Chapter Four (Under 18 jangan baca)

2.7K 104 52
                                    

Praankkkkkkkk … guci mini milik om Indra pecah dengan sempurna hingga pecahan kecil. Hidup ini memang seperti film , sinetron dan cerita cerita yang dibuat para author (Rayi lu itu kan juga dalam cerita atuh, author nya gua:'   ) Aku yakin, pasti mereka terkejut. God, help me !!!!

"Bangunnn udah siangggggg" Suara kak Raya membuat daun telingaku sakit.

"Bangun Rayi, udah pagi ini " Lanjut kak Raya, sedangkan aku masih belum mengumpulkan nyawa.
Mengumpulkan nyawa ? Berarti tadi itu mimpi ? Gue dimana ? Ini ternyata masih dikamar aku dan dia.

"Aku udah buatin roti bakar buat kamu, nih sarapan dulu " Tiba tiba Tesya datang membawa beberapa roti bakar dan susu hangat diatas nampan.

Saat ini mungkin nyawaku belum terkumpul, aku masih mengamati sekeliling ku , iyaa masih mengamati ? Kenapa sih gue ? Kok error' gini ?

"Semalam kamu tidur pulas banget yaa, sampe ga sadar ada tetangga kita yang kemalingan. " Ucap kak Raya lagi, mata mereka saling menatap.

"Haa serius ? Terus malingnya ke tangkep gak ? " Mungkin saat ini aku sudah sadar.

"Iyaa, ketangkep. Malingnya dibawa sama satpam ke pihak yang berwajib " Jelas Tesya mulai melahap roti bakar yang kini ada di genggamannya.

"Ahh Siallll!! " Ujarku.

"Kenapa sih Ray ? Kamu ga seneng maling ketangkep ?  Wahh apa jangan jangan kalian kerja sama ?" Ejeknya. seharusnya aku mengucapkan itu dalam hati. Kenapa harus bergerutu nyata seperti itu.
Mereka heran dengan tingkahku saat ini. Saling menatap mungkin dari tatapan mereka bertanya si Rayi kok aneh banget.

"Haa ? Yah masa iyaa ? Enggak lah enak aja, ini sial aja kuping aku sakit kak" aku menggosok gosok kupingku.

Tesya terkekeh kecil seraya roti dalam mulutnya dia kunyah. Intinya apa yang terjadi semalam itu hanya mimpi ? Benarkah ? Atau terbalik ? Saat ini aku sedang bermimpi ? Ahh sial sial !!

"Kamu kok error gini sih ? Cuci muka dulu sana . Biar sadar indah nya dunia ini " ucap kak Raya merentangkan tangannya menyibak wajahku.

"Ishh kak ga usah digibassss juga muka akunnya" lagi lagi mereka tertawa karena ulahku. Wajah bebekku terpasang pagi ini. Aku mulai bangkit
Dari mimpi burukku. Iyaa semalam mimpi buruk dan jangan jelas ketika mereka menikmati ciuman itu.

*****

Tesya POV

Saat ini aku sendiri dirumah , jelas bukan rumahku tapi Om Indra. Tempat yang dihuni oleh dua orang yang aku kenal. Saat ini aku ingat siapa itu Rayi ? Dulu namanya bukan Rayi , maksudnya aku tidak memanggil dia Rayi tapi adik. Rayi mempunyai kembaran yang bernama Rakana. Namun sayang, Rakana harus kembali ke Tangan Maha Kuasa. Rayinasution dan Rakanasution, Mereka kembar berjenis kelamin berbeda ? Itu apa sih namanya ? Si author kan lemot dia harus ingat ingat lagi (katanya).
Dalam bahasa Sunda Rayi berarti adik dan Raka berarti kakak. Tanpa harus aku jelaskan lagi , sudah paham kan ?

Rayi dan Kak Raya, nama panggilan yang hampir sama hanya beda dalam huruf vokal A dan I . Mereka saat ini sedang menuntut ilmu, tadi sekitar jam 9 mereka membiarkanku sendiri disini. Aktivitas ku saat ini hanya diam saja dikamar mengamati semua isi didalam kamar ini. Ada beberapa foto polaroid mereka tergantung indah di lampu Tumblr warna warm white. Senyum kak Raya masih sama, tapi entah dengan perasaannya. Sedih memang, saat ini aku masih merasa kaku didekatnya entah harus berbuat dan berbicara seperti apa. Saat pertemuan kemarin hanya menguntungkan dalam tangisan.

Tapi hendak saat malam kemarin tiba setelah aku selesai mandi kak Raya mengajak ku berbicara. Lebih tepatnya kami berbincang. Keadaan melongku malam itu, Rayi tertidur pulas diatas kasur bertemakan Minion.

"Syaa, sini . Aku mau bicara sama kamu !" Ujarnya tersenyum simpul seraya tangannya mengarahkan ku untuk mendekatinya. Aku langsung melangkah pelan tanpa menjawab.

"Laper gak ? Kalo laper kita masak ke dapur" lanjutnya.

"Enggak kok kak, hehe. Kak Raya laper ?" Sungguh masih canggung. Ingat saat itu kami masih sekolah selalu membuat nasi goreng dan rasanya menurutku enak. Banget.

Saat ini posisi kami sedang duduk berdua disofa berwarna merah mencolok . Seisi ruangan ini memang colour full.

"Kamu apa kabar ? Setau aku kamu udah tunangan yaa ?" Sebenarnya pertanyaan yang menyakitkan , matanya tertuju pada jari manisku yang kosong. Memang kosong, tidak ada satupun cincin yang melingkar di jariku.

"Pertunangannya batal kak, hehe " lagi, hehe macam apa yang aku buat.

"Haa ? Kok bisa ? Kenapa bisa batal , Syaa ? " Tanyanya lagi, dia sedikit terkejut. Menatapku dengan penuh rasa khawatirnya karena saat ini raut wajahku sedang tidak baik.

"Batal … karena.. di acara pertunangan aku dan dia ada seorang wanita yang gak setuju kak. Ternyata , cowok yang di jodohkan sama aku itu dia udah punya pilihan sendiri. Aku juga sama wanita, jadi aku ngerasain gimana perasaan pasangan cowok itu. Dan , yaaa ginilah . Jadinya batal kak . Rasanya itu malu banget! " Jelasku , rasanya sedih gak sedih.

"Syaa, maaf yaa . Aku ga ada disamping kamu saat kamu butuh. Aku jadi kaya ga berguna banget buat kamu " Tangannya menggenggam kedua tanganku. Tatapan kami saling berbicara.

"Gak papa kak, malah aku yang minta maaf. Udah pergi dari kehidupan kamu" kamu yang dari dulu selalu mengkhawatirkan keadaanku.

"Gak , Syaa. Aku gpp selagi kamu bisa bahagia. Meski senyum itu bukan dari aku dan bukan buat aku. Setidaknya aku tau, kamu bahagia." Kak Raya.

"Kak ? Makasih untuk semuanya . Makasih karena masih Nerima aku dengan baik. Dan sejujurnya aku sama sekali gak bahagia setelah perpisahan itu. Aku hanya tumbuh didalam kamar. Selebihnya aku kuliah dan hanya punya beberapa teman yang sangat jarang main." Aku langsung memeluk kak Raya dengan sangat erat. Menumpahkan semua rinduku sejak lama.

"Syaa, dengar yaa, sini… liat mata aku Syaa. Liat dengan baik!  Sampai kapanpun kamu itu sangat berharga buat aku, kamu wanita satu satunya yang selalu aku tunggu dan kamu harus tau, Setiap detik waktu aku ga pernah sedikitpun lupa sama kamu bahkan dalam keadaan seramai apapun! " Kedua tangannya berada dibahuku, meyakinkanku atas ucapannya barusan.

Aku tidak bisa berkata kata apalagi, yang jelas aku menangis mendengar ucapan yang indah dari bibirnya. Salah 'gak kalo aku masih berharap ?

Bibir kami menyentuh satu sama lain, badannya yang asalnya sejajar kini aku berada dibawahnya secara pelan tangannya sukses membuat bahuku berada diatas sofa merah mencolok ini. Dengan air mata yang tersisa, aku menikmati bibirnya yang sangat lembut dan .... Hangat. (Mampus Rayi , lu bukan mimpi buruk. Mereka beneran ciuman :v wkwkw )

Aku tidak mau kalah olehnya, aku mengecup kembali bibirnya yang masih bermain. Lidahnya mengajak bibir ku harus mengejar aksinya. Dan akhirnya mata kami saling menatap penuh nafsu.

"Let's play, babe ! " Ujar kak Raya, hanya dengan kata katanya saja aku sudah terpancing.

Tidak. Kami tidak akan bermain dikamar ini. Dengan aksi kami yang masih melumat satu sama lain kak Raya membawaku ke salah satu kamar kosong dan untung tidak terlalu jauh.

Kak Raya mendorongku pelan diikuti dengan badannya yang melekat pada tubuhku. Beruntunglah kak Raya, karena saat ini aku masih memakai handuk kimono. Dengan pelan kedua tali kimono dia lepaskan. Tangannya bermain kali ini ini, semakin lama ruangan ini entah kenapa semakin panas padahal AC tidak mati.

Tangannya mengatur posisi wajahku, aku hanya mengikuti aksinya. Dia juga mengecup dibawah telingaku tidak lupa saat ini bibirnya mendarat di leherku sukses membuat ku tidak bisa membuka mata hanya karena menikmati (saat ini) . Tangannya sudah mulai bermain dan aku tidak bisa mengendalikannya.

"Don't… leave me… hhhh again … ! " Bisiknya membuat suasana ini semakin menjadi ! Nafasnya memburu!

Dan kalian harus tau, masalah maling yang semalam itu bohong.

Hayyy, am bekkk .... ! Gimana udah pada libur? Gimana doi udah peka belum ? Gimana ? Gimana ? Wkwkw

Maaf yaa kalo ceritanya terlalu absursd. Mohon saran dan kritikannya kepada author typo ini wkwkw. Semoga hari kalian baik. Aamiin.

Selamat membaca :) ❤️

Open & Close(r)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang