0 | Basement

21.7K 1.7K 199
                                    

Cerita ini sangat dianjurkan menggunakan wallpaper hitam

______________________________

"Harus berapa cambukan lagi yang aku lakukan untuk membuatmu sadar?"

....

"Jangan pernah mengeluh dengan keadaan. Kamu istimewa dan kamu harus percaya itu pada dirimu"

....

"Apa sampai sekarang lo belum menemukan kelayakan lo untuk hidup? Dasar lemah."

...

"Kalian dengar itu? Jantungnya kembali berdetak"

...

"Tuhan... setidaknya beri aku kesempatan untuk bertemu dengan bulanku sebelum aku mati"

"Apakah aku boleh berkenalan denganmu?"

"Mulai hari ini kita berteman!"

"Mulai hari ini kita berteman!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dua kelopak matanya terbuka. Gadis itu mengerjap pelan sembari mengumpulkan kesadaran, lantas terdiam sejenak, menatap langit-langit.

"Mimpi apa itu barusan?" gumamnya.

Park Chaeyoung, gadis berumur 19 tahun berdarah Aussie-Korea itu baru saja terbangun dari bunga tidurnya yang aneh. Ia tidak ingat jelas bagaimana jalan cerita mimpinya itu, namun secara garis besar, ia seperti bermimpi menjadi seorang pasien yang setiap harinya menjalani operasi dan berbagai hal kompleks lain yang ia tidak mengerti.

Bahkan Chaeyoung sendiri tak tahu kenapa ia bisa bermimpi seperti itu. Ia juga tidak tahu jenis mimpi apa itu, apakah itu mimpi buruk atau sebaliknya? Sementara kebanyakan yang ia ingat hanyalah kegelapan sebelum akhirnya ia terbangun ketika tubuhnya memancarkan sebuah cahaya.

Entah bagaimana bisa.

Mata Chaeyoung melirik ke arah jam dinding-pukul 01:32 AM. Dan tenggorokannya mendadak kering.

Alhasil gadis itupun bangkit dari kasur dan keluar dari kamar, berjalan menuruni anak tangga, menuju ke dapur. Ia menuangkan air dingin di gelas yang baru saja ia ambil dari rak, lalu meneguknya. "Aaaahh lega" gumamnya setelah menghabiskan segelas air itu. Sebegitu hausnya dia setelah bermimpi.


DUG!


Chaeyoung tersentak kaget mendengar suara itu. Kepalanya menoleh cepat ke arah suara tersebut yang berasal dari luar dapur, akan tetapi ia tidak menemukan apapun selain ruangan-ruangan di rumahnya yang diterangi oleh lampu redup.

Ah, tentu saja tidak ada siapa-siapa. Keluarganya kan sedang tidur mengingat ini masih malam.

Kedua bahunya terangkat tak peduli. "Mungkin salah denger kali." pikirnya.

Let Out The BeastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang