[40] Bagaskara Ivander Jalandra, Terimakasih

283 30 1
                                    

Mobil itu berhenti tepat di tempat parkir sebuah tempat yang sebenarnya, sangat pantang untuk ia kunjungi. Ia—laki-laki itu turun dari mobilnya dengan wajah lesu, di tangannya, ia menggenggam sebuah paper bag untuk seseorang yang akan ia temui di dalam nanti.

Memasuki pintu, laki-laki itu segera menuju ke meja informasi dan menyampaikan maksud serta tujuannya datang ke tempat itu. Perlu sedikit waktu yang agak lama karena ia pun tahu, mendapatkan izin seperti itu memanglah sulit mengingat orang yang bersangkutan masih merupakan tahanan tetap di tempat itu. Namun, semua surat keterangan yang telah ia bawa berhasil membuat semuanya terlihat semakin mudah—apalagi dengan surat tambahan dari penggugat, semakin memudahkan urusan itu. Tapi tetap saja, semudah apapun itu, tetap akan terasa sulit untuknya karena ia sedang dalam pikiran sekalut ini.

Aaron Gracio Danish, laki-laki itu menghembuskan nafasnya panjang di kursi tunggu sambil mengusap wajahnya begitu kasar begitu orang di balik meja informasi akan memproses perizinan tersebut. Ya, Aaron hari ini akan menjemput Darrel dan mengajaknya datang untuk melihat Bagas—untuk yang terakhir kalinya.

Butuh sekitar lima belas menit sampai izin benar-benar ia dapatkan. Setelah ia berhasil mendapatkan izin itu, Aaron bisa bernafas lega. Ia menunggu sekitar lima menit lagi sebelum seorang penjaga membawa Darrel keluar dan bisa ditebak, ekspresinya begitu priceless ketika melihat Aaron ada di depannya. Tapi Aaron, ia hanya biasa saja dan wajahnya lebih cenderung datar ketimbang ekspresi yang Darrel tunjukkan.

"B-buat apa ini semua?"

Aaron memberikan paper bag itu pada Darrel tanpa banyak bicara. "Pakai ini."

"Tapi ini semua, kenapa?"

"Nggak usah banyak ngomong. Pokok nurut aja dulu. Pakai itu."

Ucapan Aaron dingin dan Darrel tak mempunyai kuasa untuk bisa bertanya lebih lanjut atau mengelaknya. Jadinya, laki-laki itu hanya diam sambil tangannya meraih paper bag itu dan segera mengganti pakaiannya di kamar mandi.

Dan butuh sekitar lima menit lagi bagi Aaron untuk menunggu Darrel yang menggganti pakaiannya. Begitu ia melihat Darrel keluar dari kamar, Aaron tak bisa menyembunyikan kelegaannya. Laki-laki itu segera mengambil kunci mobil yang ada di saku belakang celana panjang hitamnya. Saatnya berangkat.

Darrel yang sama sekali tidak tahu apa yang terjadi hanya memandang Aaron kebingungan, tapi ia tak berani bertanya karena sepertinya mood Aaron terlihat begitu buruk. Darrel hanya bisa mengikuti Aaron dari belakang hingga mereka berdua berhenti di depan sebuah mobil yang Darrel sangat yakini, mobil itu adalah milik Aaron. Tidak memperhatikan Darrel, Aaron langsung masuk ke mobil, sementara Darrel, ia masih diam di depan mobil dengan pandangan kosong yang entah menatap ke arah mana. Melihat sahabatnya seperti itu, mau tak mau membuat Aaron memutar bola matanya malas, lalu membuka jendela di samping tubuhnya.

"Cepet masuk."

"Tapi – "

"Gue jelasin di mobil. Waktu kita terbatas. Cepetan."

Dengan perasaan sedikit dongkol, Darrel membuang nafasnya kasar dan segera masuk ke dalam mobil milik Aaron.

Setelahnya, barulah Aaron bisa mengendarakan mobilnya menuju tempat yang telah ditentukan.

"Jadi, ada apa?"

Diam beberapa detik, Aaron membuka salah satu laci yang ada di dashboard mobilnya dan mengambil sesuatu di dalamnya, lalu memberikannya kepada Darrel.

"Pakai. Rapiin rambut lo. Rambut lo kayak gembel."

"Ck,"

Walau mulut Darrel sudah begitu gatel ingin bertanya dan mengumpati sahabatnya itu, Darrel menahannya karena ia tahu semua yang dilakukan sahabatnya ini, pasti beralasan. Laki-laki itu langsung mengambi sisir dan gel rambut dari dalam dashboard itu lalu memakainya sedikit. Setelah ia rasa cukup, ia mengembalikan semua kepunyaan Aaron itu ke dalam dashboard dan berniat akan meminta penjelasan akan semua yang terjadi. Tapi baru saja ia akan membuka mulutnya, Aaron mengambil benda lain dari dalam dashboard-nya dan memberikannya pada Darrel.

BESTEVRIENDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang