𝓢𝔀𝓮𝓮𝓽𝓮𝓼𝓽 𝓽𝓱𝓪𝓷 𝓢𝓸𝓾𝓻
» Setelah kepindahannya dari Seoul ke Gwangju, membuat Ham Wonjin kelelahan, ia sampai tidak bisa bangun dari tidurnya jika kakak laki-lakinya tidak membantu ibunya membangunkan Wonjin dengan siraman air dingin ke wajahnya.
Matanya terbuka tiba-tiba membuat kepalanya pusing lalu mencoba melirik kesal ke kakaknya, padahal matanya masih berat.
"Udah telat tuh, daritadi dibangunin gak bangun-bangun, pingsan?" Wonjin meregangkan tubuhnya dan meminggirkan tubuh kakak laki-lakinya menepi dari pinggir kasur. Ia harus segera mandi, ini sudah terlambat, pikirnya setengah sadar.
"Eomma, sarapannya taruh bekal saja, ini sudah terlambat!" Teriak Wonjin sembari mengancingkan seragamnya dan bersiap turun ke bawah.
"Sudah daritadi tahu, eomma tau kamu gak bakal mau sarapan" Eomma Wonjin menjitak kecil kepala anaknya dan memberikan bekal juga uang saku sekolahnya. "Sana cepat berangkat, hati-hati dijalan!" Wonjin berjalan keluar rumah sambil mengacungkan tangannya dengan tanda oke sebagai isyarat agar eommanya tidak perlu khawatir.
» Wonjin membuang nafasnya lelah, percuma juga tadi ia lari-larian dari halte bus kalau tetap saja ia akan terlambat. Dan sepertinya ia di baris terakhir, memalukan, padahal ini hari pertama masuk sekolah barunya.
"Hei, Im Saera!" Sebuah seruan mengintrupsi saat ia baru saja sampai di baris terbelakang bersama murid-murid yang terlambat lainnya. Ternyata masih ada yang lebih parah darinya.
Tapi segerombolan orang itu malah menerobos barisan dan melengang maju sampai ke hadapan siswi yang rambutnya tak dibiarkan digerai, hmm, ia hanya menguncirnya asal tapi itu tak membuat pesonanya tertutupi.
"Hidaka Mahiro, Cha Junho, Son Dongpyo, Lee Eunsang" perempuan itu mengeja nama-nama anak yang menghapirinya, bahkan tanpa ia mengangkat kepalanya dan bertatapan dengan orang itu. Wonjin berpikir mungkin perempuan itu sudah saking hafalnya dengan orang-orang yang terlambat itu.
"Tumben nih, Mingyu kemana?" Tanya pria yang sama, yang juga berteriak memanggil nama Saera. Hidaka Mahiro namanya, biasa dipanggil Hida, mukanya cocok banget deh kalo suka frontal dan teriak-teriak gitu, macam badboy.
"Yang sudah, bisa ke pinggir atau langsung berjemur di lapangan." Saera mengusir mereka dengan gerakan tangan yang sembari diselip pulpen itu, masih terus fokus mencatat nama murid yang terlambat, dan tidak terpancing untuk membalas pertanyaan-pertanyaan dari Hida. Hari ini cukup banyak yang terlambat, membuatnya kewalahan sendiri, apalagi Mingyu sedang tidak hadir untuk membantunya hari ini.
Wonjin semakin maju, berbaris pergiliran untuk dicatat namanya dan dimasukkan ke daftar pelanggaran, tentu saja.
Setelah Saera mencatat nama Wonjin yang terdengar asing, ia memanggil pria itu lagi walau Wonjin sendiri sudah menuju lapangan, ingin meninggalkan Saera dan segerombolan anak lelaki tadi yang malah berdiam diri di tempat sesekali melontar candaan yang tujuannya untuk menggoda perempuan itu.
"Ham Wonjin, kau dari kelas mana?" Wonjin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sebenarnya, ia kembali mendekat beberapa langkah namun tertahan dengan tangan cekatan si pemilik almamater ber badge name Cha Junho.
"Udah disitu aja." Wonjin diam di tempat, selain Hida, Juno juga punya badboy vibes dan Wonjin tidak berniat untuk mencari gara-gara. Sedangkan Saera hanya memutar bola mata dan mendekat pada Wonjin.
Tak habis fikir, Wonjin jadi dibuat penasaran dengan perempuan ini. Karena pertama, Hida tidak membantah ucapannya, ia mampu mengatur anak-anak yang terlambat tanpa adanya protes keluhan padanya, dan Juno tidak bisa melarangnya. Apa-apaan ini. Kenapa semua murid di sekolah ini seolah menurut pada perempuan itu?
"Aku disini masih hari pertama. Jadi belum tahu dimana kelasku." jawab Wonjin sedikit terlambat karena pikirannya.
Saera mengangguk lalu menengok ke arah empat laki-laki yang masih setia membuntutinya.
"Sei, kancing seragammu terbuka tuh!" goda Hida dengan jahilnya berseru.
"Dasar halu, lihat saja dulu siapa yang dibelakang kalian!" Balas Saera dengan seriusnya, membuat empat orang itu menengok ke belakang. Tentunya, ini juga hanya sebuah pengalihan agar empat serangkai itu tidak menghadap ke dirinya.
Dengan cepat Saera menunduk dan memperhatikan seragamnya yang tentu saja masih rapi, Hida tentu hanya berbohong, setidaknya kali ini jika Hida tidak berbohong tentu akan jadi gawat baginya. Sialnya, ia tertipu, namun masih bisa berusaha santai.
Glek!
Ia baru ingat tidak hanya empat orang itu yang tersisa, saat menengok ke kiri didapati Wonjin yang langsung bertatapan dengannya dengan bibir yang ia tipiskan. Argh, sial! Kenapa hari ini begitu memalukan bagi Saera.
Rezeki anak sholeh ini namanya -Wonjin
"Eunsang! Tolong kau antar anak ini ke ruang kepala sekolah, dia murid baru." ucapnya kepada laki-laki berambut merah, yang warnanya benar-benar mencuri perhatian.
"Kenapa, aku?" Tanya Eunsang.
"Ck, hanya kau yang sedikit lebih mending dari mereka bertiga. Sana!" Eunsang mengangkat bahunya tidak mau repot berdebat, lalu berjalan menghampiri Wonjin dan langsung menggandeng anak itu, padahal belum akrab.
"Yang lain, ke lapangan berjemur!" ucap Saera menegaskan lalu berjalan mendahului tiga dari mereka yang pada akhirnya membuntuti perempuan itu.
"Semakin hari bukankah ia semakin menarik?" Setelah berkata demikian, Dongpyo mendapat tatapan pengawasan dari Hida dan Juno.
Tidak, tidak, sebenarnya Saera bukan siapa-siapa mereka. Hanya saja pendekatan luar biasa lebay dari mereka berdualah yang memperlihatkan seolah mereka dekat. Kalau Saera mah say no deh buat keempat orang itu. Kerjaannya kan, ngebuntutin dia terus. Saera mana mau, risih kali.
"Yak! Kenapa melihatku begitu, lagipula kalian pasti akan kalah dari Kim Mingyu." Dumel Dongpyo yang tidak terima.
"Eunsang! Tunggu aku!" Lanjutnya.
Hoho hihi hai hai.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝓢𝔀𝓮𝓮𝓽𝓮𝓼𝓽 𝓽𝓱𝓪𝓷 𝓢𝓸𝓾𝓻 | 함 원진
FanfictionDi hari pertama Wonjin pindah ke sekolah baru, ia malah terlambat bersama laki-laki badung lain yang langganan terlambat demi menggoda Saera, wakil ketos yang lebih disiplin dari guru konseling sekolahnya. "Maaf soal kunciran tadi, habis lo cantik...