kekasih Cal yang secara tak langsung ia rebut karena kebodohannya.
Freda benci ini. Benci karena seorang wanita bisa merusak suatu persahabatan yang telah berlangsung dalam waktu yang lama. Freda membencinya.
"Lah lo gak balik, Hez? Lo juga udah tiga tahun kan di sini."
"Gue kayaknya gak bakalan balik."
"Hah?"
"Maksud gue, nggak dalam waktu singkat ini."
"Kenapa?"
Yehezkiel tersenyum sebelum menjawab pertanyaan Freda. Ia terlihat seperti membayangkan sesuatu di kepalanya. "Di kota gue, gue punya pacar, Fred. Dia cantik, tulus, baik. Tapi sayang..."
"Kenapa?"
"Umur dia nggak lama."
Freda terkejut setengah mati karena mendengar pernyataan Yehezkiel—temannya selama ia di Sumatra. "Loh?"
"Mama gue bilang ke gue kalau kemungkinan, tahun depan dia udah nggak ada."
"Lah, kalau gitu, kenapa sekarang lo masih di sini Bambang?!"
"Gue gak mau ketemu dia, Fred."
"Kenapa?"
"Karena kalau waktunya dia tiba nanti dan dia pergi di saat gue masih ngelihat dia, gue takut gue nggak rela ngelepas dia pergi."
"Jadi, menurut lo semuanya akan baik-baik saja kalau lo tetap di sini sampai pacar lo meninggal, dan lo baru akan balik setelah upacara pemakamannya?"
"Gue berpikir begitu."
"Kalau begitu, lo goblok Hez."
"I'm sorry, but – "
"Lo goblok karena lo buang-buang waktu gak jelas di sini di saat seseorang yang lo sayang di tempat lain sebenarnya butuh banget sama kehadiran lo."
KAMU SEDANG MEMBACA
BESTEVRIENDS
Ficción GeneralDirimu.. Kalian.. Sore hari.. Impian.. Masa depan.. Dan cita-cita besar kita.. Aku tak akan melupakannya Sepuluh tahun lagi, di bulan Maret, tanggal 20 dan pukul empat petang, aku sangat yakin kita akan bisa bertemu kembali. Semoga... Ya, semoga... ...