*
"Kita mau kemana?"
Park Seojoon menoleh sekilas ke arah Park Chaeyoung—putrinya yang berusia 11 tahun—tampak kebingungan di kursi penumpang karena melihat mobil yang mereka tumpaki melewati jalur yang berbeda dari biasanya. Seharusnya jalur pulang belok ke kiri, namun mereka malah belok ke arah kanan.
"Ngajak kamu ke suatu tempat untuk temenin Papa," jawabnya.
"Temenin kemana? Aku nggak mau ya kalo suruh nemenin Papa ke rumah sakit. Nanti ujung-ujungnya ditinggal operasi lagi," protes Chaeyoung sambil mendumel, membuat Seojoon tertawa.
"Enggak kok, Sayang. Ini mau ke rumah temannya Papa. Anak temennya Papa sakit, kasihan jadi harus segera Papa obati," jelasnya.
"Kenapa dia enggak ke rumah sakitnya Papa aja? Kan harusnya begitu?"
"Iya, tapi anak ini berbeda,"
"Kenapa?"
"Papa yang harus dateng kesana karena dia nggak bisa dirawat dirumah sakit,"
"Kenapa?"
Seojoon mengusap wajahnya, berusaha sabar. "Nanti kamu lihat sendiri ya. Papa lagi nyetir," katanya final.
Untungnya Chaeyoung tidak lagi bertanya. Gadis itu memilih untuk memainkan tombol jendela di sebelahnya sambil memandangi jalanan luar. Seragam sekolah masih melekat di tubuhnya saat ini karena Seojoon langsung mengajaknya pergi begitu pria itu menjemputnya dari sekolah sehingga ia tidak sempat untuk ganti.
Mobil yang mereka tumpaki terus berjalan, begitu pula dengan waktu yang berlalu, hampir ada dua jam namun mereka masih berada di perjalanan. Chaeyoung sudah bosan setengah mati sampai dia lelah memainkan jendela. Tidak ada kaset musik untuk diputar, hanya ada radio yang menyiarkan berita, Papanya tetap fokus menyetir tanpa bersuara. Ini bahkan sudah melewati perbatasan kota dan gadis itu terus-terusan bertanya di dalam kepalanya, kemanakah tujuan mereka sebenarnya?
"Bangun, Chae. Kita sudah sampai," gugah Seojoon.
Chaeyoung terbangun. Perjalanan lama tak sengaja membuatnya ketiduran. "Eungh... ini dimana?" tanyanya setengah sadar.
Seojoon memutari mobil, membuka pintu penumpang. "Ayo, keluar," kata pria itu.
Sambil digandeng Seojoon, Chaeyoung keluar dari mobil sambil mengucek matanya sebelum mengedarkan pandangan. Dahinya segera mengernyit tatkala mendapati tempat disekitarnya begitu asing. Tempat ini terlihat agak menyeramkan, dikelilingi oleh bukit berkabut dan hawa dingin yang menusuk. Lahan yang mereka pijak hanya dilapisi bebatuan kerikil tanpa ada rerumputan. Lalu dari kejauhan, tampak sebuah gedung tua—satu-satunya bangunan yang ada disana.
"Papa, ini dimana?" tanya Chaeyoung ketakutan.
Alih-alih menjawab, Seojoon mengajak Chaeyoung berjalan menuju ke bangunan tua tersebut. Sesampainya disana, mereka langsung disambut oleh seorang pria berbalut jas yang sepertinya adalah seorang pegawai yang berjaga disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let Out The Beast
Hayran Kurgu"Darkness was created by God so you can find your true light."