Chapter Eight

856 58 11
                                    

Tesya POV

"Him, tolong dong bawain baking powdernya kesini. " Perintahku yang saat ini sibuk merapihkan bahan bahan untuk membuat kue.

"Oke,  Ca.  Bentar aku siapin posisi kameranya dulu yaa. Dikit lagi. Sabar atuh,  Ca. Ehh dia ga sabaran yaa" Padahal aku tidak secerewet jawabannya.

"Lahh, biasa aja lagi orang dari tadi aku minta baik baik. Dan tolong itu sundamu kurang ngena. Hahaha" tapi aku akui usahanya patut diapresiasi. Ehh apaan sih wkwk

"kok ditelinga aku rasanya kamu itu cerewet banget yaa, Hahaha. Emm...  Udah siap nih. Yokkk" Himeka sudah mengambil posisi tepat disampingku. Aku hanya terdiam dan menatapnya jatam.

"ehh Ca kamu mau ngapain, aku masih perawan lhoo" kedua tangannya sontak menutup buah dadanya yang 'hampir rata?

"yehh, ge..er banget manusia ini. Kamu lupa aku tadi minta tolong apa? " Saat ini sebelah alisku naik memberi kode agar dia sadar.

"ohh tadi kamu minta tolong kalo aku harus jagain kamu seutuhnya. Gitukan? " Senyumnya menyungging tanpa ragu.

"Ahh apaan sih, lebay lo lebay! Udah aku ajalah yang bawa" saat aku hendak pergi, dia menahan tanganku.

"ehh iyaa iyaa aku aja yang ngambil. Gitu aja marah, gitu aja kesel, dasar cewek!"

"Harus yaa nunggu kesel dulu baru dilakuin?" jelasku, kembali ke posisi awal. Benar sekali, untuk mengisi waktu dan kesepianku tanpa adanya kak Raya aku membuat vlog bersama Himeka.

*****

Hari ini aku full seharian bersama Himeka, sejak minggu lalu saat dia meyatakan perasaannya dan jujur siapa sebenarnya dia aku sudah tidak merasa canggung atau menutupi apa yang aku jalani bersama kak Raya.

Himeka sadar dan bisa menerima bahwa aku tidak bisa menerimanya karena dia tau aku milik siapa sebenernya. Saat menjelaskan itu, dia menangis tapi selanjutnya dia tersenyum dengan tulus. Menerimaku bahwa sebenarnya aku hanya bisa jadi teman dan tidak bisa lebih dari itu.

Ada satu sifat Himeka yang aku suka, Aku menolaknya namun dia tidak pergi karena merasa kecewa. Dia tetap jadi teman yang baik bahkan lebih dari yang aku bayangkan. Apa iyaa cinta butuh pengorbanan?  Jadi korban dulu 'gitu ?

"Hahaha lucu banget Ca ekspresi kamunya " Kami tertawa melihat video yang baru saja Himeka upload di YouTube channelnya. Dan,  'Ca' adalah panggilan baruku darinya.

"iyalah, Tesya gitu. Lucunya gak ketulungan wkwk. "

"ehh iyaa iyaa,  viewersnya mejelit gini Ca, padahal baru di upload,  ehh... Liat juga udah ada yang komen Ca" Himeka serius mengatur kursor fokus pada komentar.

'Wahhh, siapa cewe cantik yang disebelah Him... Cantik amat 💓💓💓'

'Jadi makin semangat mampir ke channel ini, kalian cocok deh, ditunggu next videonyaaa'

Kurang lebih seperti itulah komentar dalam beberapa menit kami meng-upload video kita.

"kok curang gini yaa, yang jadi pusat perhatiannya kamu. Ga adil nih" Ucapnya masih fokus pada kolom komentar.

Ponselku berbunyi, ternyata kak Raya mengajakku video call. Jelas kedua mata Himeka sontak mohat ke arahku. Cemburu?  Mungkin dia sedang merasakan itu. Tapi, selanjutnya dia tersenyum dan fokus pada laptop.

"Hallo sayang, aku kangen banget nih. Kamu lagi ngapain? " Tanya kak Raya dibalik layar handphone, wajahnya terlihat sangat merindu.

"Hehe iyaa sama aku juga, emm.. Aku lagi sama Him. Kamu kapan pulang kesini?" aku merasa ada yang salah dan berbeda saat aku menerima video call darinya, berbicara dengannya. Kenapa?  Padahal sama saja 'kan?

Open & Close(r)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang