Halo? Lama ya ngga ada kabar. Langsung aja deh. Happy reading!
*
Sesuai dugaan, perjalanan menyusuri hutan tidak semulus yang Chaeyoung bayangkan. Jalur yang mereka tempuh begitu terjal dan curam, tanah yang mereka pijak becek, dipenuhi bebatuan licin. Entah sudah berapa kali gadis itu terpeleset dan nyaris jatuh kalau saja Jaehyun tidak siap siaga menahannya di belakang.
Berbeda dengan dirinya, para mutan tampak begitu mudah melewati hutan ini. Mereka tidak pernah menunjukkan rasa lelah—bahkan Dokter yang membawa box berisikan barang miliknya itupun sama sekali tidak mengeluh.
Oh, ini bukan lagi hiking sekolah, tapi lebih seperti ekspedisi pecinta alam. Sayangnya, Chaeyoung tidak cinta dengan alam yang keadaannya seperti begini.
Hari sudah sore, meski hujan telah reda, awan mendung masih menghiasi langit bersama dengan kabut tebal menyelimuti hutan. Harusnya mereka sudah hampir sampai di perbatasan, tapi karena Chaeyoung tidak kuat berjalan lama dan bolak-balik istirahat tiap 5 menit, alhasil mereka masih berada di tengah perjalanan.
Para mutan pun memutar otak mereka untuk mencari solusi agar dapat sampai tujuan tepat waktu. Sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk menggendong Chaeyoung sampai ke perbatasan.
Seperti biasa Wonho lah yang diutus untuk melaksanakan tugas tersebut karena notabenenya pria itu adalah mutan bulldozer alias mutan dengan tenaga terkuat dan sudah biasa menjadi jasa angkut barang disetiap misi. Tapi entah kenapa tiba-tiba Jaehyun ingin mengambil alih tugas tersebut.
"Tidak, biar saya yang gendong Chaeyoung," begitu katanya.
Sempat terjadi cekcok diantara mereka untuk memperebutkan Chaeyoung. Wonho mencoba menjelaskan Jaehyun bahwa ia belum sepenuhnya pulih dan tidak boleh melakukan pekerjaan berat. Biasanya hanya dalam sekali perintah, Jaehyun langsung menurut dengan patuh, namun kali ini aksinya berbeda.
Jung Jaehyun memang diam mendengarkan perkataan Wonho, tapi tidak dengan tatapan tajam mematikannya yang seolah-olah menolak perintah Wonho. Dan entah mengapa Wonho mendadak ciut ditatap seperti itu, kekuatannya seolah lenyap. Alhasil Wonho pun mengalah, membebaskan Jaehyun sesuai keinginannya.
Suga—yang menjadi pemimpin kelompok dalam perjalanan—terpantau diam saja, malah tampak masa bodoh. Ia tidak tertarik menghabiskan tenaganya hanya untuk memusingkan hal ini. Mau Wonho atau Jaehyun yang menggendong Chaeyoung, yang penting mereka segera sampai di perbatasan.
Perjalanan pun dilanjut setelah Jaehyun mengangkut Chaeyoung di punggungnya. Chaeyoung yang sejak tadi menahan tubuhnya yang mengigil gara-gara suhu udara disini sangat rendah itupun benar-benar menikmati kehangatan dari tubuh Jaehyun, tetapi tak lama ia di rundung rasa bersalah. Ia merasa sudah menjadi beban bagi para mutan di sepanjang perjalanan. Dan saat ini pasti Jaehyun sedang sekuat tenaga melangkah sambil menggendong dirinya
"Udah gausah dipikirin," kata Jaehyun yang membuyarkan lamunannya. "Kamu bukan beban. Kamu manusia, tenaganya sudah pasti berbeda dengan mutan."
Mendengar itu, Chaeyoung pun jadi terkejut. "Enggak kok. Aku nggak mikir gitu..." cicitnya.
"Yakin?" tanya Jaehyun sambil menoleh ke belakang, yang tanpa sadar membuat gadis yang berada di gendongannya itu menahan nafas mendapati jarak antar muka mereka yang begitu dekat.
Gadis itu agak memundurkan wajahnya. "I-iya. Lagian kamu tahu darimana coba aku mikir begitu? Kamu bisa baca pikiranku ya?"
Jaehyun terkekeh, kembali menatap kedepan. "Cuma nebak."
Chaeyoung menatap Jaehyun dari belakang sambil memanyunkan bibirnya diam-diam. Cuma nebak tapi tebakannya benar. Huft.
"Jae..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Out The Beast
Fanfiction"Darkness was created by God so you can find your true light."