20

323 65 12
                                    

𝓢𝔀𝓮𝓮𝓽𝓮𝓼𝓽 𝓽𝓱𝓪𝓷 𝓢𝓸𝓾𝓻

» Awali senin pagimu dengan senyuman, biasanya Saera memiliki motto seperti itu, jarang kan ada perempuan yang suka hari senin karena setiap paginya ada apel atau upacara sambutan kepala sekolah. Nyatanya hariini ia sudah berusaha sabar dan gak misuh-misuh begitu kedapatan sibuknya pagi-pagi di hari pertama festival yang diadakan di sekolahnya.

Benar-benar diluar dugaan, memang divisinya gak begitu ribet dan sudah dibagi deskjob anggotanya masing-masing sih. Ya namanya juga keamanan, paling-paling ngedenah titik mana saja untuk mengawasi siswa-siswinya agar tidak berkesempatan pulang duluan saat acara belum selesai.

Bahkan sebelum hari-H juga anak-anak yang jobnya jatuh di hari-H nya membantu mereka yang sibuk di awal-awal seperti dekorasi, konsumsi panitia, membuat RAB membantu sekertaris sampe siapin barang-barang akomodasi.

Yah, gimana ya. Kalau acara-acara besar begini pasti adaaa aja gitu yang kurangnya. Pasti ada aja gitu yang belom-belom dikerjain, padahal kemarin pas ngecek apa yang kurang berasa udah lengkap. Begini nih, tabahnya kalo jadi OSIS, apalagi kalo anak-anaknya pada kabur-kaburan di tengah acara. Bikin sakit hati aja.

“Itu pj lomba yang dilapangan kok turun sekarang? Kita persiapan apel dulu sambutan kepala sekolah kan, coba bilangin dulu yang lagi nganggur.”  Begitu tukas Donghyun yang sibuk bolak-balik.

Iya lagian, kayanya adik kelasnya ga berpengalaman ngurus ginian deh. Plis lah masalah kecil kalo ga tuntas udah J-berapa bisa jadi besar kan.

“Udah-udah, speaker-in aja. Lapangan udah disiapin.”  Begitu titah Saera. Kalo lagi panas-panas gini emang harusnya ada orang seperti Saera sih, tiba-tiba udah beres aja. Padahal gak bilang apa-apa.

“Kenapa sih noona gak di angkatan Dohyun aja.”  Jujur perkataan anak laki-laki yang masuk di anggota organisasi aktif itu.

“Tau nih, Jinwoo setuju kalo noona gak naik kelas kan jadinya.”  Ikut-ikut anak osis yang lain yang sedang sibuk beresin area bangku tribun.

“Heh, mau sunat dua kali ya?!”  Bukan Saeranya yang protes, malah Mingyu yang berucap saat tiba-tiba datang.

Ya siapa juga yang terima sahabatnya di doain ga naik kelas gitu kan.












» “Capek banget ibu negara. Nih Wonjin nitipin ini dari tribun sebrang!”  Serah Dongpyo berupa tas kertas besar tapi isinya gak seberat kemasannya yang ia kira akan berat.

“Dari Wonjin?”  Dongpyo mengangguk, lalu serah terima itu mereka lakukan. Oh tidak lupa juga Saera yang akhirnya kerepotan karema bawa papan rundown acara hingga hate perlengkapan anak keamanan biar gak hilang-hilangan.

“Oke, makasih ya.”  Laki-laki itu mengangguk lalu mengajak beberapa temannya yang mengenakan dresscode yang sama dengannya untuk mendekati sekumpulan lainnya.

Saera meluaskan pandangannya untuk mencari si pemilik asli dari apa yang ia bawa. Setelah menemukan kelas yang mengenakan kostum karakter kartun yang hits di jamannya yang juga adalah kelasnya, ia akhirnya menemukan Wonjin.

Pria itu melemparkan senyumnya, ternyata daritadi Wonjin juga sibuk melihat Dongpyo sama Saera dari sebrang. Saera mengacungkan jempolnya tanda terimanya yang ia suka. Wonjin juga mengangguk dari sebrang.

“Bisa gak sih sekali aja dia gak segemes ini. Bisa diabetes lama-lama.”  Gumamnya sambil berlalu pergi sesekali melirik isi apa yang dipegangnya.












» “Jadiin pelajaran aja ya, buat festival kali ini jujur gue sama rekan korlap yang lain nilai festival ini udah lancar-lancar aja. Cuma kalo bisa pagi-paginya biar gak keteteran gitu, waktu kurang berapa hari apa-apa dilengkapin dulu. Jangan kaya tadi, acara sih lancar, paginya keteteran banget capek duluan iya.”  Kali ini Minhee yang memberi evaluasi perwakilan kordinasi lapangan setelah ketuplak dan wakilnya memberi kritik dan saran.

Apalagi yang kelas sebelas sudah mau purna karena mereka naik kelas. Nanti kalau ditinggal, gimana mereka.

“Yaudah, dari divisi lain ada yang mau ditambahin?”  Tanya Minhee setelah yang lain mengangguk setuju dengan evaluasinya.

“Mau gak Sei?”  Yang ditanya menggeleng. Sama seperti acara-acara yang pernah dia tangani sebelumnya, ia paling anti deh kalau ditunjuk buat nambah-nambah pesangon. Ya habisnya gimana juga, topik dari a sampe z udah di bahas masa mau ia bicarakan lagi.

“Yaudah evaluasinya selesai sampai disini. Semoga tahun depan lebih sukses lagi ya! Ayo panitia kumpul makan-makan dulu kita,” Ajak Mingyu.

Saera mendekat ke arah perkumpulan dengan gerak lambat. Ia mengorek isi dari tas yang diberikan padanya sebelumnya dari Wonjin. Ia menemukan secarik kertas warna kuning di dalamnya yang sudah dicoret tinta hitam di atasnya.

Capek banget ya kayanya hari ini,
makan yang banyak loh ya, satu
lagi minumannya kalo kelebihan
kasih yang lain aja. Jangan sampe
lupa makan ya Sei!🌶

ㅎ ㅇ ㅈ

Najong banget ada cabenya segala. —Saera. Padahal tak urung juga ia tersenyum membacanya.

Pas Wonjin ngechat Saera pasal Jiheon-Jiheon itu, ia jadi lupa kalau lagi menjauh dari Wonjin karena kesal sama anak itu tanpa kejelasan. Lagian Wonjin ngasih kode ke Saera keras betul, ngajak jadian nggak.

Mau nahan senyum tapi gabisa, Wonjin seniat ini bikinin bekal buat Saera

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mau nahan senyum tapi gabisa, Wonjin seniat ini bikinin bekal buat Saera. Tau aja gitu hari ini perempuan itu sibuk banget bahkan gak sempet semangatin anak kelasnya dari deket.

“Dikira gak sempet bawa bekal tadi.”  Mingyu mendekatinya lalu duduk di sebelah sahabatnya. Setelah evaluasi, ini lah moment yang paling ditunggu, yaitu acara makan-makan bersama.

“Dibawain Wonjin,”  Katanya, tidak lupa ia merekahkan senyumannya yang tidak kunjung luntur.

Mingyu mengangguk, ia mulai membuka bekal yang ia bawa dan makan berdampingan dengan yang lain. “Enak nih Gyu, mau gak?”  Tawar Saera sekalian memberi minuman yang dibuatkan Wonjin menjadi dua gelas.

“Eh, gausah-gausah Sei. Ini juga buatnya kebanyakan.”  Saera melahap sandwich yang dibawakan untuknya lalu melirik kecil ke arah bekal yang dibawa sahabatnya, lumayan banyak. Gamungkin habis buat seorang diri, jadi buat apa Mingyu bawa bekal sebanyak itu?

“Eh ini masih ada banyak, siapa yang mau?”  Mingyu berseru sedikit lebih kencang dari nada yang biasanya. Tidak butuh waktu lama, beberapa orang sudah berebut makanan yang ditawarkan Mingyu.

“HYUNG! AKU HYUNG GAMAU TAU. MASA PERTUMBUHAN INI MENYIKSA!”  Dohyun berteriak dengan oktaf andalannya hingga siapapun yang berada di radius 100m darinya sudah bisa antisipasi untuk tutup kuping.

“Biasa aja dong Hyun,”  Ingat Minhee ke adik kelasnya.

“Manggil gue?”  Tanya Donghyun yang mengalihkan perhatiannya ke Minhee dan mendapat gelengan dari anak itu.

Saera Im
Wonjin, makasih banyak🌶 |

Wonjin
| My pleasure

“Kau masakin buat apa sih sebanyak ini Gyu?”  Alih Saera setelah mendapat balasan dari Wonjin dan menutup hpnya untuk lanjut makan. Dan tidak lupa, ia menanyai hal ini ke sahabatnya.

“Buat kamu Sei, yaudah tapi gajadi, gapapa.”

Eoh?























Hayolo :")

𝓢𝔀𝓮𝓮𝓽𝓮𝓼𝓽 𝓽𝓱𝓪𝓷 𝓢𝓸𝓾𝓻 | 함 원진Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang