Hai.. balik lagi
Jujur vote dan komen dari reader itu penyemangat banget, motivasi banget
So, i need that soo much
Sekerdar info aja biar gak bingung setelah baca part kemrin trus baca part ini.. nah kemarin itu spoilernya aja eh atau versi oneshootnya lah ya, jadi jalan ceritanya kaya gitu dan aku harap reader lebih antusias karena di part ini dan selanjutnya sampai end (Inshaa Allah) akan dijabarkan semuanya lebih detail wkwkwkwk
(kaya punya reader aja heuheu)
Nah, yang ini bener-bener part 1 nya
Kalo ada typo mohon ditandai ya, mantemanh
Happy Reading.... ^^
.
Menggeliat di pagi hari itu memang menyenangkan. Menguap, mengucek pelan kedua mata, kemudian beranjak lalu mandi. Itulah hal-hal yang biasa dilakukan jika baru terbangun dari tidur. Lalu saat ini, ketika kedua matanya sudah merasa benar-benar terbuka, maka matanyalah yang hanya terbuka. Namun tubuhnya seolah kaku dan mulutnya begitu sulit untuk mengeluarkan suara. Hatinya berbisik pelan disertai dahinya yang mengkerut tapi tak terlalu kentara. Kontak matanya bekerja. Dari kedua matanya yang indah itu menangkap sesosok pria tampan yang saat ini masih mengeluarkan hembusan napas teratur dengan gaya tidur yang seolah tersenyum dalam wujud terpejamnya.
Tampan.
Itulah yang dia pikirkan. Tak ada kata lain yang bisa dia ungkapkan selain penilaian itu. Dan ketika dia mulai bergerak untuk bangun, selimut yang sedikit menurun segera dia tarik dengan gerakan lebih kala sadar kondisinya tidaklah sangat baik. Katakanlah itu buruk. Sangat buruk!
Ya Tuhan...ini....
"Enghhh" lenguhan parau terdengar. Dia segera menoleh ke samping dan dapati sosok itu menggeliat pelan kemudian menyipitkan sebelah matanya memandang ke arah dirinya "Pagi, sayang"
Kala dia belum bisa berikan ekspresi balasan untuk memberi senyum sama seperti yang sosok itu tampilkan, sosok tersebut sudah lebih cepat bereaksi dengan beri kecupan kilat di bibirnya yang indah. Sangat mesra seperti sepasang kekasih.
"Bagaimana tidurmu semalam, nyenyak?" kata sosok itu, Danial, bertanya "Aku rasa memang iyah" tak dengar jawaban membuat Danial paham.
Dengan senyum manisnya yang sudah dia umbar sangat banyak pagi ini, untuk kedua kalinya dia kembali mencium bibir itu, bibir milik Diola dengan sayang dan cukup lama namun lembut. Danial tersenyum dengan dia belai bibir itu saat dia telah lepaskan ciumannya. Wajahnya nampak bahagia dan tak ada sosok arogan serta dingin yang seperti biasanya akan pria itu tampilkan sebagai image di mata orang lain.
"Mau mandi bersama?" tawarnya dengan kilat jenaka. Diola yang sudah bisa tersadar lantas segera bereaksi dengan penuh kejut membuat Danial sunggingkan senyum geli "Tidak apa jika tidak mau" Danial kembali menjawab tanpa harus menunggu Diola bersuara.
"Aku akan mandi lebih dulu jika kau masih merasa mengantuk. Tunggu aku selama 10 menit. Nanti kita sarapan bersama"
"D-Danial tunggu!" sekarang suaranya sudah bisa keluar. Diola tahan pergelangan tangan Danial untuk mau menanggalkan gerakannya "Apa semalam kita benar-benar melakukannya?"
Owh! Bodoh sekali! Diola nampak mencoba mengingat apa yang barusan dia pertanyakan. Rasa sakit di daerah pribadinya serta kelembaban yang turut dia rasakan di tempat yang sama seharusnya tak perlu untuk dia menanyakannya lagi pada Danial. Tidak perlu ditanyakan atau pun dijawab. Semalam dia sudah pasti melakukan itu dengan Danial! Astaga....

KAMU SEDANG MEMBACA
Nice Poacher
Ficción GeneralHatinya berdesir hebat. Otaknya mengingat sesuatu. Rasa bersalah pun menghinggapi hatinya karena secara sadar dia telah memanfaatkan wanita ini hanya demi satu tujuan. Menikmati tubuh Diola dan merasakan kenikmatan tubuhnya yang hangat. Danial sudah...